Balon Pengintai, Alat Spionase yang Tak Lekang Waktu
Selain bisa terbang lebih rendah—sehingga bisa merekam gambar lebih jelas—daripada satelit, balon sebagai alat spionase juga tidak butuh identitas. Jika posisi balon ketahuan, pemiliknya bisa mengelak.
”Balon sudah dihancurkan. Terlihat pecahan-pecahan logam”. Demikian laporan yang terdengar dari radio pesawat jet tempur F-22 yang menembak jatuh balon China. Laporan pilot itu ditangkap radio transmisi milik pehobi penerbangan, Ken Harrell (68), yang tinggal di Summerville, Carolina Selatan, Amerika Serikat.
Ia merekam peristiwa penembakan balon tersebut dengan pemindai frekuensi radio yang dibelinya seharga 160 dollar AS, dilengkapi dengan antena dan peranti lunak lain.
Harrell tak sendiri. Banyak pehobi penerbangan, seperti Harrell, ikut mendengarkan peristiwa yang mendebarkan itu. Audio ini sebenarnya tidak menggunakan frekuensi radio sipil yang digunakan pilot penerbangan komersial.
Pilot Angkatan Udara AS berkomunikasi melalui frekuensi militer yang tidak terenkripsi yang digunakan Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara untuk misi pengamanan AS bagian timur. Tetapi, tetap saja bocor dan bisa didengarkan warga sipil, seperti Harrell.
Baca juga : Balon, Perangkat Mata-mata dan Serangan Udara sejak Dulu Kala
Setelah diselidiki oleh Biro Investigasi Federal AS (FBI), balon pengintai milik China itu rupanya diperlengkapi dengan peralatan teknologi tinggi untuk mengumpulkan informasi rahasia. Pada balon itu terpasang beberapa antena, alat sensor, dan peralatan lain untuk mengunggah informasi.
Selain antena, terpasang juga panel surya untuk memasok kebutuhan baterai. Dengan temuan ini, AS yakin, balon itu merupakan bagian dari program mata-mata Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang menyasar sekitar 40 negara.
Balon serupa, yang ternyata bisa bermanuver itu, juga sudah berkelana di lima benua. Sebelum Pemerintah AS mengumumkan temuan terbaru terkait balon China tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning kembali menegaskan balon itu semata-mata adalah balon yang digunakan untuk penelitian cuaca.
Balon seukuran tiga bus sekolah tersebut tertiup angin dan nyasar masuk ke wilayah udara AS. China menilai tindakan AS menembak jatuh balon itu berlebihan.
Tembak obyek baru
Berbarengan dengan penyelidikan balon China dan protes China ke AS, pesawat jet tempur F-22 milik AS kembali menembak jatuh obyek tak dikenal yang terbang di atas wilayah Alaska dengan rudal. Obyek seukuran mobil kecil itu sedang terbang di ketinggian sekitar 12.190 meter. Bentuk obyek ini tidak seperti pesawat terbang dan tidak bisa bermanuver.
Alasan benda tersebut ditembak jatuh semata-mata karena obyek itu berisiko mengganggu lalu lintas udara sipil. Belum diketahui pemilik obyek tersebut. Kecurigaan kembali tertuju pada China karena obyek itu terbang di AS bersamaan waktunya dengan balon China.
Baca juga : Gara-gara Balon, Hubungan AS-China Memburuk
Sampai sejauh ini tidak diketahui informasi apa yang sudah diambil China lewat balon itu. Misalnya pun belum mengumpulkan informasi, balon itu tetap berisiko mengancam AS. Balon itu bisa jadi alat untuk menguji kemampuan AS dalam mendeteksi ancaman yang masuk dan menemukan kelemahan dalam sistem peringatan pertahanan udara.
Balon pengintai atau mata-mata, seperti balon China itu, sebenarnya bukan alat baru. Balon sudah digunakan sejak 1800-an, tetapi lebih banyak digunakan semasa Perang Dunia (PD) II. Selama PD II, Jepang mengerahkan 9.000 balon hidrogen yang membawa bom. Ratusan balon itu dapat mendarat di AS dan Kanada.
Kebanyakan balon yang disebut Fu-Go itu tidak efektif atau meledak, tetapi ada satu balon yang mematikan dan menewaskan enam orang di Oregon, AS, pada Mei 1945. Keenam orang itu sedang piknik keluarga, lalu menemukan bom Jepang itu yang kemudian meledak.
Baca juga : AS Tahan Mantan Agen CIA yang Menjadi Mata-mata China
AS sendiri juga sering menggunakan balon mata-mata. Menurut dokumen dan studi penelitian militer, AS mulai memanfaatkan balon dan sensor raksasa sebagai bagian dari upaya mendeteksi peluncuran rudal Soviet selama era pasca-PD II.
Mereka menyebutnya sebagai Proyek Genetrix. Salah satu rangkaian balon mendarat darurat di pangkalan militer Roswell pada 1947, puing-puingnya ditemukan personel AU AS yang tidak mengetahui proyek itu.
Balon mata-mata ini bukan hal baru. Pengawasan dari udara sudah dimulai sejak Perang Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18.
”Balon mata-mata ini bukan hal baru. Pengawasan dari udara sudah dimulai sejak Perang Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18. Balon udara panas juga digunakan untuk mengamati posisi pertempuran Konfederasi selama Perang Saudara Amerika dari tahun 1861 sampai 1865,” kata Andrew Hammond, sejarawan dan kurator di Museum Internasional Mata-mata di AS.
