Rusia tidak menarik pasukan dari sebagian Kherson karena takut pada persenjataan Ukraina. Moskwa takut pada kekuatan yang pernah membantunya mengusir pasukan Nazi, sekutu, dan Napoleon.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Seperti tentara-tentara terkuat di Eropa dalam tiga abad terakhir, pasukan Ukraina juga berharap perang dengan Rusia berakhir sebelum musim dingin. Sebab, mereka tahu perang di musim dingin amat berat, sekalipun bagi orang yang sejak lahir telah melihat salju.
Karena itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy merayakan penuh semangat penarikan pasukan Rusia dari sebagian wilayah Kherson. Ia mendatangi Kherson pada Senin (14/11/2022). Bagi Zelenskyy dan orang-orang Ukraina, penarikan pasukan Rusia dari Kherson adalah kemenangan besar.
Berselang sehari setelah lawatan itu, Rusia mengirimkan peringatan keras kepada Ukraina. Pada Selasa (15/11) sore, angkatan bersenjata Ukraina melacak 14 pesawat pengebom Tu-95 Rusia menembakkan 70 rudal dari Laut Kaspia dan Provinsi Rostov, sementara kapal-kapal Rusia dari Laut Hitam menembakkan 20 rudal. Dilepaskan pula 10 pesawat nirawak berpeledak. Berbagai bangunan di Kyiv hingga Lviv jadi sasaran serangan itu.
Serangan besar-besaran itu seperti menunjukkan, Rusia tidak menarik pasukan dari Kherson karena takut pada persenjataan Ukraina. Rusia tetap bisa menghantam berbagai penjuru Ukraina kapan pun Mokswa mau. Penarikan pasukan dari Kherson diumumkan Panglima Komando Operasi Rusia di Ukraina Jenderal Sergey Surovikin pada 9 November 2022. Kini, Provinsi Kherson sisi selatan Sungai Dnipro diduduki Rusia dan sisi utara diduduki Ukraina.
Dalam laporan pada 10 November 2022, majalah The Economist menulis, sungai itu menjadi perintang alami pasukan Rusia dengan Ukraina. Kondisi itu tergambar di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhia. Salah satu kendala utama Ukraina merebut kembali PLTN terbesar di Eropa itu adalah PLTN tersebut berada di sisi lain Sungai Dnipro.
Lantaran banyak jembatan rusak, cara mencapai PLTN itu hanya dengan perahu, berenang, atau melewati jembatan yang dikendalikan Rusia. Apa pun pilihannya, pasukan Ukraina akan jadi sasaran empuk selama berusaha menyeberang.
Bukan hanya sungai yang memisahkan pasukan Ukraina dengan Rusia. Dari Zaporizhia hingga Luhansk, pasukan Ukraina-Rusia dipisahkan oleh zona penyangga imajiner. Zona itu dibentuk berdasarkan jangkauan meriam dan mortar pasukan masing-masing. Zona itu relatif tidak berubah selama berbulan-bulan. Kini, Rusia menduduki sebagian Kherson hingga Donetsk serta seluruh Luhansk. Pendudukan Rusia masih ditambah dengan Semenanjung Crimea.
Logistik
Sejak abad ke-18, pangkalan laut Sevastopol di Crimea menjadi pusat logistik penting bagi tentara Rusia. Selama serangan ke Ukraina, Crimea juga menjadi jalur logistik penting bagi Rusia.Menjadi perwira sejak 1987, Surovikin tahu logistik amat penting dalam perang. Napoleon bahkan sampai menyebut, tentara berbaris dengan perut kenyang.
Sebagai panglima komando operasi, Surovikin harus memastikan pasukan di garis depan tidak hanya menerima amunisi. Mereka juga perlu baju hangat dan selimut jika harus berperang selama musim dingin. Tanpa itu, alih-alih mati karena serangan musuh, pasukan Rusia akan mati beku.
