Australia dan Negara-negara Pasifik Selatan Bahas Keamanan Kawasan
Australia berusaha mempererat hubungan militer dengan tiga negara kepulauan yang memiliki kekuatan pertahanan untuk melawan kekuatan China di kawasan.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN – Para menteri pertahanan negara-negara Pasifik Selatan akan bertemu di Tonga, Selasa (18/10/2022), untuk membahas tantangan keamanan regional. Menteri Pertahanan Australia Richard Marles terbang ke Tonga, Senin ini. Dalam pernyataannya, Marles mengatakan, kawasan itu menghadapi kian banyaknya ancaman terhadap keamanan bersama.
Australia berusaha mempererat hubungan militer dengan tiga negara kepulauan yang memiliki kekuatan pertahanan, yakni Papua Niugini, Fiji, dan Tonga, untuk melawan kekuatan China di kawasan. Selandia Baru, Perancis, dan Chile juga bergabung dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan pada Selasa besok merupakan acara tahunan untuk membahas tantangan keamanan regional. Pekan lalu, Marles mengatakan, Australia sedang merundingkan perjanjian pertahanan dengan Papua Niugini. Dengan perjanjian pertahanan ini, Angkatan Laut dan militer kedua negara akan lebih sering bekerja sama. Canberra juga ingin mengembangkan hubungan dengan negara-negara yang lain di kawasan.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin ini, Marles mengatakan bahwa keamanan bersama di kawasan Pasifik Selatan menghadapi semakin banyak ancaman. “Keluarga Pasifik lebih kuat ketika kita merespons bersama dengan meningkatkan koordinasi, berbagi informasi, dan meningkatkan interoperabilitas antara negara kita dan pasukan pertahanan kita,” katanya.
Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Australia, sangat risau dengan pengaruh China yang berkembang di kawasan itu. Kekhawatiran ini muncul setelah Beijing membuat pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon pada April 2022. China juga mengupayakan pakta perdagangan dan keamanan yang lebih luas dengan 10 negara pada Mei.
Pengumuman penandatanganan pakta keamanan China-Kepulauan Solomon pada April lalu hanya berselang sehari setelah AS mengirim diplomatnya ke Kepulauan Solomon. Sekalipun Kepulauan Solomon tidak memiliki kekuatan militer, kesepakatan ini memicu kekhawatiran AS, Australia, dan Selandia Baru karena dapat memberi Beijing pijakan militer di Pasifik Selatan.
Materi draf pakta keamanan China-Kepulauan Solomon yang bocor ke wartawan saat itu mengejutkan Australia dan Selandia Baru serta memantik reaksi AS. Kekhawatiran besar dari negara-negara itu adalah kemungkinan pengerahan AL China ke negara kepulauan Pasifik.
China merupakan donor peralatan militer yang signifikan untuk Fiji dan Papua Niugini. Tonga, negara yang berutang besar kepada bank-bank China, juga telah menerima sejumlah dana militer China. Hal ini memicu kekhawatiran AS dan sekutunya, Australia dan Selandia Baru. Dalam meningkatkan kerja sama keamanan kawasan, Marles bertolak ke Tonga untuk pertemuan, Selasa.
Dari Tonga, Marles akan bertolak ke Fiji untuk menghadiri dialog masalah pertahanan. Ia juga mengunjungi kamp militer Blackrock, yang didanai Australia sebagai pusat bantuan bencana regional. Pada Januari lalu, Tonga dilanda letusan gunung berapi dan tsunami. Saat itu Australia dan Selandia Baru mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dari pasukan pertahanan Jepang, Perancis, dan Inggris.
Saat Tonga dilanda bencana itu, Beijing juga mengerahkan kapal AL China untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Papua Niugini mengatakan, bulan ini mereka akan menandatangani perjanjian dengan AS untuk menugaskan perwira militernya di kapal penjaga pantai dan angkatan laut AS. Patroli mereka untuk mencegah penangkapan ikan ilegal.
AS bersama sekutunya kawasan telah mengungkapkan keprihatinan tentang posisi dan sepak terjang China di Pasifik. Beijing terlibat dalam beberapa sengketa teritorial dengan negara-negara tetangganya di Asia. Peralihan pengakuan diplomatik Kepulauan Solomon dari Taiwan ke China pada 2019 membuka jalan bagi sejumlah besar investasi China.
Respons China
Menanggapi pertemuan para menhan negara-negara Kepulauan Pasifik tersebut, jubir Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers di Beijing, "Kami berharap, kerja sama negara-negara militer yang dimaksud bakan berkontribusi pada terciptanya stabilitas perdamaian kawasan dan tidak diarahkan untuk melawan pihak-pihak ketiga."
Media Global Times, 5 September lalu, juga memuat komentar Beijing tentang kehadiran China di negara-negara kepulauan Pasifik. Jubir lainnya Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, seperti dikutip Global Times menyebutkan, bantuan China ke Pasifik Selatan tidak terkait dengan syarat politik apa pun. Banyak proyek China berkembang dengan baik. Dalam mengembangkan hubungannya, China menjunjung tinggi sikap saling menghormati, kesetaraan, kerja sama saling menguntungkan, terbuka, dan inklusif.
“Bantuan kami ke negara-negara kepulauan tulus dan efektif, dan tidak pernah melekat pada kondisi politik apa pun,” kata Mao, seperti dikutip oleh media yang dikelola Pemerintah China itu.
Proyek-proyek, seperti Rumah Sakit Provinsi Enga di Papua Niugini dan Taman Persahabatan China-Samoa di Samoa, telah diselesaikan dan diserahkan. Proyek Renovasi Taman Tobwaan te Rikirake, Gedung Asrama Universitas Nasional Kepulauan Solomon, proyek jalan Pentakosta Vanuatu (fase 1) dan lainnya telah dimulai.
Kemajuan tersebut, menurut Mao, merupakan hasil kerja sama yang tulus antara China dan negara-negara kepulauan Pasifik Selatan untuk bersama-sama mengatasi dampak pandemi. Juga merupakan praktik nyata dari konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di negara-negara kepulauan Pasifik Selatan.
AS mengklaim akan memperkuat kehadirannya di Pasifik Selatan tahun ini. Washington berupaya mengambil tindakan baru. Presiden AS Joe Biden menjadi tuan rumah KTT Negara Kepulauan Pasifik AS yang pertama pada 28-29 September 2022. (AFP/REUTERS/AP)