Kompleks Masjid Al-Aqsa Kembali Jadi Saksi Kekerasan Israel
Bentrokan berdarah pecah antara pasukan keamanan Israel dan warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa di Jerusalem. Ratusan orang terluka akibat peristiwa tersebut.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JERUSALEM, SABTU — Kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem kembali menjadi saksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina. Pada Jumat (7/5/2021) malam waktu setempat terjadi lagi bentrokan berdarah antara polisi antihuru-hara Israel dengan warga Palestina yang menyebabkan sekitar 180 orang terluka.
Menurut situs berita The Jerusalem Post, Sabtu (8/5/2021), tak lama setelah bentrokan, pemimpin kelompok Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh, mengirim pesan langsung kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia memprotes keras dan memperingatkan Israel untuk ”jangan bermain api”.
Media tersebut juga mengutip situs berita Walla di Tel Aviv yang menyebutkan, 17 polisi Israel terluka. Kantor berita Reuters melaporkan, bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa atau Bukit Bait Suci (Temple Mount) itu melukai sedikitnya 163 orang warga Palestina. Sementara itu, kantor berita Anadolu Turki menyebutkan, sedikitnya 178 orang terluka.
Rekaman video yang diambil dari Bukit Bait Suci, menurut The Jerusalem Post yang mengutip Kan TV, menunjukkan, pasukan keamanan Israel menembakkan granat kejut ke Masjid Al-Aqsa. Polisi kemudian terlihat mengunci pintu masjid saat jemaah masih di berada di dalamnya.
Tindakan yang diambil aparat keamanan Israel itu dilaporkan untuk mengakhiri kekerasan selama beberapa minggu terakhir yang terjadi di Kota Suci dan Tepi Barat. Polisi antihuru-hara mengambil tindakan tegas untuk memulihkan ketertiban karena ”kerusuhan ribuan jemaah”.
Jemaah pada saat itu membalas polisi dengan melemparkan berbagai benda, seperti batu, botol, dan kembang api ke arah petugas. Polisi menembakkan peluru karet dan meriam air serta melemparkan granat kejut ke arah massa di situs tersuci ketiga Islam yang juga dipuja orang Yahudi sebagai Bait Suci itu.
Mengutip keterangan Bulan Sabit Merah Palestina, kantor berita Anadolu Turki menyebutkan, bentrokan hebat terjadi di kawasan Haram al-Sharif seusai Muslim Palestina menjalankan Tarawih, Jumat malam. Saat itu ada puluhan ribu anggota jemaah berkumpul di masjid dan sekitarnya.
Situasi memburuk
Ketegangan di Jerusalem meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena warga Palestina memprotes pembatasan akses oleh Israel ke beberapa bagian Kota Tua selama bulan suci Ramadhan. Bentrokan itu juga terjadi setelah pihak berwenang mengusir beberapa keluarga Palestina dari rumah mereka agar tempatnya diberikan kepada pemukim baru Israel.
Amerika Serikat menyerukan untuk menurunkan ketegangan dan menyatakan penggusuran terhadap keluarga Palestina itu dapat memperburuk situasi di Jerusalem timur. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan Israel bahwa penggusuran paksa dapat dikategorikan sebagai ”kejahatan perang”.
Menurut AFP, kerusuhan pada Jumat itu terjadi pada peringatan Hari Al-Quds (nama Arab untuk Jerusalem), hari demonstrasi tahunan pro-Palestina yang diadakan Iran, musuh bebuyutan Israel. Ribuan orang berpartisipasi dalam memperingati Hari Al-Quds, tidak hanya di Palestina, tetapi juga negara-negara Arab dan Muslim di Timur Tengah hingga Pakistan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, dirinya menganggap Pemerintah Israel ”bertanggung jawab” atas kerusuhan itu dan menyuarakan ”dukungan penuh untuk para pahlawan kita di Al-Aqsa”.
Pengamat internasional mendesak agar ketegangan di kompleks Al-Aqsa diredam, begitu pula ketegangan Israel-Palestina umumnya.
Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Vennesland mencuitkan keprihatinannya di Twitter. Dia mendesak semua pihak untuk ”menghormati status quo tempat suci di Kota Tua Jerusalem untuk kepentingan perdamaian dan stabilitas”.
Provokasi
Pada September 2020 kompleks Al-Aqsa menjadi tempat pecahnya intifadah kedua, yang juga disebut Intifadah Al-Aqsa, yakni kerusuhan besar yang melibatkan warga Palestina dan Israel. Kata intifadhah dalam bahasa Arab yang berarti ’pemberontakan’, yakni perang pembebasan nasional bangsa Palestina terhadap pendudukan Israel.
Intifadah kedua pecah setelah kunjungan mantan oposisi dan pemimpin sayap kanan Israel, Ariel Sharon, ke Al-Aqsa. Kunjungan itu dipandang sebagai provokasi yang menyakitkan oleh warga Palestina.
Sebelum terjadi bentrokan pada Jumat malam, pasukan keamanan Israel membunuh dua warga Palestina dan melukai seorang lainnya setelah ketiganya menembak pangkalan Salem di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Insiden ini terjadi menyusul beberapa hari bentrokan berdarah dan pembunuhan. Minggu lalu, seorang warga Israel berusia 19 tahun terluka parah akibat ditembak warga Palestina di halte bus di persimpangan Tapuah, Tepi Barat.
Pasukan keamanan Israel mengatakan, mereka telah menangkap Montasser Shalabi (44) di dekat Ramallah karena dicurigai melakukan serangan itu.
Sumber Palestina mengatakan, Shalabi adalah warga negara ganda Amerika Serikat. Hari-hari sebelumnya juga terjadi beberapa insiden bentrokan antara aparat Israel dan warga Palestina serta pembunuhan warga Palestina.
Israel menduduki Jerusalem Timur, di mana Masjid Al-Aqsa atau Bukit Bait Suci berada sejak Perang Arab-Israel tahun 1967. Lalu, pada 1980, Israel menganeksasi seluruh kota itu, sebuah tindakan yang hingga saat ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Indonesia berada di sisi Palestina. (AFP/AP/REUTERS)