Pertarungan utama dalam pemilu kali ini adalah koalisi Barisan Nasional melawan oposisi pimpinan Anwar Ibrahim. Jajak pendapat mengunggulkan Anwar, tetapi diperkirakan tidak mencapai mayoritas.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, SABTU – Pemilih Malaysia mulai memberikan suara untuk memilih anggota parlemen, Sabtu (19/11/2022). Pemilu dibayangi kejengahan rakyat atas pertarungan elite politik dan kekhawatiran terhadap perekonomian.
Tempat pemungutan suara (TPS) mulai dibuka pukul 07.30 waktu setempat. Antrean panjang terlihat di sejumlah TPS di ibu kota Kuala Lumpur dan kota-kota lain karena masyarakat buru-buru memberikan suara sebelum hujan deras diprediksi mengguyur sebagian wilayah Malaysia pada siang hari.
Lebih dari 21 juta orang, 6 juta di antaranya pemilih mula, berhak memberikan suara untuk mengisi 222 kursi parlemen. Komisi pemilah memperpanjang pemungutan suara dari sembilan jam menjadi 10 jam.
Di kota kecil Bera di Negara Bagian Pahang, para pemilih tiba pagi-pagi sekali. Nurul Hazwani Firdon (20), guru, mengatakan, isu ekonomi ada di daftar teratas pertimbangannya untuk memberikan suara. ”Saya ingin pemerintahan yang kuat dan perekonomian yang stabil supaya tersedia lebih banyak peluang kerja bagi anak muda,” katanya.
Pemilih lain, Mohamed Ali Moiddeen (60), hanya ingin kepemimpinan yang jujur. ”Kami hanya ingin seseorang yang bisa dipercaya dan bisa menjalankan tugasnya dengan benar,” ujarnya.
Pertarungan utama dalam pemilu kali ini masih antara koalisi berkuasa Barisan Nasional pimpinan Ahmad Zahid Hamidi (Ketua Organisasi Nasional Melayu Bersatu/UMNO), oposisi Pakatan Harapan pimpinan Anwar Ibrahim, dan Perikatan Nasional pimpinan mantan PM Muhyiddin Yassin. Jajak pendapat mengunggulkan Anwar, tetapi diperkirakan tidak bisa mencapai mayoritas.
”Pilihannya hanya tetap dengan status quo atau memilih masa depan lain bersama Pakatan Harapan,” kata Bridget Welsh, pakar politik Asia Tenggara.
Awalnya Barisan Nasional yakin akan kembali dengan kuat menyusul oposisi yang terbelah. Namun, Zahid mendorong PM Ismail untuk mempercepat pemilu. Namun, kampanye UMNO tak terlalu ”berbunyi” karena kasus korupsi terhadap Zahid dan pertarungan di tubuh partai tersebut lebih mendominasi. Oposisi memperingatkan, kemenangan UMNO akan menaikkan Zahid sebagai perdana menteri dan bisa terhindar dari dugaan korupsi.
Sementara bagi Anwar, taruhannya cukup tinggi. Ia bertarung keras di berbagai penjuru negara melalui kampanye yang sering dihadiri ribuan orang. Dalam kampanye terakhir, Jumat, Anwar menyerukan pendukungnya untuk tidak membiarkan pemimpin korup mendikte masa depan negara.
Kemenangan dalam pemilu kali ini akan menjadi puncak perjalanan politik Anwar. Koalisi pimpinannya menjanjikan perubahan dalam kebijakan pemerintah untuk fokus pada kebutuhan dan penghargaan pada rakyat serta pemerintahan yang bersih.
Adapun Perikatan Nasional, sekutu yang berbalik menjadi rival UMNO, berkampanye untuk merebut dukungan dari calon pemilih yang tidak suka dengan korupsi di tubuh UMNO. Muhyiddin mundur dari koalisi Barisan Nasional pada awal tahun 2020 dan menyebabkan pemerintahan kolaps.
Mantan PM Mahathir Mohamad (97) turut memeriahkan persaingan menuju kursi perdana menteri. Diperkirakan ia tidak akan mendapat banyak dukungan, tetapi bisa memecah suara. Popularitasnya telah meredup. Ini bisa jadi kontestasi terakhir bagi Mahathir.
Para pengamat mengatakan, Malaysia akan jatuh pada ketidakstabilan politik jika tidak ada koalisi yang memenangi mayoritas suara. ”Hanya jika Pakatan Harapan bisa memenangi mayoritas di parlemen, dua aliansi lain akan membentuk koalisi pemerintahan berikutnya,” kata Oh Ei Sun dari Pacific Research Center of Malaysia.
Menurut Oh, pemilih mungkin akan tetap menyaksikan lanskap politik yang terbelah setelah pemilu usai. Pemilu Malaysia digelar di tengah melejitnya harga barang-barang dan sejumlah wilayah yang didera banjir bandang akibat musim hujan. (AP/AFP/REUTERS)