Hasil Referendum Akan Tentukan Arah Perang Rusia-Ukraina Selanjutnya
Rusia menggelar referendum di empat wilayah di Ukraina yang mereka kuasai. Hasil dari referendum akan menentukan arah dan jalannya perang ke depan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
LUHANKS, JUMAT – Referendum di empat wilayah Ukraina dimulai pada Jumat (23/9/2022). Warga akan menentukan apakah wilayah tempat tinggal mereka akan bergabung dengan Rusia atau tetap menjadi bagian Ukraina. Di Kyiv, Pemerintah Ukraina menuduh referendum ini tidak sah karena dilakukan dengan cara memaksa warga.
Pelaksanaan referendum ada di Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhia hingga hari Selasa (27/9/2022). Keempat wilayah ini seluas 90.000 kilometer persegi atau 15 persen dari keseluruhan wilayah negara Ukraina. Di keempat wilayah itu, walaupun secara politik dan geografis masuk ke Ukraina, sebagian besar penduduknya adalah keturunan Rusia dan berbicara dengan bahasa Rusia.
Kelompok separatis Luhansk dan Donetsk sejak 2014 telah menyatakan merdeka dari Ukraina. Pada 21 Februari 2022, Kremlin mengakui dua wilayah itu sebagai negara merdeka. Milisi pro Rusia di Luhansk dan Donetsk membantu pasukan Rusia melawan pasukan Ukraina selama perang Rusia-Ukraina. Hasil dari referendum ini, apabila mayoritas memutuskan bergabung dengan Rusia, akan berdampak besar bagi kelanjutan perang Rusia-Ukraina.
“Jika masyarakat memilih bergabung dengan Rusia, mereka akan menjadi warga Rusia yang sah. Rusia akan melakukan apapun untuk melindungi rakyat dan wilayahnya,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskwa, Rabu (21/9/2022).
Pernyataan itu oleh berbagai pihak diartikan sebagai isyarat Putin untuk mengatakan bahwa ia tidak gentar menggunakan senjata nuklir. Selama ini, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sengaja menjaga agar peang tidak tumpah keluar dari Ukraina. Mereka menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia, meskipun NATO mengirim dana dan persenjataan ke Ukraina.
Apabila keempat wilayah itu masuk Rusia, serangan dari Ukraina yang mengarah ke wilayah tersebut akan diartikan serangan ke dalam wilayah Rusia. Bila Ukraina menyerang Rusia di keempat wilayah itu untuk merebut kembali wilayahnya, maka eksalasi perang akan terjadi.
“Warga keempat wilayah ini memiliki hak untuk melakukan referendum sesuai dengan yang tertera di Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tidak ada alasan mengatakan referendum ini tidak sah,” kata Ketua DPR Federasi Rusia Valentina Matviyenko kepada kantor berita TASS.
”Apakah Anda setuju bergabung dengan Rusia?” Inilah pertanyaan untuk referendum yang digelar di Luhanks dan Donbask. Sementara pertanyaan untuk referendum di Kherson dan Zaporizhia, ”Apakah Anda mendukung pemisahan diri dari Ukraina, pembentukan negara merdeka, dan bergabung dengan Federasi Rusia?”
Sementara itu, di Luhansk dan Donetsk referendum dituding tidak berjalan dengan semestinya. Gubernur Luhanks Serhiy Gaidai yang merupakan bagian dari Pemerintah Ukraina mengungkapkan, rakyat dipaksa untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Menurut dia, di kota Starobilsk, warga dilarang keluar kota hingga hari Selasa pekan depan. Pasukan Rusia maupun milisi bersenjata merazia rumah-ruamh warga dan memaksa mereka untuk pergi ke tempat pencoblosan.
Di kota Bilodovsk, perusahaan-perusahaan memaksa karyawan mereka mengikuti referendum. Jika menolak, karyawan diancam dipecat. “Tidak ada azas kejujuran, kerahasiaan, maupun keadilan di referendum semu ini. Warga dipaksa mengisi surat suara di hadapan tentara,” kata Gaidai.
Peristiwa serupa juga terjadi di Kherson. Menurut mantan Wakil Ketua Dewan Wilayah Kherson, Yuriy Sobolevsky melalui akun media sosial Telegram, warga memilih untuk tinggal di rumah dan mengunci pintu. Mereka tidak mau memberikan suara sama sekali.
Tempat-tempat referendum dilaksanakan juga masih mengalami konflik. Sebuah pasar di Donetsk terkena tembakan rudal. Menurut pasukan Rusia, ada lima orang tewas dalam serangan itu. Di Zaporizhia, Gubernur Oleksander Starukh yang setia kepada Ukraina melaporkan, setidaknya ada sepuluh tembakan rudal, meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka-luka.
Sementara, PBB terus menyelidiki kasus pelanggaran hak asasi manusia di 27 kota yang mencakup Kyiv, Chernihiv, Kharkiv, dan Sumy. Penyelidikan ini dilakukan setelah penemuan kuburan massal. Jasad-jasad di sana menunjukkan tanda-tanda disiksa. Selain itu, komite dari PBB turut mewawancarai warga sipil yang pernah ditahan oleh pasukan Rusia. Mereka mengaku mengalami penganiayaan seperti dipukul dan disetrum. (AP/AFP/REUTERS)