Polemik Pesawat Nirawak Kamikaze "Buatan Iran" pada Perang Ukraina
Serangan ”kamikaze” pesawat nirawak yang dilancarkan Rusia telah menyeret Iran. Ukraina dan Barat menuding pesawat itu adalah buatan Iran. Sementara Iran dan Rusia membantahnya.
Rusia membombardir sedikitnya 10 wilayah di Ukraina menggunakan pesawat nirawak ”kamikaze” dalam beberapa hari terakhir sejak 10 Oktober. Serangan itu, menurut Pemerintah Ukraina, telah menewaskan lebih dari 25 orang dan melukai lebih dari 100 orang. Dilaporkan pula, sejumlah bangunan dan infrastruktur rusak.
Pemerintah Ukraina menuding pesawat nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV) itu buatan Iran, yakni Shahed-136. Washington dan Uni Eropa (UE) kemudian menegaskan tudingan itu. Pada Kamis (20/10/2022), UE menjatuhkan sanksi baru pada Iran.
Teheran telah membantah tudingan itu. Demikian pula Moskwa. Polemik masih terus berlanjut. Namun, yang pasti, komplikasi politik akibat serangan ”kamikaze” pesawat nirawak pada perang di Ukraina telah menyeret Iran.
Baca juga: ”Drone” Iran Digunakan Serang Kyiv, Teheran Terseret Konflik di Ukraina
Disebut serangan ”kamikaze” karena pesawat itu melakukan misi ”bunuh diri” dengan menabrak targetnya sehingga ikut meledak. Itu berbeda dengan pesawat nirawak tradisional yang lebih besar. Biasanya pesawat kembali ke pangkalan setelah menjatuhkan peledak. Istilah ”kamikaze” merujuk pada misi bunuh diri pilot Jepang saat menerbangkan pesawat berpeledak ke kapal-kapal Amerika Serikat (AS) di akhir Perang Dunia II.
Media Ukraina, Defense Express, yang mengutip data Iran, menyebutkan, berat Shahed-136 sekitar 200 kilogram. Dimensi sayapnya yang berbentuk segitiga adalah 2,5 meter x 3,5 meter. Shahed didukung mesin berkapasitas 50 tenaga kuda dengan kecepatan tertinggi 185 km per jam.
UE dan AS mengklaim telah memiliki bukti penggunaan pesawat nirawak buatan Iran oleh Rusia di Ukraina. Namun, puing-puing pesawat yang ditemukan di Ukraina menunjukkan nama Rusia, Geran-2; bukan Shahed atau Mohajer.
Ada pula tulisan M412, kemungkinan besar nomor seri, dan Geran-2 sebagai nama Rusia di ujung sayap berbentuk delta itu. Puing-puingnya telah dipublikasikan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina.
Pakar militer Oleksandr Kovalenko, seperti dilaporkan Odessa Journal, menduga bahwa Rusia telah memodifikasi atau menyamarkan Shahed-136 setelah menerima kiriman dari Iran pada Agustus lalu. Rusia, misalnya, telah mengganti sistem navigasi Shahed-136 serta meningkatkan akurasi dan daya mematikannya.
Baca juga: Meski Diyakinkan soal ”Drone” Iran, Israel Tolak Pasok Senjata ke Ukraina
Shahed-136 memiliki sistem navigasi inersia. Namun, kata Kovalenko, para insinyur Rusia menggantinya dengan unit kontrol GLONASS, yakni Sistem Navigasi Satelit Global Rusia. Sistem ini berbasis ruang angkasa yang beroperasi di radio navigasi satelit.
”Diketahui, drone ini memiliki sistem navigasi inersia. Namun, di perangkat terbaru (hasil modifikasi Rusia) dipasang unit kontrol GLONASS. Berkat dukungan blok ini, akurasi Shahed-136 meningkat secara signifikan. Dulu jarak efektif penggunaannya kurang lebih 170-200 kilometer, sekarang bertambah karena ada penyesuaian,” ujar Kovalenko.
Sejumlah ahli Barat mengatakan, bentuk fragmen sayap menunjukkan bahwa pesawat nirawak Geran-2 itu sejatinya adalah Shahed-136. Geran-2 memiliki sayap segitiga khas Iran. Mykola Bielieskov, peneliti di National Institute for National Studies, Ukraina, mengatakan, Shahed membawa hulu ledak seberat 40 kilogram.
Pesawat nirawak telah berperan penting pada perang Ukraina-Rusia yang meletus sejak 24 Februari 2022. Bahkan, ada yang menyebut, pesawat nirawak menjadi salah satu senjata utama Rusia menyerang target di Ukraina.
