Ukraina Jatuhkan Sanksi kepada 10 Pastor Gereja Ortodoks
Kasus ini memunculkan perdebatan di masyarakat karena definisi bekerja sama dengan pasukan Rusia ataupun menyebarluaskan pesan-pesan pro-Rusia dinilai tidak jelas.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
KYIV, MINGGU — Pemerintah Ukraina menjatuhkan sanksi kepada 10 pastor Gereja Ortodoks Ukraina atas tuduhan bekerja sama dengan Rusia. Tindakan ini menuai perdebatan publik mengenai kebebasan beragama di negara tersebut.
Sanksi dijatuhkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melalui Dekrit Presiden Nomor 820/2022. ”Saya telah memerintahkan penyelidikan mendalam mengenai keterlibatan gereja di dalam mendukung invasi Rusia ke tanah air kita. Keputusan ini diambil berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul,” katanya dalam taklimat harian, Sabtu (3/12/2022).
Dilansir dari media Ukrayinska Pravda, 10 orang yang dijatuhi sanksi ini mencakup lima Uskup Metropolit untuk kota Chernobyl, Crimea, dan Kerch. Mereka dihukum dengan pembekuan aset di bank, tidak boleh mengirim ataupun menerima uang, dan tidak boleh memiliki properti. Sanksi berlaku selama lima tahun ke depan.
Penyelidikan dilakukan oleh Badan Keamanan Nasional Ukraina (SSU). Selain menyelidiki para anggota gereja, mereka juga menggeledah berbagai gereja, biara, serta fasilitas keagamaan lainnya karena ada tuduhan Gereja Ortodoks Ukraina menyembunyikan persenjataan maupun peralatan tentara Rusia.
Total ada 33 pastor maupun staf gereja yang ditangkap. SSU melaporkan bahwa orang-orang ini mendukung pendudukan wilayah Ukraina oleh tentara Rusia atau setidaknya dengan sukarela bekerja sama dengan pasukan Rusia. Beberapa orang juga dilaporkan menggaungkan narasi pro-Rusia ketika memimpin kegiatan ibadah.
Aslinya, Gereja Ortodoks Ukraina adalah bagian dari Gereja Ortodoks Rusia yang dipimpin oleh Batrik Kirill dari Moskwa. Ia merupakan teman dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan pendukung invasi Rusia ke Ukraina yang diluncurkan sejak Februari 2022. Batrik Kirill bahkan menyamakan invasi itu dengan perang kudus.
Sebanyak 43 juta warga Ukraina atau setara dua pertiga penduduk negara itu menganut kepercayaan Ortodoks dan marah kepada pernyataan Batrik Kirill. Pada Mei, Gereja Ortodoks Ukraina resmi memisahkan diri dari Gereja Ortodoks Rusia. Akan tetapi, SSU melancarkan penyelidikan guna memastikan semua badan gereja benar-benar pro-Ukraina.
Kasus ini memunculkan perdebatan di masyarakat karena definisi bekerja sama dengan pasukan Rusia ataupun menyebarluaskan pesan-pesan pro-Rusia dinilai tidak jelas. Apabila Pemerintah Ukraina tidak melakukannya dengan hati-hati, masyarakat khawatir akan memecah belah persepsi antara patriotisme dan kehidupan beragama.
Isu ini juga sudah mulai dipolitisasi oleh Rusia. Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang sekarang menjadi anggota Duma (parlemen Rusia) sudah menulis unggahan di media sosial Telegram. ”Ukraina memusuhi agama dan gereja,” ujarnya. (REUTERS)