Korut Tembakkan Dua Rudal Saat Korsel-AS-Jepang Gelar Latihan Anti-kapal Selam
Jepang menyebut rudal uji coba Korut itu terbang dalam lintasan yang tak teratur. Lintasan yang tidak teratur menunjukkan, rudal mampu bermanuver selama penerbangan, membuat rudal itu lebih sulit dilacak dan dicegat.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
SEOUL, SABTU — Ketegangan di Semenanjung Korea terus meningkat. Korea Utara, Sabtu (1/10/2022), menembakkan dua rudal balistiknya saat militer Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat menggelar latihan militer bersama. Militer Korsel menggelar latihan anti-kapal selam dengan pasukan dari dua negara sekutunya itu, Jumat (30/9/2022), beberapa hari setelah mengadakan latihan berskala besar.
Angkatan Bersenjata Korea Selatan (Korsel), Sabtu pagi, telah ”mendeteksi dua rudal (balistik) jarak pendek ditembakkan dari daerah Sunan di Pyongyang ke Laut Timur pada pukul 06.45 dan 07.03”. Keterangan waktu mengacu pada waktu setempat atau pukul 04.45 dan 05.30 WIB. Sementara Laut Timur juga dikenal dengan nama Laut Jepang.
”Militer mempertahankan kesiapan maksimal dalam koordinasi erat dengan Amerika Serikat (AS),” kata Pimpinan Staf Gabungan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Jepang juga mengonfirmasi peluncuran dua rudal balistik Korut tersebut. Dikatakan, kedua rudal itu tampaknya telah mendarat di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang. Wakil Menteri Pertahanan Jepang Toshiro Ino mengatakan, rudal itu ”tampaknya terbang dalam lintasan yang tidak teratur”. Kondisi ini sama dengan rudal yang ditembakkan pada Minggu (25/9/2022).
”Korea Utara (Korut) telah mengulangi peluncuran rudalnya dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ino.
Para ahli mengatakan, lintasan yang tidak teratur menunjukkan bahwa rudal itu mampu bermanuver selama penerbangan dan itu membuatnya lebih sulit untuk dilacak dan dicegat. Hal itu menunjukkan kemajuan program persenjataan rahasia Korut setelah perundingan nuklir dengan AS macet sejak 2019. Pyongyang telah menggandakan program senjata terlarangnya.
Sejak perundingan nuklir dengan AS macet, Korut juga terus menggelar serangkaian uji coba senjata tahun ini. Pada Mei 2022, Pyongyang menembakkan tiga rudal sekaligus setelah Presiden AS Joe Biden mengakhiri lawatan pertamanya ke Korsel dan Jepang. Selain itu, Korut juga merevisi undang-undangnya untuk menyatakan diri sebagai salah satu kekuatan nuklir yang ”tidak dapat diubah”.
Uji coba kali ini dilaporkan sebagai pengujian keempat dalam sepekan terakhir sejak Minggu (25/9/2022). Pengujian kedua dan ketiga terjadi pada Rabu dan Kamis. Empat uji coba itu dilakukan setelah Washington mengirim kapal induk bertenaga nuklir untuk mengikuti latihan bersama Korsel hingga lawatan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Seoul.
Harris berada di Seoul, Kamis (29/9/2022), setelah dua hari berada di Tokyo, Jepang. Harris mengunjungi Zona Demiliterisasi, wilayah penyangga antara Korut dan Korsel, yang dijaga ketat aparat militer di Panmunjom, Korsel. Dia mengunjungi wilayah tersebut untuk membuktikan komitmen kuat AS terhadap pertahanan Korsel melawan Korut.
Uji coba rudal Korut pada Sabtu ini merupakan yang ke-22 dalam tahun ini. Korut telah meluncurkan berbagai jenis rudalnya ke Laut Jepang sejak awal tahun, termasuk rudal hipersonik dan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang baru. Penembakan ICBM dilakukan pada Maret 2022, sekaligus menandai berakhirnya moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang diberlakukan Pyongyang sendiri.
Tindakan Korut yang terus meningkatkan uji cobanya itu dapat dinilai sebagai upaya memperlihatkan kekecewaan terhadap tekanan sanksi AS, selain juga karena Korsel dan sekutu-sekutunya terus menggelar latihan militer di kawasan Semenanjung Korea. Washington memiliki sekitar 28.500 tentara yang ditempatkan di Korsel untuk membantu melindungi negara itu dari serangan Korut, sekutu dekat China di Asia Timur.
Latihan anti-kapal selam
Penembakan dua rudal balistik Sabtu ini juga terjadi ketika Angkatan Laut Korsel, Jepang, dan AS menggelar latihan anti-kapal selam. Latihan yang digelar pada Jumat kemarin merupakan yang pertama kali sejak latihan terakhir tahun 2017. Angkatan Laut AS mengatakan, latihan itu akan meningkatkan interoperabilitas dan koordinasi taktis dan teknis antara ketiga negara.
”Latihan tersebut dirancang untuk meningkatkan kemampuan mereka guna menanggapi meningkatnya ancaman kapal selam Korut, termasuk rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), dan yang secara konsisten menimbulkan ancaman nuklir dan rudal dengan serangkaian uji coba rudal balistik,” kata Angkatan Laut Korsel.
Saat Korsel dipimpin Presiden Yoon Suk Yeol, kedua negara bertetangga di Semenanjung Korea itu telah meningkatkan latihan bersama, yang mereka tegaskan murni untuk tujuan defensif. Sebelum Harris ke Seoul, Washington mengirim kapal induk bertenaga nuklir, USS Ronald Reagan, untuk mengadakan latihan angkatan laut bersama skala besar.
Latihan semacam itu membuat Pyongyang marah besar. Di mata Pyongyang, latihan tersebut dilihat sebagai latihan untuk persiapan menginvasi Korut. ”Uji coba balistik jarak pendek Korut kurang penting daripada uji coba nuklir, tetapi masih melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha, Seoul, sambil tetap menegaskan bahwa tindakan itu provokatif.
Korut, kata Easley, telah memodernisasi senjata dengan cepat dan mengambil manfaat dari dunia yang terbelah oleh isu rivalitas AS-China dan aneksasi Rusia atas lebih banyak wilayah Ukraina. ”Tindakan Pyongyang sekali lagi mempertegas perlunya Washington-Seoul memperkuat pencegahan militer, memperketat sanksi ekonomi, dan meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Tokyo,” tambahnya.
Pejabat Korsel dan AS juga telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Pemimpin Korut Kim Jong Un sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir lagi. Pada Rabu (28/9/2022), agen mata-mata Korsel mengatakan, uji coba nuklir Korut berikutnya dapat terjadi di antara kongres Partai Komunis China pada 16 Oktober dan pemilu paruh waktu AS pada 7 November.
Korea Utara, yang saat ini masih terkena beberapa sanksi PBB terkait program nuklirnyanya, biasanya berusaha untuk memaksimalkan dampak geopolitik dari pengujiannya dengan waktu yang cermat. Mereka telah menguji senjata nuklir enam kali sejak 2006 dan terakhir pada 2017. (AFP/REUTERS/AP)