Pemerintah Iran akhirnya mengakui bahwa mereka telah mengirimkan sejumlah pesawat nirawak ke Rusia. Akan tetapi, mereka mengaku mengirimkannya sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEHERAN, SABTU — Setelah beberapa kali mengelak bahwa mereka mengirimkan pesawat nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV) alias drone, Iran akhirnya mengakui bahwa mereka mengirimkan peralatan tempur mereka pada Rusia. Akan tetapi, Iran membantah bahwa pengiriman itu bertujuan untuk peperangan.
Pengakuan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, Sabtu (5/11/2022). Dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Amirabdollahian membenarkan bahwa mereka telah mengirimkan peralatan tempur itu kepada Rusia. Namun, hal ini dilakukan beberapa bulan sebelum konflik Ukraina meletus.
Ini adalah pengakuan terbaru pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi setelah hampir tiga pekan lamanya mereka selalu membantah tudingan itu. Misi diplomatik Iran di seluruh dunia juga dikerahkan untuk membantah hal tersebut.
Amirabdollahian menyebut bahwa seruan yang digaungkan oleh musuh-musuh Iran yang menyoal hasil industri aeronautika digunakan untuk perang adalah sebuah hal tidak benar. Dia menyatakan, Iran tidak mengetahui apakah peralatan tempur itu akan digunakan dalam peperangan di Ukraina.
Sebelumnya, para pejabat Iran telah membantah mempersenjatai Rusia. Awal pekan ini, Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani menyebut tuduhan itu sama sekali tidak berdasar dan menegaskan kembali posisi netralitas Iran dalam perang.
Amerika Serikat dan sekutu Baratnya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk menyelidiki penggunaan UAV Iran di sepanjang invasi Rusia di Ukraina. Termasuk dalam penyelidikan adalah kemungkinan penggunaannya untuk menyerang warga sipil.
Amirabdollahian menyatakan bahwa Iran tidak menyadari penggunaan drone buatannya dalam perang di Ukraina. Dia mengatakan Iran tetap berkomitmen untuk menghentikan konflik.
Ia juga mengatakan bahwa Iran telah bekerja sama dengan Pemerintah Ukraina untuk menyelidiki apakah produk-produk Iran digunakan di medan tempur oleh Rusia. Ukraina, sebutnya, akan memberikan semua dokumen tentang penggunaan UAV Iran dalam perang oleh Rusia.
”Tapi, sayangnya delegasi Ukraina tidak datang untuk memberikan dokumen di saat-saat terakhir,” ujarnya dikutip dari IRNA.
Terungkapnya penggunaan pesawat nirawak Iran setelah militer Rusia melakukan serangan secara bergelombang ke berbagai wilayah Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, pertengahan Oktober lalu. Militer Rusia menggunakan ratusan pesawat nirawak Shahed 136 yang telah dimodifikasi, baik nama maupun sistem navigasinya. Pesawat nirawak yang terdapat di lapangan memperlihatkan nama Geran-2 pada puing-puing yang berserakan, bukan Shahed ataupun Mohajer yang menjadi merek UAV Iran (Kompas, 23 Oktober 2022).
Menurut media AS, CNN, Iran kini tengah bersiap untuk mengirim sekitar 1.000 persenjataan tambahan, termasuk rudal balistik jarak pendek permukaan ke permukaan (surface to surface balistic missile) dan lebih banyak pesawat nirawak ke Rusia. Pengiriman terakhir Iran ke Rusia sejauh ini adalah 450 pesawat UAV yang telah digunakan untuk menyerang Ukraina.
Kesepakatan untuk mengirimkan persenjataan tambahan itu disetujui pada 6 Oktober saat Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Mokhber, didampingi dua pejabat senior Garda Revolusi dan seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional, berkunjung ke Moskwa. Hal itu disampaikan dua pejabat senior dan dua diplomat Iran kepada Reuters, pertengahan Oktober lalu.
”Rusia telah meminta lebih banyak drone dan rudal balistik Iran dengan akurasi yang lebih baik, terutama keluarga rudal Fateh dan Zolfaghar,” kata salah satu diplomat Iran yang diberi pengarahan tentang perjalanan itu. Seorang pejabat Barat yang diberi pengarahan soal itu juga membenarkannya, termasuk kesepakatan agar Iran menyediakan rudal balistik jarak pendek. Salah satunya adalah Zolfaghar.
Fateh-110 dan Zolfaghar adalah rudal balistik permukaan ke permukaan jarak pendek Iran yang mampu menyerang target pada jangkauan 300 km dan 700 km. Adapun UAV yang akan dipasok Iran adalah Shahed 136. Mengutip laman media AS, Politico, Rusia telah menerima pasokan UAV dari Iran sejak Agustus lalu, yaitu jenis Shahed-136 dan Mohajer. Akan tetapi, sejauh ini di lapangan, militer Rusia baru mengunakan satu jenis, yaitu Shahed 136.
Hingga Sabtu (5/11/2022) malam, belum diketahui sikap Pemerintah Israel soal pengakuan Teheran mengirimkan persenjataan ke Rusia. Israel sejauh ini menolak mengirimkan bantuan persenjataan bagi Ukraina meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah meminta agar Tel Aviv mengizinkan Ukraina membeli sistem pertahanan udara Iron Dome.
Israel tidak ingin terlibat langsung dalam konflik di Ukraina karena mereka membutuhkan ”izin” dari Rusia untuk menyerang basis kelompok Hezbollah, yang didukung Iran, di Suriah. (AP/AFP/REUTERS)