Baca juga: Perang Ukraina Mulai Seret Timur Tengah
Menurut situs berita Politico, ekspedisi pertama ratusan Shahed-136 tiba di Rusia, akhir Agustus 2022. Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Todd Breasseale, mengatakan, Pentagon mengonfirmasi bahwa Rusia telah menerima dua jenis pesawat nirawak dari Iran, Mohajer dan Shahed. Pesawat itu bisa digunakan untuk melancarkan serangan, perang elektronik, dan penargetan.
Breasseale menambahkan, Moskwa berencana mengimpor ratusan pesawat nirawak Iran berbagai jenis untuk digunakan pada perang di Ukraina. Beberapa waktu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada para pemimpin G7, intelijen Ukraina mengindikasikan Rusia memesan 2.400 pesawat nirawak dari Iran.
Shahed-136 adalah pesawat nirawak jarak jauh dengan mesin tunggal jarak menengah. Pesawat ini dirancang oleh Shahed Aviation Industries dan diproduksi HESA untuk Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), sayap terbesar militer Iran.
Rusia memborong karena harganya terjangkau. Biaya produksi hingga pengiriman dari Iran hanya 20.000 dollar AS atau sekitar Rp 311 juta per unit
Pakar Barat berpendapat, penggunaan pesawat nirawak buatan Iran menunjukkan sumber daya perang Rusia menurun. Pesawat nirawak Shahed-136 berukuran kecil, mampu menembus pertahanan udara secara efektif, dan murah.
Lihat foto-foto: Serangan Pesawat Nirawak di Kyiv
Behnam Ben Taleblu, peneliti senior di lembaga kajian Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington, mengatakan, Shahed-136 pernah digunakan di Yaman dan dalam serangan ke kapal tanker Mercer Street yang dioperasikan Israel di Laut Arab, Juli 2021.
”Shahed-136 adalah versi murah dari rudal jelajah yang tidak dapat diproduksi Rusia dengan cepat,” kata Bielieskov.
Washington juga menuding tim pelatih IRGC telah dikirim ke Crimea untuk membantu pasukan Rusia mengoperasikan Shahed-136. Pengerahan pelatih militer Iran, menurut The New York Times, bertepatan dengan peningkatan penggunaan pesawat nirawak di Ukraina dan memperluas komplikasi perang di Ukraina.
Sementara itu, Teheran dan Moskwa membantah tudingan itu. Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani menyatakan, Teheran menolak ”klaim yang tidak berdasar” soal keberadaan pesawat nirawak buatan Iran di Ukraina. Dia menegaskan, Teheran, menginginkan ”resolusi damai” atas perang Rusia-Ukraina.
Kremlin pun membantah pasukannya menggunakan pesawat nirawak buatan Iran untuk menyerang Ukraina. Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy menyatakan, tudingan bahwa Rusia menggunakan pesawat nirawak buatan Iran merupakan ”tuduhan tak berdasar dan teori konspirasi”. ”Pesawat nirawak Rusia di Ukraina diproduksi di Rusia,” kata Polyanskiy.
Baca juga: Dubes Iran: Tuduhan soal ”Drone” Iran di Ukraina Kampanye Hitam Negara Barat
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menuduh Teheran berbohong. ”Ada banyak bukti penggunaannya oleh Rusia terhadap sasaran militer dan sipil di Ukraina,” kata Jean-Pierre, Senin (17/10). Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, mengatakan, Kyiv siap membagikan ”sekantong bukti” dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Hubungan Rusia-Iran telah berkembang sejak keduanya bersekutu dalam perang Suriah untuk mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad. Iran yang tertekan sanksi Barat memperkuat hubungan dengan Rusia. Faezeh Foroutan, analis independen European Council on Foreign Relations, mengatakan, Teheran masih berhati-hati untuk tidak sepenuhnya berpaling dari Barat.
Perang Rusia-Ukraina dan potensi pemulihan dialog soal nuklir Iran dalam skema Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) membuat poros Teheran-Moskwa menguat. Dalam dekade terakhir, intensifnya sanksi Barat kepada Iran dan permusuhan Iran-AS mendorong Teheran mengejar hubungan politik, ekonomi, dan keamanan lebih dalam dengan Moskwa.
Iran Gelar Latihan Militer Bersama Rusia-China
Pada Juli 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei bertemu di Teheran. Rusia juga telah meluncurkan satelit Iran ke orbit untuk pertama kalinya.
Iran dan Rusia sering memperlakukan satu sama lain sebagai mitra yang nyaman ketika keadaan menjadi sulit dengan Barat. Pertemuan Putin-Khamenei pada Juli di Teheran penting bagi hubungan antara kedua negara. Hal itu sekaligus mengirim sinyal ke Barat. (AFP/REUTERS/AP)