Perang Besar Hamas-Israel Sejak 2014
Pertempuran antara kelompok Hamas dan Israel tidak hanya terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Pertempuran itu juga menunjukkan peningkatan jangkauan roket Hamas.
JERUSALEM, RABU -- Sedikitnya 12 anak-anak tewas akibat pertempuran Hamas-Israel dalam beberapa hari terakhir. Konflik juga merambat ke aras warga, seperti di Jerusalem dan Lod.
Dalam pernyataan pada Selasa (11/5/2021) malam atau Rabu (12/5/2021) dini hari, Brigade Qassam mengklaim menembakkan 210 roket dari Gaza ke sejumlah kota Israel, termasuk Beersheba dan Tel Aviv. Tembakan roket-roket itu disebutkan sebagai respons atas pengeboman oleh Israel terhadap gedung-gedung di Kota Gaza. Di media sosial, beredar video sistem pertahanan udara Israel mencegat sebagian besar roket itu.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Harapkan Dewan Keamanan PBB Lindungi Warga Palestina
Sementara media Israel melaporkan, sebagian roket sayap militer Hamas itu menghantam sejumlah bangunan di beberapa wilayah pendudukan Israel. Tel Aviv, yang berjarak 50 kilometer dari pagar terdekat Israel-Gaza, juga menjadi sasaran roket sayap militer Hamas tersebut.
Brigade Qassam menembakkan roket setelah pasukan Israel terus menerus menyerbu kompleks Masjidil Aqsa sejak Sabtu. Peluru karet, granat kejut, dan gas air mata ditembakkan ke dalam masjid. Hamas meminta serbuan dihentikan. Jika tidak, Hamas berjanji membalas.
Israel beralasan, penyerbuan kompleks Masjidil Aqsa untuk membubarkan potensi kerusuhan. Aparat Israel mengklaim menemukan batu dan aneka tongkat dalam kompleks masjid.
Serbuan ke Aqsa memicu penembakan roket. Israel membalas penembakan itu dengan serbuan ke Gaza yang dikendalikan Hamas. Dalam serangan itu, sedikitnya 35 orang tewas. Korban tewas itu termasuk anak-anak yang tertimpa reruntuhan bangunan sasaran pengeboman Israel.
Israel rutin menyerbu Gaza dengan alasan memburu para penyerang. Walakin, sejak 2014, baru kali ini ada serangan dalam skala besar baik oleh Hamas maupun oleh Israel.
Baca juga: Jerusalem Membara, Israel-Hamas Baku Tembak Roket, 24 Warga Palestina Tewas
Jet-jet tempur Israel mengebom sejumlah lokasi di Gaza. Berbagai bangunan, sebagian apartemen bertingkat lebih dari lima, menjadi sasaran pemboman Israel.
Ashkelon, wilayah Israel yang bersebelahan dengan Gaza, dalam kondisi siaga penuh. Berbagai tempat perlindungan diaktifkan, pasukan cadangan dipanggil bergabung ke markas. Mayoritas bangunan pelayanan umum, termasuk pasar dan sekolah, dalam radius 40 kilometer dari Gaza ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Rudal pertahanan Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan serangan ke Gaza akan terus ditingkatkan. Tentara Israel, IDF, menyebut serbuan ke Gaza sebagai Operasi Melindungi Pagar.
Pertempuran saat ini tidak hanya terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Pertempuran itu juga menunjukkan peningkatan jangkauan roket Hamas. Di sisi lain, kemanjuran sistem pertahanan udara Israel juga memicu pertanyaan.
Meski sebagian besar roket Hamas bisa dicegat, sistem pertahanan udara Israel dianggap tidak sepenuhnya bisa melindungi warga. Sejumlah warga Israel tewas karena roket Hamas meledak di tempat tinggalnya. Padahal, sistem pertahanan udara Israel menghabiskan miliaran dollar AS.
Hamas menamai serangan roketnya dengan nama "Pedang Jerusalem" sebagai upaya untuk meminggirkan pengaruh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan menampilkan citra diri sebagai penjaga warga Palestina di Jerusalem. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menyebut Israel "telah menyalakan api di Jerusalem dan Al-Aqsa, serta kobarannya diperluas ke Gaza sehingga harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang muncul."
