Aksi Pesawat Nirawak Korut dan Jet-jet Tempur China Panaskan Asia Timur
Kawasan Asia Timur kembali memanas, Senin (26/12/2022), saat pesawat-pesawat nirawak Korea Utara bergerak menuju Korea Selatan. Pada hari yang sama, puluhan jet tempur China terbang ke arah Taiwan.
SEOUL, SENIN — Asia Timur memanas menjelang akhir 2022. Setelah kembali menembakkan rudal, Korea Utara menerbangkan sejumlah pesawat nirawak ke arah Korea Selatan. Sementara China mengerahkan 71 jet tempur ke arah Taiwan.
Kantor Pimpinan Staf Gabungan (JSC) Korsel membenarkan setidaknya lima pesawat nirawak Korut bergerak ke arah Korsel, Senin (26/12/2022). Bahkan, salah satunya mendekati ibu kota Seoul.
Korsel menanggapi pengerahan pesawat-pesawat nirawak itu dengan sejumlah tindakan. Seoul balas mengirimkan pesawat intai ke arah Korut. Pesawat-pesawat intai Korsel disebut merekam sejumlah lokasi pasukan dan fasilitas militer Korut.
Tanggapan lain berupa pengerahan helikopter serbu dan pesawat tempur untuk memburu pesawat nirawak Korut. Pesawat yang diterbangkan Korsel itu termasuk KA-1, versi tempur dari pesawat latih berbaling-baling tunggal KT-1. Seoul membenarkan, lebih dari 100 tembakan dilepaskan ke pesawat nirawak itu. Tidak ada pesawat Korut dijatuhkan dalam pengejaran tersebut.
Baca juga: Uji Senjata Korut Tak Kunjung Surut
Dalam pernyataan Kantor JSC Korsel disebutkan, pesawat nirawak Korut terdeteksi pada pukul 10.25 waktu setempat. Pesawat-pesawat Korut itu terbang menuju Gimpo, Ganghwa, dan Paju di Korsel. ”Kami juga bisa melihat pesawat (nirawak Korut) dengan mata telanjang,” kata seorang perwira Korsel kepada kantor berita Yonhap.
Pada pukul 11.39, salah satu KA-1 yang dikerahkan Korsel jatuh di Hoengseong. Wilayah itu terletak sekitar 140 kilometer di timur Seoul. Pilot dan kopilot KA-1 dilaporkan selamat. KA-1 memang dilengkapi dengan kursi pelontar seperti jet tempur. Penyebab kecelakaan masih diselidiki. Kedua awak pesawat itu dirawat di rumah sakit dekat lokasi jatuh.
Tutup bandara
Bukan hanya mengejar pesawat Korut, Korsel juga menutup sebagian wilayah udaranya beberapa jam. Pesawat dilarang meninggalkan dan mendekati Bandara Gimpo dan Incheon sampai pukul 14.10 waktu setempat. Larangan terbang dari dan ke bandara dikeluarkan oleh markas besar Angkatan Bersenjata Korsel.
Otoritas bandara tidak menjelaskan lebih lanjut soal larangan itu. Hal yang jelas, larangan dikeluarkan selepas sejumlah pesawat nirawak Korut diterbangkan menuju Gimpo.
Korut ditaksir mempunyai hingga 1.000 pesawat nirawak. Korsel pertama kali mengetahui keberadaan pesawat-pesawat itu pada 2014. Kala itu, Korut mengerahkan sebagian pesawat nirawaknya untuk memotret lokasi penempatan rudal Korsel.
Korut jarang menerbangkan pesawat nirawak. Pyongyang lebih sering menembakkan rudal dan roket. Pekan lalu, lima rudal ditembakkan Korut. Penembakan itu merupakan bagian dari reaksi Pyongyang atas latihan perang udara Amerika Serikat-Korsel di dekat Korut.
Baca juga: Rakyat Jepang Tolak Kenaikan Pajak untuk Biayai Kenaikan Anggaran Pertahanan
Pyongyang hampir selalu menembakkan rudal setiap kali AS-Korsel menggelar latihan perang bersama di sekitar Semenanjung Korea. Pada Juli-Desember 2022 saja, AS-Korsel sudah lima kali mengadakan latihan perang laut, darat, dan udara di Semenanjung Korea. Bahkan, AS mengerahkan kapal induk di sebagian latihan itu.
