Cuaca dingin di bawah titik beku air telah membawa sejumlah korban jiwa. Banyak warga yang tengah berkendara, terjebak di dalam kendaraannya karena salju yang tebal.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
NEW YORK, SENIN — Badai salju yang brutal, yang membuat cuaca beku hingga beberapa puluh derajat Celcius di bawah nol, melanda sebagian besar wilayah Amerika Serikat. Otoritas di sejumlah wilayah melaporkan adanya kematian akibat cuaca yang sangat buruk ini dan bisa terus bertambah karena regu penyelamat kesulitan mencapai lokasi akibat ketinggan salju yang terus bertambah.
Kantor berita Asociated Press melaporkan jumlah kematian akibat cuaca buruk di seluruh Amerika Serikat sebanyak 34 orang. sementara, kantor berita AFP menyebut kematian berjumlah 32 orang. Akan tetapi, media AS CNN menyebut warga yang meninggal akibat cuaca buruk mencapai 37 orang.
Cuaca ekstrem membentang dari Great Lakes dekat Kanada hingga Rio Grande di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. Sekitar 60 persen populasi AS telah mendapat peringatan tentang suhu dingin yang ekstrem, suhu turun drastis di bawah normal dari timur Pegunungan Rocky ke Appalachian. Layanan Cuaca Nasional (NWS), Minggu (25/12/2022), menyatakan, udara Arktik yang sangat dingin akan menyelimuti sebagian besar pantai timur AS.
Badai salju, yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terganas dalam beberapa dekade terakhir, memaksa sekitar 3.000 penerbangan hari Minggu dibatalkan, menyusul pembatalan dalam jumlah yang hampir sama sehari sebelumnya. Banyak calon penumpang memilih berada di bandara dan melewati malam Natal di sana.
NWS juga memperingatkan, salju akan turun dengan lebat dan membuat ketebalannya mencapai lebih dari 43 inci atau sekitar 1,1 meter, diiringin dengan angin berkecapatan hingga 64 kilometer per jam. NWS memperingatkan agar masyarakat tidak mengendarai mobil atau motor miliknya di jalanan yang ditutupi salju karena risiko kecelakaan yang tinggi.
Salah satu wilayah yang paling terdampak badai salju ini adalah Buffalo, di Negara Bagian New York. Petugas pemadam kebakaran dan Petugas bantuan kedaruratan lainnya tidak bisa mencapai lokasi yang membutuhkan penangann darurat segera karena salju tebal menghalangi pergerakan kendaraan mereka.
Dua orang warga ditemukan Tewas di rumah mereka yang terletak di wilayah pinggir kota Cheektowaga, New York. Mereka tidak bisa mendapatkan layanan kedaruratan karena kondisi salju tebal dan cuaca buruk. Eksekutif wilayah Erie, Mark Poloncarz mengatakan, dalam catatannya, sebanyak 10 orang warganya meninggal dunia Selama badai berlangsung. Enam diantaranya adalah warga Buffalo.
“Beberapa ditemukan di dalam mobil, beberapa ditemukan di jalan di tumpukan salju. Ada orang yang terjebak di dalam mobil selama lebih dari 2 hari,” kata Poloncarz.
"Ini bukan Natal yang kita harapkan," kata Poloncarz di Twitter pada hari Minggu. "Belasungkawa terdalam saya kepada keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai."
Cuaca beku dan pemadaman listrik di wilayah tersebut membuat sejumlah penduduk Buffalo mencari tempat berlindung yang hangat dan nyaman. Mereka menggunakan kendaraan yang dimiliknya, mencari lokasi-lokasi yang bisa didiami selama badai salju berlangsung. Akan tetapi, dengan jalanan yang diselimuti salju tebal, banyak warga yang akhirnya terjebak dan bahkan tidak bisa keluar dari kendaraan yang dinaikinya.
Jeremy Manahan, salah satu warga, terpaksa menyalakan kendaraannya lebih dari 24 jam tanpa henti agat bisa mengisi daya ponselnya. “Ada satu tempat penampungan penghangat, tapi itu terlalu jauh untuk saya capai. Saya tidak bisa mengemudi. Dan Anda tidak bisa berada di luar selama lebih dari 10 menit tanpa terkena radang dingin,” kata Manahan.
Ditjak Ilunga, warga Gaithersburg, Maryland, tengah Dalam perjalanan menuju Hamilton, Ontario saat kendaraan yang ditumpanginya terjebak dalam salju tebal di Buffalo. Tidak bisa menjangkau bantuan, mereka terjebak dalam mobil selama belasan jam.
Menyadari bantuan tidak akan datang dengan Cepat dan Bahan bakar kendaraannya semakin menipis, setelah mesinnya terus menyala selama belasan jam, Ilunga memutuskan mengambil risiko berjalan menembus badai salju untuk mencari tempat Perlindungan terdekat. Ilunga menggendong putrinya yang baru berusia enam tahun, Destiny, di punggunggunya. Sementara putrinya yang lebih tua, Cindy (16), menggendong seekor Anak anjing peliharaan mereka, mengikutinya dari belakang. Berempat, mereka menembus badai salju.
“Kalau saya memilih tetap berada di mobil ini, saya akan mati di sini bersama anak-anak saya,” kenang Ilunga sambil berpikir. Dia menangis ketika keluarga berjalan melewati pintu penampungan. "Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya.”
Pengalaman yang sama diceritakan ZIla Santiago. Dikutip dari laman New York Times, Santiago, bersama dua anaknya yang masih berusia 2 dan 6 tahun terjebak dalam mobilnya di bawah salju yang terus turun. Lebih dari 11 jam Santiago terjebak di dalam mobilnya. Mencoba menghubungi layanan darurat 911, Garda Nasional dan teman-temannya untuk membantu, nihil.
Santiago dan anak-anaknya terjebak di Alabama dan Fulton di Buffalo. Santiago mengaku mereka berada di jalanan karena tidak mampu meninggalkan anak-anaknya semalaman dengan pengasuh.
Untuk menghangatkan badan, dia menyalakan penghangat kendaraan agar dirinya dan kedua anaknya yang masih kecil tetap nyaman. Tidak berani ke luar mobil, Santiago membantu Anak laki-lakinya buang air Kecil di botol bekas air mineral yang ada di mobil.
Untuk menyembunyikan kegelisahannya, dia mencoba menghibur kedua anaknya dengan tonton yang disukai mereka, film kartun besutan Disney, Frozen.
Santiago dan kedua anaknya beruntung diselamatkan oleh petugas pembersih jalan yang lewat. “INi bukan sesuatu yang ingin saya alami selama hidup,” katanya. (AP/AFP/Reuters)