Serangan Rusia Semakin Intensif, Cadangan Peluru Ukraina Menipis
Keterbatasan Ukraina terjadi di tengah semakin intensifnya gempuran Rusia. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengingatkan pentingnya kecepatan mengambil keputusan. Ada indikasi, Rusia coba menerobos pertahanan Ukraina.
Oleh
KRIS MADA, FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Menjelang setahun invasi Rusia, tekanan kepada Ukraina terus meningkat. Gempuran Rusia semakin intensif. Sementara cadangan peluru di garis depan dan dukungan warga negara mitra pada Ukraina semakin menipis.
Penurunan dukungan itu terungkap dalam jajak pendapat Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research. Dalam hasil jajak pendapat diungkap pada Rabu (15/2/2023) terlihat, hanya 48 persen warga Amerika Serikat mendukung pengiriman senjata ke Ukraina. Pada Mei 2022, sebanyak 60 persen warga AS mendukung pengiriman itu. Dukungan untuk penyediaan dana juga menurun, dari 44 persen pada Mei 2022 menjadi 37 persen pada Januari 2023.
Pengungkapan tersebut terjadi tepat sehari setelah menteri pertahanan Ukraina dan negara mitranya bertemu di Jerman. Dalam pertemuan itu, Menhan Ukraina Oleksii Reznikov kembali meminta percepatan pengiriman persenjataan dan amunisi.
Dalam laporan NBC diungkap, pasukan Ukraina di garis depan mengeluhkan cadangan peluru dan suku cadang peralatan perang yang menipis. Ukraina mendapat ratusan peralatan perang standar Uni Soviet. Sebagian hasil rampasan dari Rusia. Sebagian lagi disumbangkan AS dan sekutunya.
Masalahnya, sudah bertahun-tahun Ukraina tidak membuat suku cadang dan peluru untuk aneka peralatan itu. Teknisi militer Ukraina terpaksa mengambil suku cadang dari peralatan lain yang sudah rusak. ”Kami harus sangat hemat menembak. Kami tidak bisa seperti Rusia yang memberondong posisi kami,” kata seorang komandan operator meriam Ukraina di palagan timur kepada NBC.
Pasukan Ukraina hanya menembak jika sudah mendapatkan koordinat posisi pasukan dan persenjataan Rusia. Hal itu untuk menghemat penggunaan peluru dan usia pakai peralatan. Suku cadang persenjataan memang harus diganti atau setidaknya diperbaiki setiap beberapa ribu tembakan.
Keterbatasan Ukraina terjadi di tengah peningkatan pertempuran di garis depan. Dilaporkan Royal United Services Institute (RUSI) Inggris, baku tembak kembali terjadi dari Kharkiv hingga Kherson. Pertempuran paling sengit tetap di sekitar Bakhmut.
Bahkan, pertempuran terjadi di garis belakang wilayah yang dikuasai Ukraina. Hal itu mengindikasikan Rusia mencoba menerobos pertahanan Ukraina di garis depan.
Pertempuran terjadi di garis belakang wilayah yang dikuasai Ukraina. Hal itu mengindikasikan Rusia mencoba menerobos pertahanan Ukraina di garis depan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Selasa (14/2/2023), mengatakan, Rusia ingin segera mencapai tujuannya sehingga terus menggempur sebelum Ukraina dan sekutu-sekutunya bisa mengumpulkan kekuatan. ”Itulah sebabnya kecepatan sangat penting. Kecepatan dalam segala hal: mengambil keputusan, melaksanakan keputusan, mengirimkan pasokan, dan pelatihan. Kecepatan menyelamatkan nyawa warga, kecepatan mengembalikan keamanan,” katanya.
Ukraina menggunakan amunisi lebih cepat dibandingkan kemampuan Barat membuatnya. Setelah menggenggam janji bantuan tank dari sejumlah negara, Ukraina kini menginginkan bantuan pesawat tempur dan rudal jarak lebih jauh untuk menahan gelombang lebih besar serangan pasukan Rusia.
Menhan Reznikov mengatakan, prioritas negara sekarang adalah melindungi ruang udara, memperkuat suplai tank yang dijanjikan, dan menjamin cadangan amunisi.
Menhan AS Lloyd Austin berharap, Ukraina melancarkan sendiri serangannya terhadap Rusia. Ia menambahkan, sekutu-sekutu Ukraina bekerja untuk menjamin ada persenjataan dan logistik yang membuat serangan itu efektif.
”Ukraina perlu membantu tercapainya momen krusial dalam jalannya perang. Kami yakin akan ada kesempatan bagi mereka untuk menjalankan inisiatif,” ujar Austin.
Rusia kini menguasai area besar wilayah selatan Ukraina di Kherson dan Zaporizhia, termasuk pembangkit tenaga nuklir. Hampir seluruh Provinsi Luhansk dan separuh Donetsk juga telah dikuasai pasukan Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, pasukan Ukraina mundur di hadapan serangan Rusia di wilayah Luhansk. ”Selama serangan, pasukan Ukraina secara random mundur hingga jarak 3 kilometer dari garis yang semula dikuasai. Bahkan, baris kedua pertahanan yang lebih besar tidak mampu menghadapi terobosan pasukan Rusia,” sebut kementerian lewat aplikasi Telegram.
Cadangan NATO kritis
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg kembali mengatakan, penggunaan persenjataan di Ukraina melebihi kapasitas produksi. Akibatnya, anggota NATO juga mulai kesulitan mendapat pasokan baru. Waktu pesanan bisa bertambah lebih dari 1,5 tahun. ”Pesanan hari ini mungkin baru diterima 2,5 tahun lagi. Kita harus meningkatkan produksi,” ujarnya.
Mantan Wakil Panglima Gabungan NATO Jenderal (Purn) Richard Shirreff menyebut, sebenarnya kondisi keamanan Eropa amat kritis. Eropa dalam kondisi dilema soal cadangan pelurunya. Jika tidak mengakui bahwa cadangan itu terbatas, warga tidak akan mendukung peningkatan stok.
Namun, jika mengakui keadaan kritis itu, sama saja Eropa mengungkap kelemahannya. ”Kita mungkin semakin dekat menuju kondisi bahwa pabrik sepeda pun harus membantu membuat peluru,” ujar Shirreff.
Sejumlah diplomat Eropa menyebut, cadangan amunisi Eropa kini hanya cukup untuk perang beberapa hari. Padahal, NATO pernah menetapkan standar minimum cadangan persenjataan dan peluru. Setiap anggota NATO wajib mempunyai cadangan untuk sekurangnya dua pekan.
Peneliti European Council on Foreign Relations, Nick Witney, mengatakan, kondisi itu terjadi karena Eropa terlena bertahun-tahun. Eropa tidak merasakan ada ancaman di dekatnya selepas Perang Dingin berakhir. Di sisi lain, pemerintah di sejumlah negara Eropa terus memangkas anggaran pertahanan. Pemangkasan anggaran itu bagian dari upaya penghematan selepas sejumlah krisis keuangan melanda Eropa.
Menurut peneliti International Institute for Strategic Studies, Tom Waldwyn, sulit memacu kapasitas produksi. Aneka persenjataan dan amunisi dibuat oleh perusahaan swasta. ”Ada keterbatasan kapasitas di berbagai perusahaan. Memacu produksi akan butuh biaya besar dan waktu lama,” katanya.
Produsen persenjataan tidak melihat kebutuhan besar terhadap senjata akan berlangsung dalam jangka panjang. Karena itu, mereka tidak akan tergesa menanamkan modal untuk memacu produksi dalam waktu singkat. (AFP/REUTERS/AP)