Pembentukan dana pandemi merupakan salah satu hasil konkret yang dihasilkan dalam Presidensi G20 Indonesia. Capaian itu sekaligus menunjukkan komitmen dan kerjasama yang kuat dari seluruh negara anggota G20.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS– Dana pandemi atau pandemic fund secara resmi diluncurkan pada Minggu, 13 November 2022 sebagai puncak pertemuan gabungan antara menteri keuangan dan menteri kesehatan Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali. Pemanfaatan dari dana ini diharapkan bisa lebih inklusif dengan memerhatikan negara-negara berkembang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembentukan dana pandemi merupakan salah satu hasil konkret yang dihasilkan dalam Presidensi G20 Indonesia. Ini juga sekaligus menunjukkan komitmen dan kerjasama yang kuat dari seluruh negara anggota G20.
“Kami sudah menunjuk dewan pengelola dana pandemi ini. Kami minta agar tata kelola dana ini harus inklusif dan terutama juga lebih memerhatikan negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang untuk membangun kapasitas untuk kesiapsiagaan pandemi,” katanya dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022) malam.
Co-chairs dari Dewan Pengelola Dana Pandemi yakni M Chatib Basri dari Indonesia dan Daniel Ngamije, Menteri Kesehatan Rwanda. Saat ini ada 20 negara donor, baik negara anggota G20 dan negara non-anggota G20 yang telah berkomitmen dalam dana pandemi. Itu meliputi, Komisi Eropa, Amerika Serikat, Italia, China, Indonesia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, Spanyol, Singapura, Norwegia, Selandia Baru, India, dan Afrika Selatan.
Selain itu ada tiga lembaga filantropi internasional yang turut berkomitmen, yakni Rockefeller Foundation, Bill and Melinda Gates Foundation, dan Wellcome Trust. Dari komitmen tersebut setidaknya telah terkumpul sekitar 1,4 miliar dollar AS. Indonesia sendiri turut berkomitmen sebesar 50 juta dollar AS.
Sri mengatakan, terdapat tiga negara lain yang telah menyatakan kontribusi dalam dana pandemi, yakni Australia, Perancis, dan Arab Saudi. Ketiga negara tersebut akan mengumumkan besar komitmen yang akan diberikan pada pertemuan para pemimpin negara G20. “Jadi ini diharapkan bisa lebih besar dari 1,4 miliar (dollar AS),” katanya.
Dana pandemi ini dibentuk untuk menutup kesenjangan pembiayaan untuk penanganan pandemi di masa depan. Kesenjangan dari pembiayaan tersebut diestimasikan mencapai 10,5 miliar dollar AS. Dana pandemi ini dapat dimanfaatkan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan merespons pandemi selanjutnya.
Dengan terbentuknya dana pandemi tersebut, Sri menuturkan, setiap negara yang tergabung dalam anggota Bank Dunia dapat mengajukan proposal pendanaan untuk penggunaan dana pandemi. Setidaknya ada 300 proposal yang telah masuk. Indonesia pun kini telah menyusun proposal untuk diajukan.
“Semua negara dapat menggunakan dana ini sesuai prioritas penguatan kesiapsiagaan dan respons pandemi. Kita akan nantikan peluncuran resmi dana pandemi dan “Call for paper” yang diharapkan bisa diputuskan akhir tahun,” katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, dalam persiapan pandemi di masa depan, Indonesia tengah berencana untuk memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat secara nasional. Hal ini diperlukan agar sistem surveilans terhadap penyakit bisa lebih baik. Patogen seperti virus, bakteri, atau parasit yang muncul di masyarakat pun bisa teridentifikasi dengan cepat.
“Kami rencananya akan mengajukan proposal (untuk dana pandemi) untuk pengembangan bioteknologi. Sebagian besar penyakit berasal dari makhluk hidup sehingga kita harus mengerti bioteknologi. Obatnya pun akan lebih banyak yang berbasis bioteknologi,” tuturnya.
Menurut Budi, dana pandemi memiliki peran yang besar dalam penguatan arsitektur kesehatan global. Dana ini dapat melindungi dunia dari krisis akibat pandemi di masa depan. Pengalaman sebelumnya telah menunjukkan bahwa pandemi telah menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.