Ukraina, Rahasia Percepatan Keperkasaan Senjata China
China sukses mereformasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dari hulu sampai hilir. Dari tentara dengan peralatan tua pada 1996, PLA kini menjadi salah satu tentara dengan perlengkapan paling modern.
Selama ribuan tahun, China mengenal istilah “Man Tian Guo Hai” atau kurang lebih bermakna mengecoh langit untuk menyeberangi lautan. Prinsip itu salah satu cara Beijing mengembangkan persenjataan hingga mencapai taraf keperkasaan seperti sekarang. Amerika Serikat dan sekutunya pun terkecoh selama puluhan tahun.
Hampir 40 tahun membangun kekuatan dengan bantuan Uni Soviet, China terpaksa mengakui belum bisa menandingi AS pada 1996. Keadaan berbalik setelah China, dengan berbagai cara, mendapat pasokan dari Ukraina. Hanya dalam 20 tahun, Beijing memaksa Washington lebih berhati-hati bermanuver di kawasan.
Media yang dekat dengan pemerintah China, Global Times, melaporkan pada 2015 bahwa Beijing konsumen produk persenjataan terbesar Kyiv. Ukraina perlu uang, China perlu pasokan untuk pengembangan industri pertahanan.
Baca juga Latihan Militer di Asia Timur Makin Intensif, Semua Siaga Ancaman Konflik Terbuka
Pembubaran Uni Soviet mengeratkan hubungan itu. Sebagai sesama negara komunis, China dan Soviet Ukraina sudah bekerja sama secara tidak langsung sejak 1957. Selepas China-Uni Soviet meneken perjanjian persahabatan, Moskwa membantu Beijing mengembangkan industri pertahanannya. Menjadi bagian Uni Soviet sampai 1991 dan ditempati sejumlah pabrik persenjataan Uni Soviet, Soviet Ukraina juga ikut membantu China mengembangkan pertahanan.
Roket, pesawat, hingga perangkat lunak komputer untuk pertahanan dipasok Uni Soviet kepada China. Bantuan Mokswa membuat Beijing punya hampir 4.000 jet tempur pada 1996. Modal itu mendorong Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China menembakkan enam rudal ke arah Taiwan pada Juli 1995.
Pengerahan dua gugus tempur laut Amerika Serikat yang berpusat pada USS Nimitz dan USS Independence memaksa PLA mengakui, Beijing bukan tandingan Washington. China pun kembali fokus mengembangkan diri.
Kapal Induk
Fokus pengembangan China antara lain kapal induk. Kepemilikan kapal induk sudah bertahun-tahun didambakan China. Sebelum akhirnya membeli Varyag pada 1998, China membeli tiga bekas kapal induk dari Australia dan Rusia.
Pembelian tiga bekas kapal induk itu sama sekali tidak memantik kecurigaan AS dan sekutunya. Sebab, semua kapal induk itu tidak pernah dijadikan aset militer sejak diterima China.
Pada 1985, Beijing membeli HMAS Melbourne dari Canberra. Pensiun di usia 37 tahun pada 1982, HMAS Melbourne sulit diperbaiki lalu dioperasikan lagi. Apalagi, dulu China tidak punya teknologi maritim sebaik beberapa tahun terakhir.
Baca juga Reaksi AS Lebih Lunak pada Kemarahan China
Karena itu, dengan harga tidak sampai 1,5 juta dollar AS, HMAS Melbourne dibeli China sebagai besi tua. Belakangan, setelah tiba di China, Canberra dan sekutunya mendengar para insyinyur China mempelajari struktur kapal sebelum benar-benar memotongnya sebagai besi tua. Hanya struktur badan bisa dipelajari, karena mayoritas peralatan sudah dicopot Australia sebelum dikirim ke China.
Pada 1992, Varyag yang baru 60 persen selesai, ditawarkan Ukraina ke China dan India. China sudah mengirim delegasi untuk menawar kapal induk yang belum selesai dan tidak mungkin diselesaikan Ukraina itu. Transaksi itu gagal. Karena tidak punya uang, Kyiv praktis membiarkan calon kapal induk itu di galangan.
China malah membeli bekas kapal induk Minsk pada 1995 dan Kiev pada 1996 dari Rusia. Minsk ditarik ke Guandang, Kiev ke Tianjin. Waktu pembeliaan nyaris bersamaan dengan pengerahan kapal induk AS ke dekat Taiwan. AS mengejek China gara-gara pembelian dua bekas kapal induk itu. “China akhirnya punya kapal induk, yang dijadikan tempat hiburan”. Demikian disebarkan berbagai media AS sejak 1995 sampai 1999.
Kiev, Minsk, dan Melbourne memang tidak mungkin dioperasikan kala diterima China. Karena itu, banyak negara tidak terlalu hirau kala China menawar Varyag dari Ukraina. Banyak yang menduga Varyag akan menyusul tiga bekas kapal induk lainnya.Apalagi, pada 1998, tersiar kabar perusahaan dari Makao menawar Varyad untuk dijadikan hotel dan kasino terapung. Dilaporkan South China Morning Post pada Januari 2015, perusahaan itu disebut dimiliki Xu Zenping.
Xu pernah menjadi anggota PLA dan menjadi atlet basket dalam sejumlah kejuaraan antarkesatuan PLA. Sejumlah pihak sebenarnya mencermati penawaran Xu, terutama karena latar belakangnya dan ketidakjelasan perusahaannya. Walakin, keraguan itu menghilang antara lain karena berkaca pada nasib tiga bekas kapal induk lain.Xu membayar 20 juta dollar AS untuk membeli Varyag.
