Tak Ada Tanda Perang Ukraina-Rusia Akan Segera Berakhir
Pertempuran terus terjadi di puluhan kota di Ukraina. Selain menyebabkan jutaan warga Ukraina mengungsi, negara-negara Asia-Afrika kewalahan oleh lonjakan harga aneka komoditas yang harus diimpor.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KYIV, SELASA — Telah memaksa 4,9 juta warga Ukraina mengungsi, perang Ukraina-Rusia belum menunjukkan tanda akan berakhir. Tak hanya itu, negara miskin di Afrika dan Asia pun terpukul dampak perang itu.
Palagan terus membara di Rusia dan Ukraina. Dalam pernyataan pada Selasa (17/1/2023) pagi, kantor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyebut pertempuran terjadi di 55 kota. Di sekitar Bakhmut, pertempuran terjadi setidaknya di 25 kota.
Adapun di Kharkiv dan Sumy, provinsi Ukraina yang berbatasan dengan Rusia, terjadi pertempuran di 30 kota. Pasukan Rusia-Ukraina menggunakan aneka artileri medan dalam pertempuran itu.
Arhanud Rusia juga terus beroperasi untuk menangkal serangan. Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, menyebut bahwa arhanud menembak sejumlah obyek di langit Belgorod. Gubernur provinsi Rusia yang berbatasan dengan Ukraina itu tidak menyebut apa sasaran arhanud pada Selasa dini hari itu. Adapun di Sevastopol, 10 pesawat nirawak Ukraina dijatuhkan saat menuju pangkalan laut Rusia di Semenanjung Crimea.
Sementara itu, Kantor Kepresidenan Ukraina dikejutkan dengan pengunduran diri salah satu stafnya, Alexey Arestovich. Dilaporkan media Pravda Ukraina, Arestovich mengumumkan mundur pada Selasa setelah mengaku bersalah.
Meski tidak mengungkap apa kesalahannya, publik Ukraina marah atas komentarnya terkait ledakan di rumah susun Dnipro. Arestovich menyebut rumah susun itu meledak karena rudal artileri pertahanan udara (arhanud) Ukraina. Seharusnya rudal itu menyasar rudal Rusia yang ditembakkan ke Dnipro.
Padahal, sebelumnya Kyiv menyebut rusun itu meledak gara-gara terkena rudal Kh-22 Rusia. Dalam peristiwa itu, sedikitnya 44 orang tewas dan 20 orang lainnya lagi belum diketahui nasib mereka.
Dampak
Selain telah memaksa 4,9 juta warga Ukraina mengungsi ke sejumlah negara anggota Uni Eropa, perang yang memasuki bulan ke-11 itu juga menyebabkan jutaan warga Ukraina kehilangan tempat tinggal. Rumah mereka hancur karena perang. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ukraina kini menjadi sumber pengungsi terbesar kedua setelah Suriah.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ukraina kini menjadi sumber pengungsi terbesar kedua setelah Suriah.
Selain pengungsi, perang itu juga memukul warga miskin di banyak negara. ”Hampir semua tantangan global tidak diciptakan orang Selatan. Sayangnya, mereka (penduduk di belahan selatan Bumi) terdampak,” kata Perdana Menteri India Narendra Modi.
Ia menyoroti fakta banyak negara Asia-Afrika kesulitan karena harga pangan dan energi melonjak. Negara Asia-Afrika tak punya kemampuan seperti Eropa yang tetap bisa membeli gas dan minyak meski harganya melonjak berkali lipat.
Lonjakan harga itu terjadi karena aneka komoditas dari Rusia-Ukraina tidak bisa masuk pasar. Selain gangguan jalur pengiriman, ekspor dari Moskwa terhambat oleh sanksi Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, Ankara terus mengupayakan dialog Kyiv-Moskwa untuk meredakan ketegangan. ”Harus ada yang berbicara dengan mereka (Rusia). Tanpa dialog ini, akan ada kebuntuan,” ujarnya kepada Financial Times.
Sementara Ketua Ombudsman Turki Seref Malkoc mengumumkan, pertukaran tahanan perang akan berlanjut. Kali ini, hingga 1.000 tawanan perang akan dipertukarkan antara Kyiv dan Moskwa. ”Ukraina memberikan daftar berisi 800 nama, Rusia 200 nama,” ujar Malkoc, sebagaimana dilaporkan Huriyet Daily.
Dengan mediasi Ankara, Kyiv-Moskwa kembali membahas jalur kemanusiaan. Turki menjadi satu-satunya anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang masih terus secara terbuka berkomunikasi dengan Rusia. Anggota lain di NATO memilih mengisolasi Rusia dan menyokong sepenuhnya Ukraina.
Persenjataan
Sebagian anggota NATO bergabung dengan kelompok negara yang menjadi pemasok persenjataan ke Ukraina. Di Pangkalan Ramstein, Jerman, kelompok itu akan kembali bertemu. Menteri pertahanan baru Jerman, Boris Pistorius, disebut akan hadir dalam pertemuan pada Jumat itu.
Dilaporkan media-media Jerman, seperti Deutsche Welle, Bild, dan Spiegel, Pistorius disebut akan menggantikan Christine Lamberch yang mundur, Senin lalu. Lamberch mundur karena terus dikritik. Salah satu pokok kritiknya adalah keengganan Berlin memberikan persenjataan berat bagi Kyiv. Sekutu Jerman di NATO mendesak Berlin segera memberikan tank Leopard ke Kyiv.
Masalahnya, sesuai ketentuan saat pembelian, negara operator Leopard dilarang memberikan tank itu kepada negara lain tanpa izin Jerman. Juru bicara Pemerintah Jerman, Christiane Hoffmann, mengingatkan, semua upaya mengalihkan kepemilikan Leopard dianggap ilegal jika tidak ada izin Jerman.
Produsen Leopard, Rheinmetall, menyebut ada 88 Leopard 1 dan 22 Leopard 2 di gudang pabrik. Kepala Rheinmetall, Armin Papperger, menyebut tank itu baru bisa diberikan ke Ukraina paling cepat tahun depan. Sebab, seluruhnya butuh perbaikan dan biayanya bisa mencapai ratusan juta euro. Rheinmetall tidak sanggup membiayai perbaikan itu.
Kondisi di garis depan, menurut Kyiv, tidak akan banyak berubah selama tank berat tidak kunjung dikirim Amerika Serikat dan sekutunya. Inggris sudah menjanjikan 14 tank berat Challenger 2, sebanyak 30 meriam swagerak AS90S, dan tambahan aneka kendaraan lapis baja.
Menhan Inggris Ben Walace juga menyebut London akan menambah lagi rudal antiserangan udara dan pesawat nirawak ke Ukraina. Belum diketahui kapan semua paket bantuan itu diterima di Ukraina. (AFP/REUTERS)
Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO