Ada Rusia-Iran, Mengapa Suriah Kerap Tak Terlindung dari Serangan Israel?
Meski ditopang militer Rusia dan Iran, Suriah kerap jadi sasaran serangan udara Israel. Ini terjadi akibat kondisi sistem pertahanan, kompleksitas situasi lapangan, serta ”permainan mata” antara Israel dan Rusia.
Israel kembali menyerang Suriah tanpa bisa ditangkal. Artileri pertahanan udara tua dan tidak mampu mendeteksi obyek yang terbang rendah menjadi faktor utama kegagalan Suriah menangkal serangan udara Israel. Ada pula dugaan Damaskus sengaja membiarkan serangan tersebut dilancarkan.
Serangan terbaru Israel ke Suriah itu terjadi pada Senin (2/1/2023) dini hari. Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan serangan itu menyasar Bandara Internasional Damaskus dan salah satu lokasi di Damaskus selatan. Bandara Damaskus ditutup sampai Senin pagi selepas serangan tersebut.
Damaskus menyebut Israel menembakkan rudal dari pesawat yang terbang di atas Danau Galilea. Akibat serangan itu, dua tentara Suriah tewas dan dua tentara lain cedera. Ada juga sejumlah kerusakan. Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) menyebut, empat orang, termasuk dua tentara Suriah, tewas dalam serangan itu.
Baca juga: Kecohan Pesawat Nirawak di Medan Perang, dari Taktik Israel hingga Perang Ukraina
Peneliti pada Harmoon Center di Doha, Diaa Qaddour, menulis bahwa Israel semakin gencar menyerang Suriah sejak 2013. Mayoritas serangan dilancarkan dari wilayah udara Israel, menggunakan rudal udara ke darat yang terbang rendah hingga mencapai sasaran.
”Serangan di antara perang-perang”, demikian Israel menyebut berbagai aksi militernya ke Suriah. Aksi Israel ini dimulai pada 30 Januari 2013 dengan serangan terhadap baterai-baterai pertahanan udara SA-17 pasokan dari Rusia yang, disebut Tel Aviv, dimaksudkan Damaskus untuk diserahkan pada kelompok Hezbollah pro-Iran.
Serangan itu terus terjadi dan kerap berulang meski Suriah mempunyai berbagai jenis artileri pertahanan udara (arhanud). Pada 2013, serangan Israel itu hanya berlangsung empat kali dalam setahun. Namun, bulan lalu Kepala Angkatan Bersenjata Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi mengatakan, serangan tersebut dipersering akhir-akhir ini: minimal sekitar satu kali dalam sepekan.
Salah satu pertanyaan yang muncul: mengapa Suriah terlihat begitu mudah dan terkesan tak terlindung dari serangan-serangan udara Israel meski ada militer dan persenjataan Rusia dan Iran, yang sebenarnya mempunyai sistem persenjataan pertahanan udara canggih?
Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak pernah mengakui kehadiran pasukan militer Iran di negara atas perintahnya. Damaskus kerap menyatakan, Teheran hanya memasok para penasihat militer di lapangan.
Meski demikian, pada Agustus 2022, menurut laman media Suriah, Syrian Voice, Iran menempatkan dua baterai Bavar-373 di Suriah. Media Israel, Jerusalem Post, menyebut Korea Utara dan China membantu Iran mengembangkan Bavar-373.
Pada November 2022, Teheran mengumumkan versi terbaru Bavar-373 bisa melacak dan menghancurkan sasaran 300 kilometer dari lokasi arhanud itu. Roket yang dilepaskan Bavar-373 bisa menyasar target pada ketinggian hingga 32 kilometer.
Kelemahan
Bavar, menurut Qaddour, adalah salah satu contoh masalah arhanud Suriah, yakni fokus pada sasaran terbang tinggi. Padahal, berbagai serangan udara ke Suriah sejak perang saudara 2011 dilancarkan dengan rudal terbang rendah.
Masalah lain, mayoritas arhanud Suriah sudah tua hasil pembelian bertahap sejak 1983. Arhanud Suriah saat ini tidak berbasiskan sistem otomatis dan membutuhkan kesiagaan manusia setiap saat. Karena itu, arhanud Suriah tidak bisa serta-merta menangkal serangan dadakan.
Mayoritas arhanud Suriah sudah tua hasil pembelian bertahap sejak 1983. Arhanud Suriah itu tidak berbasiskan sistem otomatis dan membutuhkan kesiagaan manusia setiap saat. Karena itu, arhanud Suriah tidak bisa serta-merta menangkal serangan dadakan.
Suriah juga mengoperasikan sistem yang kompleks untuk pertahanan udaranya. Suriah membeli dari sejumlah negara. Sampai 2013, Suriah mempunyai 50 jenis rudal antipesawat udara dan antirudal dari berbagai negara. Damaskus ditaksir memiliki 4.100 rudal darat ke udara dan setidaknya 2.000 pucuk senapan anti-serangan udara. Suriah mempunyai 25 brigade yang mengoperasikan hingga 150 baterai rudal darat ke udara.
