Di hadapan Komite Keuangan Parlemen Inggris, Cunliffe mengingatkan akan bahaya posisi keuangan lembaga-lembaga pensiunan Inggris.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Bulan Sepember 2022 lalu Inggris hampir saja menjadi episentrum krisis keuangan global. Penyebabnya Lembaga pensiunan Inggris, The Pension Protection Fund, harus menambah suntikan dana sebesar 1,6 miliar poundsterling untuk memenuhi margin call.
Margin call dalam hal ini merujuk pada kewajiban yang harus ditutupi segera. Kewajiban muncul akibat kerugian dari investasi derivatif sangat berisiko dan berjangka pendek, bisa hitungan menit, seperti perdagangan kripto, saham, obligasi, valuta asing dan lainnya.
Sebenarnya dana-dana pensiunan Inggris tidak perlu terjebak kerugian yang memunculkan margin call. “Konsep dasarnya, cukup rencanakan investasi aman seperti memegang obligasi pemerintah. Saat jatuh tempo obligasi itu akan memberikan uang tunai beserta keuntungan bunga di masa depan untuk membayari para pensiunan. Dalam kalimat sederhana, dana-dana pensiunan tidak membutuhkan investasi derivatif untuk menunaikan tugasnya. Mudah saja!” kata para pakar bidang investasi derivatif yang diwawancarai The Financial Times, edisi 29 September.
Faktor godaan
Ketamakan, keinginan meraih untung besar lewat investasi berisiko, telah menggoda para pengeloa dana-dana pensiunan. Jadilah dana-dana pensiunan merugi dari investasi derivatif yang memunculkan margin call.
Disebut margin call karena lembaga pensiunan tersebut tidak perlu menyerahkan dana investasi dalam jumlah besar, cukup untuk menutupi jumlah kerugian dengan besaran tertentu. Jika misalnya lembaga tersebut bertaruh akan kenaikan kurs poundsterling Inggris terhadap kurs dollar AS dengan omset total satu miliar poundsterling, maka jumlah dana yang perlu diserahkan cukup 10 persen (margin).
Jika taruhannya “cuan” alias untung, tidak perlu ada seruan untuk menambah dana. Margin call hanya muncul jika investasi merugi.
Persoalan pada lembaga pensiunan Inggris, dana-dana setoran pegawai yang kemudian akan pensiun itu, dimainkan pada investasi derivatif, disebut liability-driven investment (LDI). Ada 1,6 triliun pundsterling AS dana-dana pensiun Inggris yang dimainkan dalam bentuk LDI.
Dana-dana ini bukan dikelola langsung oleh lembaga pensiun tersebut tetapi oleh lembaga terpisah seperti BlackRock, Legal & General, dan Schroders serta banyak lagi lainnya. Perusahaan-perusahaan ini tidak perlu memikirkan masa depan dana-dana pensiunan, hanya menjalankan investasi derivatif sesuai permintaan dan dapat komisi.
Perusahaan pengelola LDI ini tidak masuk dalam pengawasan otoritas, beda dengan bank-bank yang gerak-geriknya diawasi.
Biaya kerugian meningkat
Masalah di Inggris, perusahaan-perusahaan pengelola LDI, milik dana pensiunan tersebut, menyerukan margin call. Sasarannya bukan hanya The Pension Protection Fund. Menurut Gubernur Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE), Andrew Bailey, diperkirakan seluruh dana-dana pensiunan Inggris sedang memerlukan uang tunai 300 miliar dollar AS untuk termasuk menutupi margin call. Jumlah sebenarnya tidak bisa dipastikan dan menurut Bailey bisa lebih dari itu, seperti diberitakan Reuters, 12 Oktober.
Pada 29 September, BoE turun tangan dengan membeli obligasi terbitan pemerintah Inggris yang dipegang dana pensiunan. Ini untuk keperluan uang tunai menutupi margin call. Masalahnya lembaga tersebut tidak memiliki dana segara sehingga harus menjual sebagian aset yang ada, yakni obligasi yang diterbitkan pemerintah Inggris, dijuluki gilts. Di pasar tidak ada pihak yang bersedia membeli gilts sehingga Bank Sentral Inggris (BoE) terpaksa turun tangan.
Pada 6 Oktober, Wakil Gubernur Boe Sir Jon Cunliffe mengatakan seandainya BoE tidak turun tangan di pasar, lembaga pensiunan Inggris itu akan memasuki malapetaka keuangan. Masalah teratasi sementara. Akan tetapi di hadapan Komite Keuangan Parlemen Inggris, Cunliffe mengingatkan akan bahaya posisi keuangan lembaga-lembaga pensiunan Inggris.
Lembaga-lembaga pensiunan Inggris, termasuk The Pension Protection Fund, mempertaruhkan sebagian dana-dana pensiunan di pasar derivatif yang toxic dan berisiko menyebabkan kerugian besar apalagi di tengah kenaikan suku bunga di Inggris dan seluruh dunia.
Tidak akan membeli
Bailey, Selasa (11/10), sudah menegaskan bahwa BoE tidak akan turun tangan lagi untuk membeli gilts setelah 14 Oktober. “Dalam tiga hari, selesaikan masalah Anda,” demikian Bailey.
Setelah 14 Oktober, BoE fokus pada penurunan inflasi Inggris yang masih tinggi yakni 9,9 persen. Inflasi akan ditekan dengan menaikkan lagi suku bunga dari level sekerang 2,25 persen. Akan kontradiktif, jika BoE masih harus mengucurkan dana ke pasar untuk menyelamatkan dana-dana pensiunan. Itu artinya sama saja dengan menambah uang beredar dan mendorong inflasi tinggi.
Persoalan bagi Inggris sekarang, bagaimana dana-dana pensiunan meraih dana tunai. Di luar BoE, likuiditas pasar global sedang mengering. Para pemilik dana enggan memasuki pasar karena bayangan resesi global di depan. Hal inilah yang memunculkan isu ledakan krisis mirip Lehman Brothers di AS pada 2008 kini sedang mengintai Inggris.
Neil Shearing, ekonom dari Capital Economics yang berbasis di Inggris, mengatakan ancaman besar kini adalah kebangkrutan lembaga-lembaga keuangan. Jika selama ini bantuan datang dari pemerintah, kini fasilitas itu juga menyempit. Itu isu paling penting, demikian Shearing. (AFP/AP/REUTERS.