Amnesty International Desak Mahkamah Kriminal Selidiki Kejahatan Perang Gaza
Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) didesak untuk menyelidiki kejahatan perang dalam serangan Israel pada Agustus 2022 di daerah kantong permukiman warga Palestina.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
LONDON, SELASA — Amnesty International, Selasa (25/10/2022), menyerukan penyelidikan oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang oleh Israel dan kelompok perlawanan Palestina dalam pertempuran di Gaza, Agustus lalu. Dilaporkan, 31 warga sipil termasuk di antara 49 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza selama konflik tiga hari tersebut.
Organisasi hak asasi manusia global berbasis di London, Inggris, itu mendesak ICC segera menyelidiki kejahatan perang dalam serangan Israel pada Agustus 2022 di daerah kantong permukiman warga Palestina. ”Amnesty International telah mengumpulkan dan menganalisis bukti baru serangan yang melanggar hukum, termasuk dugaan kejahatan perang, oleh Israel dan kelompok bersenjata Palestina,” demikian pernyataan Amnesty.
Amnesty memerinci, serangan roket yang menghancurkan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara ketika itu menewaskan tujuh warga sipil. Serangan ke Jabalia saat itu ”kemungkinan disebabkan oleh roket yang ditembakkan kelompok bersenjata Palestina yang salah sasaran”, kata pernyataan Amnesty, tanpa menyebut kelompok perlawanan Palestina yang mana.
Pertempuran dimulai pada 5 Agustus 2022 ketika Israel menargetkan kelompok Jihad Islam, yang disebut sebagai aksi pendahuluan untuk mencegah serangan. Organisasi perlawanan Palestina tersebut membalas dengan rentetan tembakan roket ke Israel. Selain itu, sebuah serangan rudal dengan pesawat nirawak juga menewaskan lima anak di sebuah kuburan. Serangan ini diduga dilancarkan oleh Israel.
Insiden ketiga, yang oleh Amnesty juga dikategorikan sebagai kejahatan perang, adalah tembakan oleh tank Israel di sebuah rumah di daerah Khan Yunis selatan. Tembakan tank itu menewaskan seorang warga sipil. Sebelum kekerasan pada Agustus 2022 tersebut, sejak 2008 meletus empat perang antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
”Tiga serangan mematikan yang kami periksa tersebut harus diselidiki sebagai kejahatan perang,” kata Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International. ”Semua korban serangan yang melanggar hukum dan keluarga mereka berhak mendapatkan keadilan dan pemuliaan,” katanya.
ICC telah membuka penyelidikan atas konflik Palestina-Israel. Diharapkan sebagian penyelidikan akan fokus pada kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan selama konflik berlangsung pada tahun 2014 di Gaza. Penyelidikan ini didukung oleh Otoritas Palestina. Israel, bukan negara yang meratifikasi keanggotaan ICC, mempersoalkan yurisdiksi ICC.
Daerah kantong permukiman warga Palestina di kota Gaza berada di bawah blokade Israel yang melumpuhkan sejak 2007. Sejak tahun itu, kelompok Hamas menguasai wilayah tersebut. Hamas mengatakan, gerilyawannya tidak berpartisipasi dalam konflik pada Agustus lalu. Saat itu, seorang komandan senior Jihad Islam, Ibrahim al-Nabulsi, tewas dalam serangan udara Israel ke Jalur Gaza.
Serangan terbaru di Nablus
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa, mengatakan, empat warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Tepi Barat. Selain itu, hampir 20 orang lainnya terluka pada Selasa pagi dalam serangan pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki.
”Ada tiga orang tewas dan 19 orang luka-luka, tiga di antaranya serius, oleh tembakan Israel di Nablus,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Nablus adalah sebuah kota di Tepi Barat yang diduduki Israel. Kementerian menambahkan, seorang warga Palestina lainnya tewas akibat tembakan pasukan Israel di Ramallah, yang menjadi markas besar Otoritas Palestina di Tepi Barat.
Tentara Israel mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bersama polisi dan badan-badan intelijen bahwa mereka telah melancarkan operasi skala besar di Nablus. Mereka menyerbu sebuah apartemen persembunyian, yang digunakan sebagai markas operasi dan tempat pembuatan bahan peledak kelompok Areen al-Ossoud atau Sarang Singa.
Nabil Abu Rudeinah, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa presiden sedang membangun komunikasi untuk menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina di Nablus. Diharapkan komunikasi itu efektif mencegah agresi terhadap warga Palestina di Nablus dan wilayah Palestina lainnya yang diokupasi oleh Israel.
Dalam beberapa pekan terakhir, sekelompok pejuang muda Palestina—ada yang berafiliasi dengan kelompok arus utama seperti Fatah, Hamas, dan Jihad Islam—telah melancarkan operasi anti-Israel dari Nablus. Kelompok baru, yang menyebut diri mereka dengan nama ”Areen al-Ossoud”, mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap seorang tentara Israel, dua minggu lalu, di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Ibrahim al-Nabulsi, yang dijuluki ”Singa Nablus”, dikenal karena menggembleng para pemuda sebelum dia ditembak mati oleh pasukan Israel pada Agustus 2022. Sejak saat itu, dia menjadi pahlawan rakyat Palestina di media sosial. Lantas Israel memperketat penjagaan di Nablus, mengatur kontrol untuk mengidentifikasi orang-orang yang keluar masuk kota, dan menerbangkan pesawat nirawak (drone) pemantau kota.
Pada Sabtu malam lalu, seorang pejuang Areen al-Ossoud, Tamer al-Kilani, tewas di kota tua Nablus oleh ledakan. Diperkirakan ledakan itu berasal dari sebuah bom yang diaktifkan dari jarak jauh oleh tentara Israel. Tentara Israel tidak mengeluarkan komentar terkait klaim kelompok Areen al-Ossoud. Selanjutnya, setelah bentrokan pada Selasa (25/10/2022) dini hari, Abbas membangun kontak untuk menghentikan agresi ini terhadap Palestina.
Jihad Islam Palestina juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ”pejuangnya terlibat dalam bentrokan kekerasan” dengan pasukan Israel di Nablus dan mengancam Israel akan membalasnya.
Kekerasan telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir di Tepi Barat utara, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967, terutama di daerah Nablus dan Jenin. Tentara Israel meningkatkan operasi di kedua kota ini sejak Maret.
Menurut PBB, serangan-serangan ini, yang sering disertai bentrokan dengan warga Palestina, telah mengakibatkan lebih dari seratus orang tewas di pihak Palestina. Ini merupakan jumlah kematian tertinggi di Tepi Barat dalam hampir tujuh tahun. (AFP/REUTERS)