Haniyeh mengungkapkan, Qatar, Mesir, dan PBB sudah menghubungi pihaknya guna meredam situasi. Meski demikian, kata Haniyeh, pesan Hamas kepada Israel adalah: "Jika mereka ingin eskalasi, kelompok perlawanan (Hamas) siap. Jika mereka ingin berhenti, Hamas juga siap."
Ketegangan kali ini meningkat tidak hanya karena baku gempur Hamas-Israel. Di aras warga, sejumlah orang Palestina menjadi sasaran penyerangan warga Israel. Bahkan, seorang warga Palestina di Lod tewas karena dianiaya warga Israel.
Baca juga: Penggusuran di Sheikh Jarrah, Upaya Yahudinisasi Terkini Israel di Jerusalem
Senin lalu, sejumlah peziarah di Tembok Ratapan menjadi sasaran pelemparan batu oleh sekelompok orang Palestina. Pelemparan terjadi selepas serangkaian serangan terhadap warga Palestina oleh warga Israel. Serangan terutama terjadi di permukiman Palestina yang diperintahkan digusur.
Reaksi dunia
Utusan Khusus PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland mencuit di Twitter: "Segera hentikan pertempuran. Kita saat ini tengah bereskalasi menuju perang skala penuh. Para pemimpin semua pihak mempunyai tanggung jawab melakukan deeskalasi."
"Ongkos perang di Gaza itu sangat menghancurkan dan harus dibayar oleh rakyat biasa. PBB bekerja dengan semua pihak untuk meredakan situasi. Hentikan kekerasan saat ini juga," cuit Wennesland.
Liga Arab--sebagian negara anggotanya menjalin hubungan erat dengan Israel dalam setahun terakhir--menuding Israel melancarkan serangan tanpa pandang bulu dan tak bertanggung jawab ke Gaza. Israel juga disebut harus bertanggung jawab atas "eskalasi berbahaya" saat ini di Jerusalem.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengecam keras Israel dan menegaskan kembali dukungannya terhadap Palestina. OKI dalam pernyataan yang dikeluarkan seusai sidang darurat "mengecam sekeras-kerasnya serangan yang terus berulang oleh aparat pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina."
OKI juga mengecam "terus berlanjutnya program-program kolonial pasukan pendudukan Israel, yakni pembangunan gedung permukiman, upaya merampas properti warga Palestina, dan pengusiran paksa warga Palestina dari tanahnya".
Terpisah, Direktur Komunikasi Pemerintah Turki Fahrettin Altun mengecam AS. Sebab, AS menyebut serbuan ke Gaza sebagai upaya pembelaan diri. “Pembantaian sipil. Penyerbuan ke masjid. Pembunuhan anak tidak bersalah. Sejak kapan semua kekejaman itu dianggap membela diri?” ujarnya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan memang menunjukkan dukungan penuh kepada Israel. Lewat telepon pada Selasa kepada pejabat Israel, Sullivan menyampaikan dukungan pemerintahan Joe Biden pada upaya Israel mempertahankan diri.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne mengatakan, Sullivan juga menghubungi pemerintah Mesir untuk membahas perkembangan di Gaza dan sekitarnya. “Mereka membahas langkah untuk meredakan ketegangan,” ujarnya.
Baca juga: Kompleks Masjid Al-Aqsa Kembali Jadi Saksi Kekerasan Israel
Langkah AS menghalangi sidang Dewan Keamanan (DK) PBB, yang bersidang untuk kedua kali dalam tiga hari membahas situasi di Jerusalem dan Gaza, untuk mengeluarkan pernyataan membuat frustrasi Palestina. Washington melihat, pernyataan yang akan dikeluarkan DK PBB bakal merugikan Israel.
"Lumpuhnya Dewan Keamanan (PBB) yang terus berlanjut dalam situasi di Palestina tidak dapat diterima," kata Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB. "Komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan (PBB), harus mengecam langkah-langkah ilegal Israel."
Sementara Kantor Bantuan Kemanusiaan PBB (UN-OCHA) menyebut, serangan Israel di Jerusalem Timur telah melukai 1.000 warga Palestina. Sedikitnya 700 orang terluka karena peluru karet. (AP/AFP/REUTERS/SAM)