Ukraina Coba Menggerus Rusia dari Garis Belakang
Pejabat AS dan Ukraina mengakui sabotase sebagai salah satu cara perlawanan pada Rusia. serangkaian sabotase menghasilkan manfaat strategis bagi Ukraina. Meski sama-sama menggunakan peledak, sabotase berbeda dari teror.
Pernah jadi alat perlawanan buruh, sabotase berkembang menjadi salah satu senjata dalam perang. Teruji di berbagai palagan, metode itu dipakai pula dalam perang Rusia-Ukraina. Sasarannya, jembatan hingga jaringan pipa minyak.
Kala masih menjadi alat perlawanan pekerja beberapa ratus tahun lalu, alat sabotase hanya sepatu kayu yang dilemparkan ke mesin. Tujuannya, menghambat atau mengganggu kerja mesin sehingga pengusaha memilih menggunakan buruh. Penggunaan sepatu kayu, sabot dalam bahasa Perancis, menjadi akar kata sabotase yang kini dikenal di mana-mana.
Selama beberapa puluh tahun terakhir, sasaran sabotase bukan lagi mesin pabrik, pelakunya bukan lagi pekerja, dan alatnya bukan hanya sepatu kayu. Sabotase masa kini bisa menggunakan peledak berdaya tinggi.
Baca juga Teka-teki Ledakan di Jembatan Crimea dan Pergantian Komandan Perang Rusia
Meski sama-sama menggunakan peledak, sabotase berbeda dengan terorisme. Sebab, tujuan utama sabotase adalah menghambat dan mengacau. Sementara tujuan utama teror menyebar ketakutan.
Dalam perang Ukraina, sabotase dan teror sama-sama digunakan. Otoritas Denmark dan sejumlah negara Eropa telah memulai penyelidikan dugaan sabotase setelah jaringan pipa gas Nord Stream meledak.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, ekonom senior Amerika Serikat, Jeffrey Sach, menyebut amat mungkin AS terlibat dalam sabotase itu. Selain pernyataan sejumlah pejabat AS bahwa Washington akan mengakhiri Nord Stream 2 selamanya, laporan pergerakan pesawat menunjukkan ada pesawat helikopter militer AS di sekitar lokasi sebelum dan setelah ledakan terjadi.
Sabotase lain pada perang di Ukraina berupa peledakan jembatan Kerch pada 8 Oktober 2022 yang menghubungkan Semenanjung Crimea dengan Krasnodar Krai, Rusia. Serangkaian peledakan gudang peluru dan pangkalan Rusia di Crimea sepanjang Agustus 2022 juga lebih mendekati sabotase.
Jembatan Kerch merupakan jalur pasokan utama tentara Rusia ke Ukraina. Sementara aneka gudang dan pangkalan di Crimea adalah pusat-pusat logistik dalam serangan Rusia ke Ukraina. Rusia pun menyebut serangkaian serangan itu sebagai sabotase.
Dalam berbagai kesempatan, sejumlah pejabat AS dan Ukraina mengakui sabotase sebagai salah satu sarana perlawanan terhadap Rusia. Dalam laporan pada 27 Agustus 2022, CNN mengaku punya salinan laporan Pemerintah Ukraina yang mengakui Kyiv di balik serangkaian serangan ke pangkalan Rusia di Crimea sepanjang Agustus lalu. Kepada Washington Post, sejumlah perwira Ukraina juga membuat pengakuan senada.
Baca juga Eropa Tuduh Rusia Sabotase Kebocoran Pipa Gas Nord Stream
Lokasi serangan berada jauh di belakang garis pertahanan Rusia. Tempat-tempat yang disasar juga tidak masuk dalam jangkauan aneka persenjataan AS dan sekutunya yang diberikan kepada Ukraina.
Senjata pasokan AS dan sekutunya memang andalan utama Ukraina bertahan menghadapi Rusia. Dengan pasokan itu, Ukraina bisa membalas serangan Rusia di sejumlah lokasi. Bahkan, sejumlah daerah direbut kembali Ukraina dari Rusia.
Namun, AS tidak hanya mengirimkan senjata bernilai miliaran dollar AS. Dalam rapat dengar pendapat di Senat AS pada April 2022, Komando Operasi Khusus AS Jenderal Richard Clarke mengakui bahwa AS melatih unit khusus Ukraina sejak akhir tahun 2020. Latihan fokus pada keterampilan menyusup jauh ke wilayah musuh dan meledakkan aneka fasilitas di sana. Ia menyebutkan, hasil latihan itu teruji memuaskan sepanjang perang berlangsung.
Staf Khusus Presiden Ukraina Mikhailo Podolyak juga membenarkan, AS dan sejumlah negara melatih unit khusus Ukraina. Latihan dari AS dan sekutunya disebut amat berguna untuk mengganggu kemampuan Rusia dalam perang ini.
Mantan Panglima Komando Operasi Khusus AS di Eropa Letnan Jenderal (Purn) Mark Schwartz menyebutkan, banyak indikasi Ukraina memakai taktik perlawanan bawah tanah dan gerilya yang dikembangkan AS. Ia tahu itu karena ikut mengembangkan metode dan manual perlawanan tersebut selama bertugas di Eropa.
Baca juga Dilema Perang Semesta di Ukraina dan Perdebatan Klaim Penggunaan Fasilitas Sipil
Ia merujuk pada Konsep Operasi Perlawanan (ROC) yang mulai dikembangkan AS pada 2013. Awalnya, ROC dikembangkan berdasarkan skenario Georgia menghadapi Rusia. Konsep itu menyediakan panduan bagi negara dengan kekuatan lebih kecil dalam menghadapi negara dengan militer lebih kuat.
