Hyderabad tengah bertransformasi. Dari wilayah yang sebelumnya telantar, gersang, dan berbatu, kota ini dipilih menjadi tulang punggung pusat teknologi informasi kelas dunia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, DARI HYDERABAD, INDIA
·5 menit baca
Ada pertanyaan menggelitik ketika bus membawa rombongan dari Laos, Kamboja, dan Indonesia ke luar area Bandara Internasional Rajiv Gandhi di Hyderabad, India, Minggu (12/2/2023) dini hari. Pertanyaannya kira-kira begini: apakah lalu lintas Hyderabad mirip dengan New Delhi? Bagaimanakah bentuk kotanya? Apakah mirip dengan ibu kota? Apakah akan terdengar bunyi klakson kendaraan di mana-mana? Apakah akan ada saling serobot di jalanan?
Itu adalah beberapa pertanyaan yang muncul dan terucap dari beberapa anggota delegasi Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi Ke-4 Pemuda ASEAN-India 2023 sesaat setelah menginjakkan kaki di Hyderabad. Sayangnya, pertanyaan itu tak bisa seketika terjawab karena matahari belum menampakkan sinarnya.
Akan tetapi, saat bus yang membawa rombongan memasuki jalan bebas hambatan menuju ke tempat penginapan yang terletak sekitar 70 kilometer timur laut bandara, di tengah temaram lampu jalan terlihat di kanan kiri jalan banyak tanah-tanah kosong yang tengah dikembangkan menjadi bangunan bertingkat atau kawasan industri. Beberapa alat berat dan dump truck terlihat jelas dari pinggir jalan tempat bus yang membawa rombongan melintas. Di beberapa titik kawasan yang dilewati pun terlihat pos-pos penjagaan atau satuan pengamanan. Tampaknya, Hyderabad tengah berbenah mengembangkan kotanya.
Pusat teknologi informasi
Hyderabad, ibu kota Negara Bagian Telangana, adalah salah satu kota metropolitan terbesar di India. Kota yang kini berpenduduk sekitar 9,3 juta jiwa ini terletak di Semenanjung Deccan, India selatan. Dengan kontur kota yang berbukit dan terletak di ketinggian mendekati 600 meter di atas permukaan laut, suhu udara di kota ini cukup sejuk dan nyaman, bahkan cenderung dingin saat malam.
Para peserta KTT Pemuda ASEAN-India baru bisa melihat wajah kota baru Hyderabad saat rombongan berkunjung ke sejumlah kawasan, Rabu (16/2/2023). Dalam perjalanan dari tempat konferensi berlangsung yang berjarak sekiar 45 kilometer dari tujuan, yaitu ke kawasan yang disebut HITEC City, bus melewati banyak gedung-gedung baru di kanan kiri jalan. Gedung-gedung baru yang tengah dalam proses pembangunan itu bukan semata gedung perkantoran, melainkan bangunan tempat tinggal.
HITEC City adalah sebutan bagi sebuah kawasan baru di Hyderabad yang masuk ke dalam kawasan Madhapur, Gachibowli, Kondapur, Miyapur, Bachupally, Bowrampet, Manikonda, Kukatpally Nanakramguda, dan Shamshaba. Luas kawasan diperkirakan sekitar 6.100 hektar. Jarak antara kawasan baru ini dan pusat kota lama sekitar 20 kilometer barat daya Hyderabad.
“Kalau Anda berkunjung ke sini tiga dekade lalu, berbagai bangunan yang ada sekarang, tidak ada pada masa itu,” kata Srinivasa Raju Chintalapati, pendiri dan CEO Dun & Bradstreet Satyam Software (kini berganti nama menjadi Cognizant) serta salah satu pendiri iLabs Venture Capital Fund yang berbasis di Hyderabad.
Dia mengatakan, sebelum berkembang seperti sekarang ini, HITEC CIty adalah kawasan telantar dan gersang. Bebatuan padas, besar, dan tanah kering menjadi pemandangan utama kawasan itu sebelum berubah menjadi “kota baru” Hyderabad. “Kini, hampir semua perusahaan teknologi informasi yang Anda ketahui di dunia, ada di sini,” kata Chintalapati.
