Tenun gringsing tidak hanya sekadar karya budaya. Gringsing sarat dengan makna simbolik,
Oleh
DAHLIA IRAWATI, COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
Tenun gringsing. Warnanya meneduhkan, dominan coklat kemerahan, dengan aksen putih dan hitam, mirip warna tanah, Ibu Pertiwi. Motifnya di antaranya mengadopsi gambar swastika, yang melambangkan keseimbangan dan keselamatan. Motif lain adalah lekukan seperti huruf ”U” yang menandakan dari mana salah satu wastra Nusantara itu berasal, Tenganan, sebuah desa kecil ”berpagar” pegunungan di Kabupaten Karangasem, Bali.
Bagi warga lokal, tenun gringsing bukan sekadar karya seni. Kain tenun itu memiliki makna simbolik, yaitu menolak bala, sebagaimana namanya, gringsing.
Kata gringsing terdiri atas dua suku kata, yaitu gring yang berarti ’sakit’ dan sing yang berarti ’tidak’. Dengan nama itulah kain yang ditenun dengan metode ikat ganda tersebut memiliki makna penolak bala.
”Kami meyakini bahwa kain gringsing punya khasiat tolak bala. Menolak hal-hal buruk pada penggunanya,” kata Ni Made Lastrini dari bagian sales marketing tenun gringsing saat ditemui di Taman Budaya Bali, Selasa (8/11/2022), pada ajang pameran industri kecil menengah Bali Bangkit.
Dalam keseharian, masyarakat Bali sering menggunakan kain tersebut saat upacara potong gigi atau upacara tiga bulanan. Kain akan dijadikan bantal atau diletakkan di dada. Tak jarang tenun gringsing juga dijadikan isian penganggih di pura. Semuanya bermakna tolak bala.
Menurut Made, di Tenganan, desa tempat kain tenun gringsing berkembang, keberadaan kain tenun itu juga menjadi bagian dari keyakinan warga Hindu Bali yang melalui ketiga dewa, yaitu Brahma, Wisnu, dan Syiwa, memahami tentang makna keseimbangan.
Sebagai karya seni, oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kain gringsing dikategorikan sebagai salah satu warisan budaya kuno Bali, yang hingga kini masih bertahan. Dalam Nagara Kretagama (karya Empu Prapanca), kain gringsing disebut menjadi bagian tirai kereta kencana Hayam Wuruk.
Dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Nusa Dua, Bali, tenun gringsing jadi salah satu dari beragam buah kebudayaan yang akan dipanggungkan di kancah internasional. Tenun itu pun akan dikenakan para anggota delegasi.
Simbol harapan
Namun, kehadiran tenun gringsing dalam perhelatan itu boleh jadi tidak hanya semata pakaian. Lebih dari itu, kehadiran tenun gringsing akan menjadi simbol harapan. Harapan pada jalinan persaudaraan, mendekatkan yang jauh, mengikat yang renggang.
Harapan itu sendiri bukan bermula dari ruang kosong. Saat ini dunia tengah dilanda aneka krisis. Rivalitas menguat, bahkan di antara negara-negara anggota G20. Relasi China dan Amerika Serikat kerap diwarnai ketidakharmonisan. Barat berseteru dengan Rusia perihal Ukraina. Washington tengah ”kurang nyaman” dengan Riyadh perihal isu energi. Dan banyak lainnya, bara konflik dan ketegangan seolah tidak ada habisnya.
Kini di Bali, berbalut tenun gringsing, harapan akan tumbuhnya rasa kebersamaan sebagai warga dunia kembali mengembang.