Jerman memutuskan mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara IRIS-T SLM ke Ukraina. Amerika akan menyusul dengan mengirim NASAMS.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE VIA AP
Dalam foto yang dirilis oleh kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa (11/10/2022) tampak sebuah rudal jelajah diluncurkan dari kapal perang Rusia. Rudal itu diarahkan pada sebuah target di Ukraina.
Palagan perang di Ukraina kian membara dan melibatkan alutsista mutakhir. Pada Selasa (11/10/2022) kemarin, Ukraina dikabarkan telah menerima sistem rudal pertahanan udara IRIS-T SLM dari Jerman. Pengiriman itu lebih cepat dari yang semula dijadwalkan. Merujuk majalah Der Spiegel, Kementerian Pertahanan Jerman membenarkan informasi tersebut.
Mengutip laman Deutsche Welle, disebutkan Jerman akan mengirim empat sistem pertahanan udara IRIS-T SLM. Senin lalu, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan, serangan rudal jelajah Rusia atas kota-kota di Ukraina membuat percepatan pengiriman mendesak dilakukan. IRIS-T SLM memang dirancang untuk melindungi objek-objek vital dan perkotaan.
"Serangan rudal di Kyiv dan banyak kota lain menunjukkan betapa pentingnya untuk memasok Ukraina dengan sistem pertahanan udara dengan cepat," kata Lambrecht.
Merujuk The Jerusalem Post, sistem pertahanan udara IRIS-T SLM terdiri dari tiga kendaraan. Pertama kendaraan peluncur yang mampu membawa delapan peluncur rudal, lalu kendaraan radar, dan kendaraan komando. IRIS-T SLM dapat menghancurkan sasaran yang terbang pada ketinggian 20 kilometer pada jarak hingga 40 kilometer dari pusat peluncuran.
Semula, IRIS-T SLM yang dijanjikan Jerman akan hadir pada paruh akhir tahun ini. Awalnya, sistem rudal pertahanan udara yang menggunakan rudal IRIS-T itu diarahkan untuk menahan serangan pesawat tanpa awak Rusia. Namun, serangan rudal Rusia pada awal pekan ini mengubah rencana tersebut. Sebagaimana diberitakan, puluhan rudal-rudal jelajah Rusia, diantaranya rudal jelajah Kalibr, menghantam kota-kota utama di Ukraina.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat juga menegaskan akan segera mengirim sistem pertahanan udara NASAMS ke Ukraina. Bila IRIS-T SLM dipersenjatai dengan rudal IRIS-T, NASAMS dapat dipersenjatai dengan rudal Sidewinder atau AIM-120 AMRAAM. Sebelumnya, AS telah mengirimkan beragam sistem persenjataan termasuk HIMARS, peluncur roket multilaras serta rudal antitank Javelin. Hingga saat ini total bantuan militer AS ke Ukraina mencapai lebih dari $16,8 miliar dollar AS. Pada tahap pertama, AS akan segera mengirim dua sistem pertahanan udara NASAMS, dan pada tahap berikutnya, enam sistem.
"Kami siap mempercepat pengiriman NASAMS ke Ukraina, secepat mungkin," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.
Dukungan pada Ukraina itu sebelumnya telah ditegaskan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Selasa lalu. “Presiden Biden, berjanji untuk terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri, termasuk sistem pertahanan udara canggih,” kata Gedung Putih.
Zelenskyy berterima kasih kepada AS dan Jerman karena telah mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara canggih itu. Melalui akun Twitternya, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikovmenyebutkan, kehadiran IRIS-T membawa Ukraina ke ‘era baru’ pertahana udara. Menurut Zelenskyy, Ukraina saat ini membutuhkan sistem pertahanan udara yang lebih modern dan efektif.
Selama ini, sistem pertahanan udara Ukraina bergantung pada keandalan S-300, sistem pertahanan udara berbasis rudal era Soviet. Sistem tersebut dinilai tidak lagi memadai menandingi rudal-rudal jelajah, pesawat tanpa awak, dan pesawat-pesawat tempur terbaru Rusia.
Di sisi lain, kehadiran sistem pertahanan udara itu membuat palagan Ukraina kini kian membara. Sebagaimana disebutkan, percepatan kehadiran sistem pertahanan udara itu dipicu oleh masifnya serangan rudal Rusia dalam dua hari terakhir. Serangan itu sendiri, menurut Kremlin, dilakukan sebagai balasan atas serangan pada Jembatan Kerch, jembatan penghubung antara Krimea dan Rusia. Serangan pada urat nadi logistik Rusia itu membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin marah dan menyebut serangan itu sebagai tindakan teror.
AFP
Asap hitam membumbung ke udara dari api yang membakar Jembatan Kerch yang rusak parah setelah ledakan besar dari sebuah truk, Sabtu (8/10/2022). Jembatan itu menghubungkan Rusia dengan Krimea.
Dampak
Sementara itu, pada sisi Ukraina, selain merusak sejumlah sarana umum dan menewaskan sejumlah warga, serangan rudal itu membuat pasokan listrik di sejumlah wilayah terhenti. Menurut Departemen Kedaruratan Nasional Ukraina, setidaknya aliran listrik di 300 kota di Ukraina terhenti.
“Kerusakan pada pembangkit listrik dan jalur utama menjelang musim dingin menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait perlindungan warga sipil, khususnya dampaknya terhadap populasi yang rentan,” kata Ravina Shamdasani juru bicara kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia kepada wartawan di Jenewa. “Serangan yang menargetkan warga sipil dan objek yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup warga sipil dilarang berdasarkan hukum humaniter internasional”.