Hampir 15 juta orang Ukraina mengidentifikasikan diri sebagai jemaat Gereja Ortodoks Rusia. Sementara tidak sampai 5 juta warga Ukraina mengidentifikasi diri sebagai jemaat Gereja Ortodoks Ukraina.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
KYIV, RABU — Pemerintah Ukraina dituding mengintimidasi gereja ortodoks. Tudingan dilontarkan setelah Badan Keamanan Nasional Ukraina menggeledah biara berusia 1.000 tahun di Kyiv.
Lewat pernyataan pada Selasa (22/11/2022), Kyiv membenarkan adanya penggeledahan oleh Badan Keamanan Nasional (SBH) terhadap Biara Pechersk Lavra. Penggeledahan biara di sisi selatan Kyiv itu disebut sebagai bagian dari upaya memutus jaringan mata-mata Rusia di Ukraina.
Kyiv tidak mau biara yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia itu dijadikan tempat penyimpanan senjata. SBU menggeledah ruangan-ruangan biara itu dengan alasan mencegah orang asing memanfaatkannya untuk mengganggu keamanan Ukraina. SBU tidak mengungkap hasil penggeledahan itu.
Pechersk Lavra merupakan salah satu biara di bawah Gereja Ortodoks Rusia. Juru bicara gereja, Vladimir Legoyda, menyebut penggeledahan itu sebagai intimidasi terhadap jemaat Kristen ortodoks di Ukraina.
”Kami berdoa kepada saudara seiman yang sedang menjadi korban kesewenangan dan kami mengajak siapa pun untuk menghentikan persekusi ini,” ujarnya sebagaimana dikutip Aljazeera dan Russia Today.
Persekusi, menurut Legoyda, sudah berulang kali terjadi sejak 2014. ”Seperti beberapa tahun terakhir, persekusi ini diabaikan oleh mereka yang mengaku sebagai pembela hak asasi manusia internasional,” katanya.
Hampir 15 juta orang Ukraina mengidentifikasikan diri sebagai jemaat Gereja Ortodoks Rusia. Sementara tidak sampai 5 juta warga Ukraina mengidentifikasi diri sebagai jemaat Gereja Ortodoks Ukraina.
Pada Mei 2022, Gereja Ortodoks Rusia di Ukraina mengumumkan pemutusan hubungan dengan Kepatriakan Agung Moskwa. Selama ini, gereja-gereja ortodoks Rusia di Ukraina di bawah Kepatriakan Agung Moskwa. Patriakh Agung Moskwa Kyril secara terbuka mendukung serangan Rusia ke Ukraina. Ia menyebut serangan itu sebagai tugas suci.
Sementara dari Crimea dilaporkan, Ukraina mengarahkan sejumlah pesawat nirawak berpeledak ke beberapa posisi pasukan Rusia di Sevastopol. Gubernur Sevastopol Mikhail Razvozhaev mengklaim, pesawat-pesawat itu dijatuhkan. Menurut dia, pesawat itu diarahkan ke pembangkit listrik di Balaklava. Serangan dilancarkan dalam beberapa gelombang.
Serangan pada Selasa itu dilancarkan hampir 1,5 bulan sejak Jembatan Kerch diledakkan sebagian. Jembatan itu menghubungkan Crimea dengan Krasnodar Krai. Sementara pada Agustus-September, ledakan terjadi di sejumlah tempat penyimpanan kendaraan dan senjata pasukan Rusia di Sevastopol.
Seperti pada serangan-serangan sebelumnya, Kyiv tidak pernah memberikan komentar. Ukraina tidak pernah menyangkal terlibat ataupun mengakui serangan itu.
Beberapa hari ini, Kyiv lebih sibuk mengupayakan evakuasi warganya dari sejumlah daerah. Sebab, daerah-daerah itu berada di kawasan yang mengalami kerusakan jaringan listrik, air, dan gas. Tanpa pasokan listrik, air, dan gas, warga akan kesulitan melewati musim dingin. Imbauan evakuasi sudah dikeluarkan, antara lain, untuk penduduk Kherson dan Mykolaiv.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaksir, hingga 3 juta orang harus mengungsi dari sejumlah daerah di Ukraina. ”Ada tantangan serius untuk penyediaan bantuan,” kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge.
WHO mewaspadai kemungkinan peningkatan kasus pneumonia, difteri, campak, hingga Covid-19 selama musim dingin. Oleh karena itu, selain makanan dan pakaian hangat, WHO juga mengimbau penyediaan vaksin dan obat-obatan untuk pengungsi. (AFP/REUTERS)