Proses pembelian lancar, proses pengiriman tidak mudah. Presiden China Jiang Zemin melobi Presiden Turki Ahmet Necdet Sezer untuk mendapatkan izin Varyag melintasi Selat Bosphorus. Sejak 1936, semua kapal dengan panjang melebihi 300 meter dilarang melewati selat yang membelah kota Istanbul itu. Panjang Varyag 306 meter.
Baca juga AS Akui Kemampuan China Bangun Nuklir Sangat Cepat
Lobi Jiang dan para pejabat China membuat Turki mengizinkan Varyag melintas Bosphorus. Varyag akhirnya tiba di China pada 2002.
Seperti diduga segelintir orang, Varyag tidak mengikuti jejak tiga bekas kapal induk lainnya. Setelah berbagai perbaikan, Varyag diserahkan ke PLA Navy pada 2012 dengan nama Lioaning. PLAN bergabung dengan AL negara lain yang lebih dulu punya kapal induk. “Anda tahu kenapa nomor lambungnya 16? Karena sebanyak itulah tahun yang kami habiskan sejak menawar sampai dioperasikan,” kata Xu.
Pengalaman dengan Liaoning mempercepat pembangunan dan pengoperasikan Shandong, kapal induk kedua. China hanya butuh empat tahun. Kini, China mulai menguji kapal induk ketiga dan dinamai Fujian. Pada pekan ketiga September 2022, mesin dan sistem kendali utama Fujian mulai diuji di galangan. China juga mulai membangun kapal induk keempat.
“China tidak mungkin mengoperasikan satu pun kapal induk hari ini jika tidak bantuan dari Ukraina,” kata Kepala Kajian Strategi dan Keamanan Asia Pasifik pada Kiel University Jerman, Sarah Kirchberger, sebagaimana dikutip Washington Post.
Rudal
Beijing tahu, tidak mungkin hanya mengandalkan kapal induk untuk meningkatkan kekuatan. Tanpa pendampingan kapal perang, sistem pertahanan, dan pesawat serta helikopter, kapal induk jadi sasaran empuk lawan.
Karena itu, China juga mengembangkan aneka rudal yang antara lain didasarkan pada teknologi dari China. Pada 2005, Kejaksaan Agung Ukraina menuding China menampung sebagian dari 18 rudal jelajah yang diselundupkan dari Ukraina. Rudal Kh-55 yang diselundupkan itu bisa mengangkut hulu ledak nuklir. Jangkauan maksimal rudal itu 3.000 kilometer.
Baca juga AS Dikejutkan oleh Uji Coba Rudal Hipersonik China
“Uni Soviet dan Rusia memang membantu China mengembangkan badan pesawat dan rudal. Ukraina benar-benar membantu Chia mengembangkan mesin pesawat dan kapal serta rudal udara,” kata Direktur Kajian Keamanan pada Massachusetts Institute of Technology (MIT) Taylor Fravel sebagaimana dikutip Washington Post.
Selain dari selundupan, China juga secara resmi membeli sejumlah sistem pertahanan udara dari rudal. Kirchberger menyebut, China memakai radar pelacak rudal buatan Ukraina sebagai salah satu perlindungan selama Olimpiade Beijing 2008.
Jika tidak dihentikan AS, Beijing Skyrizon Aviation Industry sudah menjadi pemilik Motor Sich. BSAI menawarkan 4 miliar dollar AS untuk membeli perusahaan Ukraina yang memproduksi mesin pesawat militer itu. Intervensi AS membuat penjualan itu gagal dan kini BSAI menuntut ganti rugi 4,5 miliar dollar AS.
Hasil
Dalam berbagai laporan internal AS beberapa tahun terakhir memang ada pengakuan tersirat atas kemampuan militer China. Perkembangan pada Agustus 2022 kembali menegaskan Washington tidak bisa sembarangan lagi dengan Beijing. Sama sekali berbeda dengan kondisi 1995.
Pada Agustus 2022, China punya lebih sedikit jet tempur tempur dibandingkan Juli 1995. PLAN menjadi angkatan laut dengan kapal terbanyak di bumi. Selain dua kapal induk, ada puluhan kapal selam dan ratusan kapal perang dioperasikan PLAN. China juga punya berbagai rudal dan sukses mengoperasikan peluncur hipersonik.
Dalam laporan Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS diungkap, paling tidak 30 satelit dioperasikan atau diakses PLA. Pangkalan China tersebar di sejumlah negara, walau jauh lebih sedikit dibanding AS yang punya pangkalan di hampir 100 negara. Jaringan pangkalannya memungkinkan PLA beroperasi di berbagai negara, seperti dilakukan AS dan sekutunya selama puluhan tahun.
DIA AS mengakui, China sukses mereformasi PLA dari hulu sampai hilir. Dari tentara dengan peralatan tua pada 1996, PLA kini menjadi salah satu tentara dengan perlengkapan paling modern. PLA juga mengandalkan pasokan domestik sebagai sumber utama persenjataannya.
Baca juga AS-China Adu Latihan Perang
Di balik kesuksesan itu, ada jejak Ukraina. Karena itu, Kyiv merasa kegetiran mendalam atas sikap Beijing sejak Rusia menyerbu Ukraina pada Februari 2022. Beijing sudah menyatakan, persahabatan dengan Mokswa tidak punya batasan (AFP/REUTERS)