Salah satu anggota tim pengembang ROC, Letnan Kolonel (Purn) Kevin D Stringer, juga berpendapat senada. ”Karena sulit berhadapan secara konvensional, perlu unit khusus untuk melawan. Unit ini perlu bantuan dari masyarakat. Amat tinggi indikasi konsep ini sedang dipakai di Ukraina,” tuturnya.
15 negara
Estonia, Lituania, dan Polandia paling tertarik mempelajari ROC. Pada November 2021, sudah 15 negara mendalami konsep itu. Juru Bicara Komando Operasi Khusus AS di Eropa Nicole Kirschmann mengatakan, ada perwira Ukraina hadir dalam pembahasan ROC di Hongaria pada November 2021.
Pakar kajian strategis pada University of St Andrews di Skotlandia, Phillips O’Brien, mengatakan, sabotase jelas jadi bagian dari strategi Ukraina. ”Tentu tidak akan ada yang mengakui. Hal yang jelas, faktanya, serangkaian serangan itu menghasilkan manfaat strategis bagi Ukraina,” ucapnya.
Baca juga Senjata untuk Ukraina, Rumit sejak Pangkal
Peneliti pada Royal United Services Institute (RUSI), Justin Bronk, mengatakan, unit operasi khusus Ukraina jelas di balik serangkaian serangan di Crimea. ”Strategi Ukraina menggabungkan serangan besar, serangan oleh unit khusus, serta penggunaan roket jarak jauh,” ucap peneliti pada lembaga kajian keamanan Inggris itu.
Di sejumlah kota yang diduduki Rusia juga kerap kali beredar poster berisi petunjuk sabotase. Warga, antara lain, dianjurkan membuat bom molotov dan dilemparkan ke markas atau kendaraan perang Rusia. Warga juga diberi tahu cara menginformasikan lokasi pasukan dan persenjataan Rusia kepada pasukan Ukraina.
Wali Kota Melitopol Ivan Fedorov mengakui, penduduk kota di bagian Zaporizhia yang diduduki Rusia itu memang terus melawan. Fedorov yang sudah berbulan-bulan mengungsi menyebutkan, penduduk dan pasukan Ukraina bersama menghancurkan senjata dan jalur pasokan Rusia. Mereka juga bekerja sama menyasar orang-orang yang membantu Rusia. Bantuan paling kecil adalah memberi tahu posisi pasukan, persenjataan, dan kendaraan perang Rusia.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, persenjataan Ukraina jelas tidak sebanding dengan Rusia. Karena itu, Kyiv perlu kreatif dalam menyerang pasukan Rusia di Ukraina. ”Kami berusaha menghancurkan pasokan mereka, gudang, markas pasukan,” ujarnya kepada Washington Post.
Unit operasi khusus Ukraina menggalang kelompok-kelompok perlawanan bawah tanah di daerah-daerah yang diduduki Rusia. Unit itu secara resmi dibentuk pada Januari 2022.
Unit operasi khusus Ukraina menggalang kelompok-kelompok perlawanan bawah tanah di daerah-daerah yang diduduki Rusia. Unit itu secara resmi dibentuk pada Januari 2022. ”Secara resmi, kami tidak menyangkal atau membenarkan informasi apa pun terkait serangan-serangan itu,” kata Reznikov soal serangkaian peledakan di pangkalan Rusia di Crimea.
Hal yang jelas, menurut Reznikov, Ukraina tidak memakai senjata pasokan AS dan sekutunya dalam serangan ke wilayah yang diduduki Rusia. Hal itu untuk memastikan Rusia tidak punya alasan menuding AS terlibat perang karena senjata Washington dan sekutunya dipakai oleh Kyiv.
Bukan hanya sabotase yang dipakai unit khusus Ukraina. Mereka juga menggunakan teror terhadap pihak-pihak yang dituding membantu pendudukan Rusia. Pemimpin Kherson versi Rusia, Volodymyr Saldo, berkali-kali jadi sasaran serangan itu. Ia pernah dirawat di Moskwa karena mendadak kesulitan bernapas dan kehilangan kesadaran. Saldo mengalami hal itu pada Juli dan Agustus.
Ia termasuk pendukung Rusia di Ukraina yang beruntung. Sejumlah pejabat di daerah Ukraina yang diduduki Rusia malah tewas ditembak atau karena ledakan bom mobil.
Kepala Kantor Pemuda di Kherson, Dmytro Savluchenko, tewas setelah mobilnya meledak pada akhir Juni 2022. Penduduk kota itu, Yuriy Turulov, cedera setelah mobilnya meledak karena ranjau darat. Pada Mei 2022, beredar video yang menyebut Turulov membantu Rusia menduduki Kherson. Wali Kota Melitopol versi Rusia, Yevhen Balytskyi, juga cedera karena mobilnya diledakkan pada Mei lalu.
Bukan hanya sabotase yang dipakai unit khusus Ukraina. Mereka juga menggunakan teror terhadap pihak-pihak yang dituding membantu pendudukan Rusia.
Balytskyi menyebutkan, serangkaian serangan tersebut dilakukan oleh anggota Badan Keamanan Nasional (SBU) Ukraina. Tujuannya, menakuti orang-orang yang memilih bekerja sama dengan Rusia dan mengabaikan Kyiv.
Semua metode itu, seperti disebut Reznikov, harus dilakukan karena Ukraina belum menjadi lawan seimbang Rusia. Janji pasokan senjata dari AS dan sekutunya lama diwujudkan. Dengan perkembangan perang sekarang, Ukraina praktis segera menghabiskan apa pun persenjataan yang dikirim sekutu dan mitranya. Karena itu, Kyiv perlu kreatif menemukan cara melumpuhkan musuh dari garis belakang. (AFP/REUTERS)