Sudah puluhan kali jet tempur China mendekati pesawat intai Amerika Serikat dan sekutunya di atas Laut China Selatan. Militer AS menyebut, pesawat China mendekat sampai 6 meter dari pesawat AS dan sekutunya.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR/KOMPAS/KRIS MADA
Dalam tangkapan layar dari video yang disiarkan Komando Operasi Indo-Pasifik Amerika Serikat (INDOPACOM) pada Kamis (29/12/2022) ini, terlihat jet tempur J-11 China dari jendela pesawat intai RC-135 AS. Menurut INDOPACOM, J-11 China membayangi RC-135 dalam jarak 6 meter di atas Laut China Selatan pada 21 Desember 2022.
HONOLULU, JUMAT – China semakin berani menantang Amerika Serikat dan sekutunya di Laut China Selatan. Pesawat tempur China sampai mendekati pesawat-pesawat tempur AS dan sekutunya, menurut pernyataan Komando Operasi Indo-Pasifik AS, dalam jarak 6 meter.
Manuver terbaru itu dilakukan Beijing pada 21 Desember 2022, hari pertama latihan gabungan China-Rusia. Komando Operasi Indo-Pasifik AS (INDOPACOM) dalam pernyataan pada Kamis (29/12/2022) sore waktu Honolulu atau Jumat dini hari WIB mengungkapkan, pesawat intai RC-135 Rivet Joint AS didekati oleh jet tempur J-11 milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) China.
”Pilot (J-11) melakukan manuver tidak aman selama mencegat pesawat RC-135 AS yang beroperasi rutin sesuai hukum di atas Laut China Selatan di wilayah udara internasional. Pilot PLAN terbang di depan dan di samping moncong RC-135 pada jarak 20 kaki (sekitar 6 meter), memaksa RC-135 berusaha mengelak untuk menghindari tabrakan,” demikian pernyataan resmi INDOPACOM.
INDOPACOM menyatakan akan terus terbang dan berlayar di Laut China Selatan selepas insiden itu. INDOPACOM beralasan, operasi rutin tersebut untuk menjaga keamanan keamanan dan penerbangan di sana.
”Kami berharap semua negara di Indo-Pasifik menjunjung keselamatan penerbangan sesuai hukum internasional,” demikian lanjutan pernyataan itu.
INDOPACOM tidak menyebut lokasi pasti kejadian tersebut. Hal yang jelas, China mengklaim sebagian perairan dan wilayah udara Laut China Selatan. Klaim itu ditolak banyak negara, termasuk AS dan sekutunya.
Australia-Kanada
Sekutu AS, Australia dan Kanada, juga pernah mengalami insiden sejenis pada Mei, Juni, dan November lalu. Pada 26 Mei 2022, pesawat intai maritim P-8 Australia dikejar jet tempur J-16 China.
Canberra menyebutkan, J-16 melepaskan suar dan kantong berisi aneka serpihan. Sebagian isi kantong berupa potongan kecil aluminium. Sebagian potongan itu masuk ke mesin P-8.
Seperti AS, Australia juga tidak mengakui klaim China atas sebagian Laut China Selatan. Canberra menyebutkan, insiden 26 Mei 2022 itu terjadi di atas perairan internasional.
Sementara pada Juni 2022, pesawat intai CP-140 Kanada dibayangi jet tempur China kala terbang dekat Jepang. Ottawa menuding, Beijing telah melakukan 61 manuver sejenis pada Desember 2021-Juni 2022 terhadap pesawat-pesawat Kanada di sana. Kanada beralasan, pesawat intainya dikerahkan untuk memonitor penegakan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara.
Alasan serupa dilontarkan kala pesawat sejenis terbang pada akhir November 2022 dekat perairan Jepang. Seperti pada Juni 2022, pesawat CP-140 Kanada juga dibayangi oleh jet tempur China.
Menteri Pertahanan Kanada Melanie Joly mengatakan, Ottawa siap menghadapi kekacauan yang ditimbulkan Beijing. ”Kami akan menghadapi China soal penghormatan pada tatanan internasional,” ujarnya.
Kanada menyebut China sebagai pengganggu yang kekuatannya terus berkembang. Kebijakan Kanada soal Indo-Pasifik menegaskan sikap Ottawa pada Beijing.
Reaksi China
Dalam pernyataan pada Juli 2022, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, justru Australia-Kanada terus memprovokasi dan meningkatkan ketegangan kawasan. Canberra-Ottawa dituding mengabaikan hukum internasional dan terbang tanpa izin di wilayah yang diklaim Beijing.
Insiden J-11 dengan RC-135 terjadi pada hari pembukaan latihan perang laut China-Rusia. Latihan di Laut China Timur itu menggunakan skenario blokade laut, penggeledahan kapal lawan, pertahanan armada laut dari serangan udara, hingga operasi antikapal selam. Kapal-kapal China-Rusia menggunakan roket, rudal, dan ranjau asli dalam latihan pada 21-27 Desember 2022 itu.
AP/XINHUA/HU SHANMIN
Dalam foto yang disiarkan pada 31 Desember 2021 ini, terlihat jet tempur J-15 China mendarat di kapal induk China, Liaoning, di perairan yang tidak diungkap lokasi pastinya. Pada akhir Desember 2022 diungkap bahwa Liaoning berlayar dekat pangkalan Amerika Serikat di Guam.
Beijing menyebut latihan itu untuk meningkatkan kemampuan menjaga keamanan maritim. Karena itu, skenario latihan mencakup, antara lain, penggeledahan kapal.
China mengerahkan helikopter intai, kapal selam, dan sejumlah kapal perusak. Sementara Rusia mengerahkan sejumlah korvet dan frigat dalam latihan itu. Seperti China, Rusia juga mengirimkan pesawat dan helikopter intai maritim dalam latihan gabungan tersebut.
Pengamat militer China, Wei Dongxu, mengatakan, latihan itu sulit dilepaskan dari manuver AS dan sekutunya di kawasan. Di antara China-Rusia, ada Jepang yang semakin meninggalkan prinsip pasifisnya. Selain meningkatkan anggaran pertahanan, Jepang juga terus menambah persenjataan yang bisa menjangkau China-Rusia. Bahkan, Tokyo berencana menempatkan baterai rudal sedekat mungkin dengan China.
Sementara AS, dengan dalih menegakkan kebebasan berlayar, terus mengerahkan kapal dan pesawatnya. Bukan hanya pada China, AS juga mengabaikan hak berdaulat negara-negara kawasan dengan alasan penegakan kebebasan itu.
Meski tidak meratifikasi, AS selalu menjadikan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982 sebagai alasan pembenar manuvernya. AS berkali-kali menolak mengakui zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan zona pertahanan udara (ADIZ) negara-negara di kawasan.
Indonesia berkali-kali merasakan penolakan itu. AS, antara lain, pernah menerbangkan F-18 tanpa izin sampai ke atas Bawean, Jawa Timur, pada Juli 2003. Bahkan, jet-jet tempur AS itu nyaris baku tembak dengan F-16 Indonesia. (AFP/REUTERS)