Oktober 2022, IMF menaksir PDB global 2023 hanya tumbuh 2,7 persen. Kini, IMF menaksir PDB global 2023 akan tumbuh 2,9 persen. IMF menaksir PDB Asia bisa tumbuh hingga 5,3 persen pada tahun ini
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Washington, Selasa - Perekonomian negara berkembang ditaksir membaik sepanjang 2023. Sebaliknya, mayoritas negara maju tumbuh lebih lambat dibanding tahun lalu. Selain itu, inflasi dan potensi resesi global juga mulai mereda.
Optimisme itu tercantum dalam prediksi perekonomian global dari Dana Moneter Internasional (IMF) edisi Selasa (31/1/2023). Meski tetap mengimbau agar pengambil kebijakan berhati-hati, IMF berpendapat risiko resesi mengecil tahun ini. “Kami tetap yakin ada jalan menghindari resesi tahun ini. Walakin, ini peluangnya kecil dan tetap mungkin ada resesi jika ada kejutan tambahan,” kata ekonom kepala IMF Pierre-Olivier Gourinchas kepada Yahoo Finance.
Perbaikan antara lain terlihat pada prediksi pertumbuhan produk domestik (PDB) global. Pada Oktober 2022, IMF menaksir PDB global 2023 hanya tumbuh 2,7 persen. Kini, IMF menaksir PDB global 2023 akan tumbuh 2,9 persen. Memang, taksiran pertumbuhan 2023 lebih buruk dibandingkan 2021 dan 2022 yang berada di aras 6,2 persen dan 3,4 persen.
Perlambatan terutama terjadi di berbagai negara maju. Dari 5,4 persen dan 3,7 persen pada 2021 dan 2022, PDB negara maju hanya akan tumbuh 1,2 persen pada 2023. Bahkan, Inggris ditaksir minus 0,6 persen. Di zona euro, pertumbuhan ditaksir hanya 0,7 persen.
Di kelompok negara berkembang, perlambatan antara lain tercatat pada ASEAN 5 dan India. Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, ASEAN 5 ditaksir hanya tumbuh 4,3 persen pada 2023. Sementara India 6,1 persen. Pada 2022, ASEAN 5 dan India tumbuh masing-masing 5,2 persen dan 6,8 persen. Arab Saudi malah lebih tertekan lagi. Dari 8,7 persen pada 2022 menjadi hanya 2,6 persen pada 2023.
Sementara di kelompok negara berkembang secara umum, justru ada perbaikan kinerja perekonomian walau amat tipi. Dari 3,9 persen di 2022 menjadi 4 persen di 2023. IMF menaksir PDB Asia bisa tumbuh hingga 5,3 persen pada tahun ini. “Kami melihat ketangguhan di banyak negara sepanjang 2022, meski kejutannya amat parah,” kata Gourinchas.
Daya lenting dan ketangguhan tecermin antara lain dari belanja rumah tangga di atas harapan. Pasar tenaga kerja juga tetap kuat. “Perekonomian global agak lebih tangguh,” ujarnya.
Inflasi
IMF juga menaksir inflasi di 84 negara akan menurun tahun ini. Rata-rata inflasi global bisa terpangkas dari 8,8 persen menjadi 6,6 persen lalu semakin rendah pada 2024. Deflasi antara lain dimungkinkan karena harga bahan bakar dan komoditas selain bahan bakar menurun. Pelemahan permintaan global ditaksir menjadi penyebab penurunan harga komoditas itu
Memang, IMF mengingatkan inflasi akan tetap lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi. Potensi itu terjadi di hingga 86 negara. Selain itu, rata-rata inflasi di negara berkembang tetap lebih tinggi dibandingkan negara maju dan rata-rata global. IMF menaksir inflasi di negara berkembang dan maju masing-masing di aras 4,6 persen dan 8,1 persen sepanjang 2023.
Gourinchas mengatakan, penurunan inflasi memang terlihat menjanjikan. Walakin, ia tetap berhati-hati pada peluang lonjakan ulang harga energi yang bisa memacu inflasi lagi. Karena inflasi inti masih jauh di atas target berbagai bank sentral, IMF tidak yakin bank sentral akan menurunkan suku bunga acuan. “Tanda-tanda (penurunan) inflasi bagus. Walakin, terlalu dini menyatakan kemenangan,” ujarnya.
Karena itu, potensi SBA Federal Reserve ditetapkan di atas 5 persen pada 2023 dianggap layak. Pasar memang kini sedang menanti keputusan terbaru bank sentral Amerika Serikat itu. Dibandingkan IMF, Fed lebih pesimistis pada kinerja perekonomian AS. IMF menaksir PDB AS tumbuh 1,4 persen, Fed hanya mematok 0,5 persen. Apalagi, AS kini sedang dilanda PHK massal di sektor teknologi. Pengangguran ditaksir naik sampai 2024. (AFP)