Media Inggris: Kesan Kuat Jokowi, Putin Tak Akan Datang ke KTT G20
Dalam wawancara dengan ”Financial Times (FT)”, Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia tak mau jadi bidak kekuatan-kekuatan dunia dalam Perang Dingin baru. FT memuji posisi RI yang menghadirkan perubahan yang menyegarkan.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan absen pada Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 Bali, 15-16 November mendatang. Dalam wawancara dengan koran Inggris, Financial Times, yang dimuat pada Senin (7/11/2022), Presiden Joko Widodo mengungkapkan, dirinya menangkap ”kesan kuat” bahwa Putin tidak akan datang ke Bali.
KTT G20 Bali, ajang utama penutup keketuaan Indonesia di G20, bakal menjadi pertemuan pertama para pemimpin negara-negara ekonomi terbesar dunia sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina. Pertemuan itu diperkirakan diwarnai perdebatan seputar ketegangan dunia pascainvasi Rusia tersebut.
Menjelang perhelatan KTT, salah satu pertanyaan yang mengemuka di kalangan publik adalah apakah Putin akan menghadiri KTT G20 atau tidak. Pada Rabu (2/11/2022), Presiden Jokowi menelepon Putin. Dalam wawancara khusus dengan Kompas, sehari kemudian, Jokowi menceritakan pembicaraannya dengan Putin melalui telepon itu.
”Saya berbicara dua hal (Rabu) kemarin, mengonfirmasi kehadiran beliau di forum G20, beliau ingin hadir, tetapi belum bisa memutuskan saat ini. Kedua (tentang) Black Sea Grain Initiative, beliau mengatakan akan meneruskan kesepakatan itu,” tutur Presiden kepada Kompas.
Sebagai ketua dan penyelenggara pertemuan-pertemuan G20, Indonesia menghadapi tekanan negara-negara Barat dan Ukraina untuk mendepak Rusia dari ajang KTT G20. Namun, Jakarta bersikukuh tidak memenuhi desakan itu dengan alasan, sebagai ketua G20, Indonesia tidak memiliki otoritas untuk melaksanakan tuntutan tersebut tanpa konsensus seluruh anggota G20.
Dalam wawancara dengan Financial Times (FT), Jokowi menegaskan bahwa Rusia tetap diundang untuk hadir di KTT G20. ”G20 tidak dimaksudkan untuk menjadi forum politik. (Forum) itu dimaksudkan untuk membicarakan ekonomi dan pembangunan,” kata Presiden.
Tawaran Jakarta
Bulan lalu, seorang pejabat senior AS mengungkapkan, seperti dikutip FT, bahwa para pejabat Indonesia berupaya menyiapkan pertemuan bilateral antara Putin dan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT G20. Gedung Putih menolak tawaran dari Jakarta tersebut.
Kementerian Luar Negeri dan Istana Kepresidenan RI belum memberikan tanggapan saat diminta konfirmasi oleh kantor berita Reuters tentang laporan FT.
Mengenai kemungkinan kehadiran Putin di KTT G20, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Senin (7/11/2022), mengatakan, hal itu akan diputuskan pekan ini. Seperti dikutip kantor berita TASS, Peskov baru dapat mengonfirmasi kepastian absennya Putin pada KTT Asia Timur yang digelar dalam satu rangkaian KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, 10-13 November ini.
Pada Oktober lalu, Putin menyatakan, ”Rusia pasti akan diwakili (di Bali) oleh pejabat level tinggi. Mungkin juga saya yang akan pergi. Saya akan pikirkan dulu.”
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, Putin telah mengadakan perjalanan ke luar negeri ke empat negara pecahan Uni Soviet lainnya, yakni Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kazakhstan, serta Iran.
Selain mengundang pemimpin negara-negara G20 ke Bali, Indonesia juga mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ke KTT G20. Sehari setelah menelepon Putin, Jokowi menelepon Zelenskyy. Dalam pembicaraan itu, seperti diungkapkan Zelenskyy melalui video, ”Topik utama yang dibahas adalah tentang KTT G20.” Kepada Jokowi, Zelenskyy menyampaikan, Ukraina tidak akan menghadiri KTT G20 jika Putin datang ke Bali.
Ukraina bukan anggota G20, tetapi diundang Indonesia sebagai negara pemantau atas usulan Presiden AS Joe Biden. Beberapa pemimpin dunia, termasuk Biden dan Presiden China Xi Jinping, diperkirakan hadir ke KTT G20.
Tak mau jadi bidak
Dalam wawancara dengan FT, Jokowi juga menegaskan posisi Indonesia di tengah pertarungan kekuatan-kekuatan utama dunia. ”Kami tidak mau menjadi bidak Perang Dingin baru,” ujarnya. ”Kami sangat cemas dengan eskalasi ketegangan antara kekuatan-kekuatan utama dunia.”
Dalam laporannya, FT menggambarkan Indonesia secara geopolitik sebagai raksasa tidur (sleeping giant). Kendati memiliki wilayah geografis sangat luas, Jokowi memberi isyarat bahwa Indonesia tidak berambisi menjadi negara superpower atau bahkan tak mau menjadi kekuatan hegemon di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Alih-alih, Jokowi lebih menekankan komitmen Indonesia pada ASEAN.
Dari segi ketokohan dan kepemimpinan, FT mencoba membandingkan dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sangat kontras dengan pemimpin-pemimpin kuat, seperti Xi Jinping atau Vladimir Putin, demikian tulis FT, Jokowi menegaskan bahwa tujuan utamanya di G20 adalah mendorong dialog.
”Dalam upaya menjaga sikap tetap netral di tengah konflik negara-negara superpower, Indonesia kembali menganut tradisi lama,” tulis FT.
Dengan memegang peran utama dalam pembentukan Gerakan Non-Blok pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955 selama Perang Dingin pertama, lanjut FT, ”Naluri yang mendasari langkah Indonesia dan negara-negara non-Barat lainnya yang akan berkumpul di Bali nanti tetap sama, yakni menavigasi ketegangan antara kekuatan-kekuatan superpower serta menghindari untuk memihak salah satu kubu.”
”Di era politik orang-orang kuat dan nasionalisme kekuatan besar yang agresif, kerendahan hati dan (watak) multilateralisme dari pemimpin Indonesia menghadirkan perubahan yang menyegarkan. Akan bagus jika sebagian dari spirit itu menjiwai para pemimpin lain di G20,” tulis FT. (REUTERS)