Jerusalem Membara, Israel-Hamas Baku Tembak Roket, 24 Warga Palestina Tewas
Sedikitnya 24 warga Palestina tewas dalam krisis terbaru yang dipicu ketegangan di Jerusalem. Mereka menjadi korban serangan udara Israel ke Jalur Gaza, merespons serangan roket kelompok Hamas yang mencapai Jerusalem.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Sedikitnya 24 orang tewas, termasuk sembilan anak dan Mohammed Fayyad, salah satu petinggi Hamas, akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, Senin (10/5/2021) malam waktu setempat. Rangkaian kekerasan antara Israel dan Palestina belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan eskalasi konflik cenderung membesar. Kedua pihak bersikeras akan saling membalas.
Menyikapi situasi terkini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan membatalkan perayaan Idul Fitri. Rakyat Palestina diminta hanya melakukan kegiatan ibadah terkait hari raya. Sebagai gantinya, mereka diperintahkan mengibarkan bendera setengah tiang guna berdukacita.
Serangan udara itu dilancarkan Israel ke wilayah Jalur Gaza setelah kelompok Hamas menembakkan roket hingga mendekati Jerusalem. Kepolisian Israel mengatakan, ada 150 roket yang ditembakkan oleh Hamas. Enam roket menghantam Jerusalem, sekitar 100 kilometer dari Jalur Gaza. Ini adalah serangan roket pertama di kota itu sejak tahun 2014.
Ketegangan di Jerusalem kembali meningkat sejak polisi antihuru-hara bentrok dengan warga Palestina yang menjalankan ibadah pada Jumat terakhir bulan Ramadhan di kompleks Masjidil Aqsa, pekan lalu. Ratusan warga Palestina luka-luka dalam insiden kericuhan terparah di kota suci itu sejak tahun 2017.
Ketegangan pada Senin diawali dengan konfrontasi pada dini hari di Masjidil Aqsa. Seperti dilaporkan Al Jazeera, polisi menembakkan gas air mata, granat, dan peluru karet kepada warga Palestina yang beribadah di masjid tersebut. Belasan tabung gas air mata dan granat jatuh di kompleks Masjidil Aqsa. Selain itu, polisi Israel juga menyerang para pengunjuk rasa di kompleks tersebut.
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan, lebih dari 300 warga Palestina mengalami luka-luka akibat tindakan pasukan Israel. Sebanyak 228 orang di antara mereka harus dirawat di rumah sakit dan klinik kesehatan. Adapun polisi Israel mengatakan, 21 petugas mereka luka-luka, termasuk tiga orang di antaranya yang dirawat. Petugas paramedis Israel menambahkan, tujuh warga sipil Israel juga terluka.
Hari Senin kemarin, Israel merayakan ”Hari Jerusalem” sebagai hari peringatan mereka merebut Jerusalem Timur dalam Perang Arab-Israel 1967. Guna mengurangi ketegangan, polisi mengubah rute pawai warga Israel yang semula melewati Kota Tua dekat Gerbang Damaskus, titik utama ketegangan beberapa pekan terakhir.
Ketegangan di kompleks Masjidil Aqsa sebenarnya sudah mulai mereda menjelang Senin siang. Namun, ada titik-titik ketegangan lainnya di Jerusalem, termasuk di permukiman Sheikh Jarrah, sebelah utara Kota Tua. Sejumlah keluarga Palestina terancam diusir dari rumah yang telah mereka tempati selama puluhan tahun, tetapi diklaim kepemilikannya oleh para pemukim Yahudi.
Ultimatum Hamas
Di tengah situasi itu, kelompok Hamas menuntut Israel menarik polisinya dari Masjidil Aqsa dan Sheikh Jarrah paling lambat pukul 18.00 waktu setempat. Setelah melewati batas waktu tersebut, mereka menembakkan puluhan roket pada Senin malam.
Jubir sayap militer Hamas, Abu Ubaida, mengatakan bahwa pihaknya menembakkan ”roket kepada musuh di wilayah pendudukan Jerusalem sebagai respons atas kejahatan dan agresi mereka di kota suci dan agresi mereka kepada warga di Sheikh Jarrah dan Masjidil Aqsa”.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, serangan roket itu adalah peringatan agar Israel berhenti meneror warga yang tengah beribadah dan melakukan protes damai di Masjid Al-Aqsa. Mereka juga meminta Israel menghentikan pengusiran warga Palestina dari Sheikh Jarrah di Jerusalem Timur yang rencananya akan diubah menjadi permukiman warga Israel.
Jerusalem Timur, lokasi kompleks Masjidil Aqsa, merupakan calon ibu kota negara yang tengah diperjuangkan Palestina. Namun, Israel memandang keseluruhan Jerusalem sebagai ibu kotanya, termasuk wilayah Jerusalem Timur yang mereka rebut dalam perang tahun 1967. Hingga saat ini komunitas internasional tidak mengakui penguasaan Israel atas Jerusalem Timur.
”Serangan roket ini keterlaluan. Israel akan membalas dengan setimpal untuk menunjukkan (agar mereka) jangan macam-macam dengan kami,” kata Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengecam serangan roket Hamas terhadap Israel. Ia meminta kedua belah pihak berhenti bertikai dan duduk bersama mencari jalan keluar. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mesir, dan Qatar yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tengah melakukan upaya mediasi. Di Markas Besar PBB di New York, Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat membahas situasi di Jerusalem.
Adapun terkait di situasi Sheikh Jarrah, penggusuran warga Palestina dari area itu ditunda karena keputusan pengadilan masih mempertimbangkan keadaan. Meski demikian, warga Palestina tetap khawatir suatu saat Israel bisa melanjutkan rencana itu.
Pada saat yang sama, unjuk rasa berujung kekerasan juga terjadi di Israel utara. Warga Palestina membakar ban-ban bekas kendaraan dan melempari aparat Israel dengan batu. Sebanyak 46 orang terluka dalam insiden itu.
Dalam situs resminya, lembaga hak asasi manusia Amnesty International mengecam rencana pencaplokan wilayah Sheikh Jarrah karena bertentangan dengan hukum internasional. Mereka juga mengecam aparat Israel yang menggunakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan pegiat yang menentang berbagai tindakan pencaplokan lahan. Bahkan, pegiat berbangsa Israel, menurut Amnesty Internasional, juga menjadi target kekerasan aparat.
Media Palestine News Daily mengatakan, Uni Eropa telah membuat pernyataan bahwa pencaplokan lahan tidak sesuai dengan perjanjian pendirian Israel tahun 1967. Di sana telah disebutkan batas-batas geografis antara Israel dan Palestina.
Sementara itu, para kepala Gereja Jerusalem mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan, serangan di Al-Aqsa sangat tidak menghormati kebebasan umat beragama. Jerusalem telah ditetapkan sebagai kota suci dengan status quo untuk tiga agama (Islam, Kristen, dan Yahudi) sehingga konflik semestinya tidak masuk ke wilayah tersebut.
Gereja Jerusalem juga menegaskan bahwa pencaplokan lahan, termasuk di Sheikh Jarrah, bertentangan dengan prinsip status quo itu. Segala kekerasan hanya merendahkan martabat dan keselamatan umat. (AP/AFP/REUTERS/SAM)