Peledakan Jembatan Kerch, yang menghubungkan Krasnodar dengan Crimea, pada 8 Oktober 2022 menyulitkan pengiriman itu. Terlalu jauh jika harus mengirim logistik dari Rostov ke Kherson.Bukan hanya Jembatan Kerch, banyak jembatan yang menghubungkan kedua sisi Kherson dan Zaporizhia yang dipisahkan Sungai Dnipro juga rusak. Rusia-Ukraina sama-sama bertanggung jawab atas perusakan jembatan-jembatan itu. Perusakan jembatan jadi bagian taktik untuk menghambat laju pasukan musuh.
Sampai pengumuman Surovikin pada 9 November 2022, pasukan Rusia tersebar hingga 20 kilometer di sisi selatan sungai. Perusakan berbagai jembatan akan menyulitkan pengiriman pasokan ke mereka. Dengan jelas Surovikin mengatakan tidak mau pasukan Rusia terperangkap. Ia tidak menjelaskan apa maksud pasukan terperangkap. Hal yang jelas, pasokan Rusia ke garis depan di Kherson terganggu sejak Jembatan Kerch meledak sebagian.
Selama perang, pasokan Rusia ke Kherson dan sebagian Zaporizhia dikirim dari Krasnodar melalui Crimea. Untuk Luhansk dan Donetsk, logistik bisa dikirim dari Volgograd-Rostov. Belgorod di timur Kharkiv pernah jadi penghubung logistik pula. Selepas sejumlah depo minyak dan aneka gudang di Belgorod meledak, pasukan Rusia mundur dari Kharkiv.
Salju
Surovikin juga paham musim dingin Rusia bisa amat keras. Dalam buku harian Panglima Besar Fedor von Bock pada November 1941 dicatat, suhu di sekitar Leningrad mencapai minus 29 derajat celsius. Di kota yang kini kembali bernama St Petersburg itu, Bock sedang memimpin pasukan Nazi untuk menyerbu Moskwa. Belakangan, pasukan itu mundur.
Beberapa puluh tahun sebelum pasukan Nazi di sana, pasukan Amerika Serikat dan sekutunya juga mundur dari Rusia. Dalam makalah yang diterbitkan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat AS di Leavenworth pada 1981 disebut, pasukan sekutu selama Perang Dunia I kesulitan bertahan di Rusia gara-gara musim dingin. Salju bisa mencapai 1,5 meter. ”Ranjau tidak akan berfungsi. Pasukan kehilangan semangat maju,” demikian ditulis pengajar di sekolah itu, Allen F Chew.
Chew membaca catatan para jenderal yang memimpin penyerbuan Rusia selama beberapa abad terakhir. Pasukan Swedia kehilangan 16.000 orang selama menyerbu Rusia pada musim dingin 1709. Sekutu terpaksa menarik 23.000 pasukan dari Murmansk pada 1919 karena musim dingin amat buruk. Pengalaman lebih pahit dialami tentara Napoleon pada 1812. Dari 610.000 orang, pasukan itu hanya tersisa 100.000 saat akhirnya mundur.
Dalam makalah Chew disebut, pasukan-pasukan penyerbu Rusia kelaparan dan kedinginan. Pasokan dari belakang sulit datang karena jalur pengiriman tertutup salju. Alih-alih oleh peluru tentara merah, pasukan sekutu dan Nazi dikalahkan rasa dingin yang bisa membekukan pembuluh darah di jari.
Berpuluh tahun berperang untuk Uni Soviet dan Rusia, Surovikin tahu ada ”jenderal” yang lebih kejam dari dirinya. Orang Rusia menyebutnya sebagai ”Jenderal Beku”. Sebutan itu diberikan kepada musim dingin yang keras di Rusia dan Ukraina. Siapa pun yang berani menghadapinya, akan mati beku. Surovikin tidak mau pasukannya bernasib seperti tentara Napoleon, Sekutu, dan Nazi. (AFP/REUTERS)