Burung merpati
Selama PD I, militer mencoba pendekatan lain, seperti memasang kamera kecil pada burung merpati. Burung itu dikirim ke atas parit perlindungan untuk mencoba mencari tahu apa yang dilakukan pihak musuh. Sayang, citra yang dihasilkan dengan model mata-mata seperti ini terbatas.
Baca juga : Buka Mata dan Telinga, Waspadai Mata-mata China
Lalu menjelang Perang Dingin, pesawat mata-mata U-2 mulai digunakan. Teknologi pengintaian udara terus berkembang hingga muncul satelit yang digunakan sekarang.
Sebenarnya dunia sudah jauh berkembang. Balon tidak lagi banyak digunakan untuk alat spionase. China mungkin menggunakan balon karena balon tidak membutuhkan identitas. ”Jadi, ketika misalnya ketahuan, mereka bisa saja bilang itu bukan milik mereka. Tetapi, jika menggunakan pesawat yang ada tanda militernya, kan tidak bisa mengelak atau membantah,” kata Hammond.
Keunggulan balon
Guru Besar Ilmu Teknik Dirgantara di University of Colorado Boulder, Iain Boyd, kepada situs Al Jazeera, 5 Februari 2023, menjelaskan bahwa pada zaman satelit canggih seperti sekarang, balon pengintai menawarkan keunggulan dalam pemantauan jarak dekat. Balon biasanya dibiarkan mengikuti arah dan kondisi cuaca meski bisa dilengkapi dengan peralatan pemandu untuk mengontrol jalurnya.
Balon juga bisa terbang lebih rendah dan melayang pada ketinggian yang sama dengan penerbangan komersial. Karena itulah, balon bisa mengambil gambar yang lebih jelas ketimbang satelit yang mengorbit paling rendah sekalipun.
Balon bisa mengambil gambar yang lebih jelas ketimbang satelit yang mengorbit paling rendah sekalipun.
Boyd mengatakan, sebagian besar satelit mengorbit dengan cepat, satu orbit Bumi bisa dalam waktu 90 menit. Tetapi, ada juga satelit lain yang bisa berputar selaras dengan putaran Bumi sehingga memungkinkan mengambil gambar terus-menerus dari satu lokasi. ”Tetapi satelit semacam itu mengorbit lebih jauh dari planet sehingga gambar yang dihasilkan lebih berkabut,” kata Boyd.
Baca juga : Khawatir Dimata-matai Beijing, Australia Copoti Kamera Pengawas Buatan China
Guru Besar Pusat Kajian Strategis Asia Timur di Universitas Pertahanan Nasional di Washington DC, AS, David DeRoches, juga menjelaskan bahwa balon pengintai seperti balon China juga bisa mengumpulkan sinyal elektronik dan mencegat komunikasi. Balon China itu bisa digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang jenis sinyal apa yang digunakan AS untuk melacaknya.
Perang Afghanistan
Untuk mendapatkan gambar yang jelas itu, AS juga menggunakan balon pengintai yang dilengkapi dengan kamera video inframerah dan berwarna yang disebut aerostat. AS menggunakannya selama masa perang di Afghanistan.
Balon helium pertama kali digunakan saat perang Irak pada 2004 dan juga digunakan untuk memantau daerah perbatasan selatan AS. Ketika digunakan di Afghanistan, banyak warga mengeluhkan kemunculan balon-balon itu karena mengganggu kehidupan pribadi mereka dan menjadi simbol penindasan AS.
Kurator di Museum Angkasa dan Luar Angkasa Nasional di AS, Thomas Paone, kepada harian The New York Times, 4 Februari 2023, menjelaskan bahwa teknologi balon pengintai berkembang terus, tetapi fungsinya tidak berubah, yakni untuk mengawasi atau memantau. Dulu semasa PD I, balon berisi hidrogen memegang peranan penting untuk membantu mengarahkan tembakan artileri, melihat pergerakan pasukan, dan mencatat posisi musuh, seperti depot dan parit.
Mengingat pentingnya perannya tersebut, balon kerap menjadi sasaran tembakan musuh. Jika tertembak, balon bisa meledak. Ini berisiko—jika balon tersebut berpenumpang—bagi orang yang ada di dalam balon itu. Dulu, balon pengintai disertai dengan orang di dalamnya. Karena itu, mereka dibekali parasut untuk menyelamatkan diri jika ada serangan musuh. Praktik inilah yang kemudian memulai keberadaan pasukan khusus terjun payung.
Baca juga : Gosip Spionase di Seputar Perusahaan Teknologi China
Dalam perkembangannya, balon pengintai kemudian tidak berawak dan hanya dilengkapi kamera. Seperti balon China yang ditembak jatuh oleh AS itu. Sulit bagi AS untuk memercayai pernyataan China yang mengaku bahwa balon itu bukan balon pengintai, melainkan balon peneliti.
Apa pun tujuan penggunaannya, balon pengintai ini mengingatkan dunia bahwa selama lebih dari satu abad, pemerintah banyak negara sudah dan masih akan terus menggunakan balon ini untuk pengawasan dan observasi, khususnya ketika sedang dalam situasi perang. (REUTERS/AFP/AP)