Damaskus, antara lain, menggunakan Tor M2, Buk-M2E atau SA-17 Grizzly, Buk-M1 atau SA-11 Gadfly, S-200 Angara atau SA-5, Pantsir-S1, dan S-125 Pechora-2M. Suriah juga mempunyai Strela-10 atau SA-13, 9K37 Gang atau SA-11, 9K33 Osa atau SA-8. Ada pula S-125M atau SA-3B.
Begin-Sadat Center for Strategic Studies (BESA Center), lembaga kajian di Iran, menyebut arhanud Suriah relatif tak bertambah sejak perang saudara meletus. Bahkan, perang saudara juga membuat banyak arhanud Suriah hancur karena berbagai faktor. Kehancuran terutama terjadi di daerah-daerah yang tidak dikendalikan pasukan pemerintah.
S-300 dan S-400 Rusia
Selain Bavar-373, Suriah memang pernah kedatangan S-300 dan S-400 dari Rusia. Masalahnya, kata Qaddour, arhanud itu hanya untuk melindungi pangkalan udara (lanud) Suriah yang dioperasikan Rusia. Baterai-baterai S-300 dan S-400 itu tetap dioperasikan Rusia, bukan oleh pasukan Suriah.
Baca juga: Suriah Tuding AS Curi Minyak
Media Israel, Haaretz dan Israel Hayom, menyebut Tel Aviv selalu berkoordinasi dengan Moskwa sebelum menyerang Damaskus. Israel tidak mau mengulangi kesalahan menembak pesawat angkut Rusia pada September 2018. Kesepakatan itu membuat pesawat-pesawat Israel tidak jadi sasaran S-300 dan S-400 Rusia di Suriah selama tidak menyerang aset-aset Moskwa.
Baterai-baterai S-300 dan S-400 itu tetap dioperasikan Rusia, bukan oleh pasukan Suriah.
Qaddour mengatakan, sekitar 12 persen dari seluruh serangan udara Israel ke Suriah sejak 2013 ditujukan ke arhanud. Adapun 88 persen serangan lainnya menyasar berbagai posisi yang diklaim sebagai pos-pos Iran dan kelompok milisi sokongan Iran.
Sejak 2013, Iran gencar masuk ke Suriah yang sedang dilanda perang saudara. Bantuan Iran—faktor utama lainnya adalah bantuan militer Rusia—menjadi salah satu kunci keberhasilan Presiden Suriah Bashar al-Assad menahan gempuran pemberontak yang disokong AS dan sekutunya.
Target serangan Israel
Sumber-sumber di kalangan intelijen Barat dan kawasan menyebutkan, Teheran memanfaatkan transportasi udara sipil sebagai cara mengirimkan pasokan perlengkapan militer pada pasukannya dan para petempur sekutunya di Suriah. Hal itu dilakukan setelah Israel kerap memotong jalur pasokan darat.
Bulan lalu, Kohavi mengklaim melancarkan serangan udara terhadap sebuah truk pembawa persenjataan Iran yang memasuki Suriah dari Irak. Israel mengakui, mereka menarget markas-markas dan pangkalan-pangkalan kelompok sekutu Iran di Suriah, seperti Hezbollah (Lebanon). Tel Aviv menyatakan, kehadiran pasukan atau milisi pro-Iran di perbatasan utara sebagai garis merah yang dijadikan pembenar atas serangan-serangan militer Israel ke Suriah.
Pada Senin (2/1/2023), Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan, serangan-serangan Israel merupakan ”bagian dari serangkaian kejahatan Israel”. Melalui pernyataan tertulis, Damaskus mendesak Dewan Keamanan PBB guna mengecam keras atas ”kejahatan dan agresi Israel” tersebut. Ditambahkan, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu harus diadili. Selain itu, serangan-serangan serupa tidak boleh terulang.
Lembaga kajian di Turki, Jusoor Center, menyebut Iran dan Hezbollah mempunyai hingga 247 pos di seluruh Suriah. Iran membutuhkan Suriah sebagai salah satu mata rantai logistik untuk memasok aneka persenjataan hingga dana ke berbagai kelompok milisi.
Jerusalem Post, mengutip pejabat Kementerian Pertahanan Israel, menyebut Iran tak hanya menjadikan Suriah sebagai jalur logistik. Teheran juga berusaha membangun pabrik persenjataan di Suriah. Serangan terus dilancarkan karena Iran dan kelompok yang disokongnya terus berpindah tempat dan terus membangun basis di sana.
Qaddour menyebut, ada pula alasan dendam dan kebutuhan mempertahankan keunggulan. Meski berkali-kali sukses menyerang Suriah, Israel juga beberapa kali kehilangan jet tempur karena dihancurkan arhanud Suriah. Serangan pada arhanud Suriah merupakan pembalasan atas penghancuran pesawat Israel.
Baca juga: Suriah Tuding Israel Gencarkan Serangan Udara
Meski tua dan banyak rusak, arhanud Suriah tidak diremehkan Israel sepenuhnya. Hal itu dibuktikan dengan fakta Israel tidak pernah memakai rute yang sama untuk pesawat-pesawatnya yang menyerang Suriah. Israel juga amat jarang menerobos wilayah udara Suriah dan menyerang dari sana. Serangan Israel dilepaskan dari wilayah udaranya sendiri. Israel harus terus melakukan itu selama Suriah masih punya arhanud yang disebar di berbagai tempat. (AFP/REUTERS)