Pyongyang hampir selalu menembakkan rudal setiap kali AS-Korsel menggelar latihan perang bersama di sekitar Semenanjung Korea.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini Korsel menanggapi ulah Korut lebih keras. Seoul berkali-kali bolak-balik menembakkan rudal atau roket setiap kali Pyongyang melepaskan rudal.
Jet China menuju Taiwan
Dari Taipei dilaporkan, China mengerahkan setidaknya 71 jet tempur dan tujuh kapal perang ke arah Taiwan. Pesawat dan kapal itu digerakkan pada Minggu pagi hingga Senin pagi. Kementerian Pertahanan Taiwan mencatat, 47 pesawat itu melintasi garis batas imajiner di Selat Taiwan.
Garis itu ditetapkan AS pada 1996 dan selama dua dekade dianggap sebagai batas terjauh armada tempur China boleh mendekati Taiwan. Sejak Agustus 2022, China sudah berkali-kali mengerahkan armada perangnya melewati batas itu dan AS tidak bertindak.
China kembali melakukan pada awal pekan ini dengan mengerahkan antara lain 12 jet tempur J-11 dan enam SU-30. China juga mengirimkan enam J-10 dan 18 J-16. Tidak hanya mengirim pesawat tempur, Beijing juga mengerahkan pesawat intai berawak dan nirawak.
Juru Bicara Komando Palagan Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China Kolonel Shi Yi membenarkan ada latihan perang dekat Taiwan. Latihan itu merupakan wujud tanggapan China atas pengesahan undang-undang belanja pertahanan AS (NDAA).
Dalam UU itu, antara lain, ada anggaran total 12 miliar dollar AS dari Washington ke Taipei. Sebanyak 2 miliar dollar AS di antaranya dialokasikan sebagai utang Taipei ke Washington. Utang itu dipakai Taiwan untuk membeli senjata dari AS.
NDAA juga memberi peluang AS mengundang Taiwan dalam latihan operasi laut terbesar di Pasifik, RIMPAC, pada 2024. Undangan biasanya hanya diberikan kepada negara-negara yang kedaulatannya diakui AS. Meski mendukung penuh Taiwan, AS tak mengakui kedaulatan Taiwan sebagai negara.
Baca juga: PM Albanese Lepas Tangan soal Lawatan Delegasi Australia ke Taiwan
”AS sepertinya akan meninggalkan era menjual persenjataan lama dan cenderung untuk pertahanan. Ke depan, AS akan memberi Taiwan persenjataan mutakhir dan bisa untuk menyerang,” kata Song Zhongping, pengamat militer China, kepada media China, Global Times.
Ia juga menduga AS akan mendorong negara-negara Pasifik meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Taiwan. Selama ini, dalam konteks hubungan Taiwan dengan negara di kawasan, AS hanya mendorong kerja sama keamanan dengan fokus pada sektor-sektor non-militer.
Sejumlah pakar di Taiwan sebenarnya tidak yakin, AS akan lebih meningkatkan perlindungan pada Taiwan. Pengajar pada Tamkang University, Lin Ying-yu, mengatakan, Kongres AS berusaha menahan diri soal perluasan dukungan pada Taiwan. Hal itu, antara lain, ditunjukkan oleh keputusan DPR AS untuk tidak memasukkan hibah kepada Taiwan dalam rencana belanja multitahun bernilai 1,6 triliun dollar AS.
Taipei diingatkan untuk tetap realistis dan tidak berharap akan mendapat semua keinginannya dari Washington. Meski mendapat fasilitas kredit ekspor 2 miliar dollar AS, tidak berarti Taipei bisa membeli senjata apa pun dari AS. ”Akan tetap ada keputusan akhir dari Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS,” ujar Lin kepada Focus Taiwan.
Anggota parlemen dari Partai Demoratik Progresif (DPP) Taiwan Lo Chih-cheng menyebut, NDAA sebenarnya menjawab kebutuhan Taiwan. Selama ini, tentara Taiwan kekurangan latihan perang dengan skenario yang sedekat mungkin dengan kenyataan. Keputusan AS membuka peluang Taiwan terlibat di RIMPAC akan memberikan kebutuhan itu.
Politisi Kuomintang Alexander Huang mengatakan, keterlibatan Taiwan di RIMPAC bisa memicu reaksi sangat keras dari China. Ia tidak bisa menaksir reaksi seperti apa yang ditunjukkan China.
Lin mengatakan, Beijing bisa jadi mendapatkan alasan untuk mengerahkan lebih banyak aset militernya ke arah Taiwan. ”Beijing akan mencari alasan apa pun,” katanya. (AFP/REUTERS)