Aswitha (17), yang menemani rombongan Indonesia membenarkan hal itu. Bahkan, menurut dia, kawasan yang kini diposisikan sebagai pusat teknologi informasi di selatan India adalah kawasan yang keras dan tidak terjamah oleh warga Hyderabad pada masa lalu. “Hanya orang-orang tertentu yang mau datang ke wilayah ini. Kini, semua itu berubah,” kata pemilik gelar sarjana bidang perhotelan dan turisme ini.
Pengembangan kota ini, menurut Chintalapati, dimulai sekitar tiga dekade lalu atau awal tahun 2000-an ketika pemerintah memprakarsai dokumen peta jalan pengembangan wilayah yang disebut Visi Andhra Pradesh 2020. Kota ini dipilih untuk menjadi tulang punggung strategi visi pemerintah negara bagian untuk membangun pusat teknologi tinggi kelas dunia di Hyderabad.
Berkeliling lokasi yang cukup luas, delegasi dari negara-negara ASEAN melihat beberapa perusahaan teknologi informasi kelas dunia ada di kawasan tersebut. Sebut saja Quallcom (perusahaan produsen semikonduktor), Oracle, Microsoft, Google, Intel, NVidia, hingga Apple, berkantor di sini. Saking banyaknya perusahaan teknologi informasi di kawasan baru ini, polisi setempat menyebut wilayah ini sebagai Cyberabad. Bahkan, mereka memiliki satuan polisi khusus untuk mengamankan wilayah ini yang disebut sebagai Cyberabad Police, ketimbang menggunakan nama asli, Hyderabad.
Dokumen peta jalan itu tak lepas dari peran Chandrababu Naidu, Menteri Utama Negara Bagian Andhra Pradesh, yang menginginkan perubahan Hyderabad dari kota tertinggal menjadi kota kelas dunia. Dikutip dari laporan yang disusun profesor rekan bidang geografi Nanyang Technological University Singapura, Diganta Das, Naidu terinspirasi kebijakan Pemerintah Malaysia yang mendirikan Multimedia Super Corridor (MSC) dan Silicon Valley di Amerika Serikat dalam menyusun dokumen peta jalan itu.
Mimpi itu kemudian diwujudkan pemerintah negara bagian dengan meminta bantuan perusahaan konsultan untuk membantu mengembangkan konsep kota modern dan masa depan tersebut. Hasilnya, perusahaan konsultan itu menyarankan pemerintah untuk menjadikan Hyderabad sebagai salah satu mesin pertumbuhan melalui penciptaan kantong pengetahuan berteknologi tinggi.
Chintalapati mengatakan, tiga dekade lalu, Hyderabad sudah memiliki ribuan ahli pembuat peranti lunak. Akan tetapi, pada masa itu pengembangan pelayaan pengembangan dan produksi peranti lunak lebih pada bagian dari servis untuk pasar Amerika Serikat dan Eropa. Kini, dalam 10 tahun terakhir, menurut dia, Hyderabad dan pengelola HITEC City lebih memfokuskan pengembangan perusahaan rintisan. “Kami terbuka untuk menerima dan mengundang individu atau kelompok yang tengah mengembangkan perusahaan rintisan. Kami menyebut Hyderabad kini sebagai inkubator,” katanya.
Ngawang Hardy, fellow di The India Foundation, mengatakan, suntikan dana tidak hanya berasal dari sektor swasta. Pemerintah setempat juga mendorong warganya membangun perusahaan rintisan dengan memberikan subsidi, sebelum mereka bisa mandiri dan mendapatkan dana dari perusahaan pribadi atau swasta yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Chintalapati mengatakan, kini, industri teknologi informasi yang ada di Hyderabad memiliki nilai hampir mendekati 200 miliar dollar AS. Mereka juga tidak lagi terfokus pada pasar Amerika Serikat dan Eropa, tetapi melirik ke wilayah-wilayah lain, termasuk Asia Tenggara, untuk memperluas jangkauan produknya.
Sejarah
Hyderabad didirikan oleh penguasa kelima dinasti Qutb Shahi, Muhammad Quli Qutb Shah tahun 1591. Dinasti ini membangun beberapa tengara kota, seperti Charminar dan Mesjid Mecca, yang kini menjadi pusat kota tua atau Old City Hyderabad. Kota ini kemudian jatuh ke tangan penguasa dari Dinasti Mughal tahun 1687.
Berkuasa cukup lama, kekuasaan dinasti Mughal menurun ketika era modern (tahun 1900-an). Pada tahun 1948, kota ini diresmikan menjadi bagian dari India dan menjadi ibu kota Andhra Pradesh.