UE pernah dikecam karena menolak membuka pintu bagi warga Asia dan Afrika yang melarikan dari dari Ukraina. Kini, UE menolak membuka pintu bagi warga Rusia yang menghindari wajib militer
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
BRUSSELS, JUMAT - Eropa kembali menunjukkan diskriminasi pada pengungsi. Kali ini, korbannya adalah warga Rusia yang menolak ikut wajib militer dalam perang di Ukraina. Perang yang sudah berlangsung lebih dari 7 bulan itu juga terus mendorong harga energi melonjak.Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), memerintahkan mobilisasi terbatas untuk menghadapi perkembangan perang di Ukraina. Selepas pengumuman itu, Jumlah pencarian “Cara keluar dari Rusia” melonjak di internet.
Sementara pesawat-pesawat tujuan Turki dan Armenia penuh sampai Senin (26/9/2022). Turki dan Armenia jadi tujuan karena warga Rusia tidak perlu visa untuk masuk ke kedua negara itu.
Warga Rusia tidak bisa ke barat. Sebab, trio Estonia-Latvia-Lithuania yang berbatasan dengan Rusia telah menutup pintu bagi Rusia. Bahkan, trio anggota Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu tetap menolak membuka perbatasannya bagi warga Rusia yang menghindari wajib militer.
Menteri Dalam Negeri Estonia Lauri Laanemets mengatakan, seluruh warga Rusia bertanggung jawab pada perang di Ukraina. Estonia juga khawatir melanggar sanksi UE ke Rusia jika memberikan suaka kepada warga Rusia yang menolak wajib militer.
Menteri Luar Negeri Estonia Urmas Reinsalu dan Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas malah menyebut, penolakan ikut wajib militer bukan alasan untuk diberi suaka. “Alasannya tidak layak,” kata Anusauskas.
Sementara Menlu Latvia Edgars Rinkevics mengaku, alasan keamanan menyebabkan Latvia tidak bisa memberikan suaka pada warga Rusia. “Latvia tidak akan menerbitkan visa kemanusiaan atau jenis lain kepada warga Rusia yang menghindari wajib militer,” ujarnya.
Sikap trio anggota UE itu amat berbeda dibandingkan terhadap warga Ukraina. UE membuka pintu bagi hampir enam juta warga Ukraina yang mengungsi sejak perang meletus. UE memberikan aneka tunjangan dan fasilitas kepada para warga Ukraina itu. Diskriminasi UE pada pengungsi sudah berulang kali memicu kritik. Di tengah gelombang pengungsi dari Ukraina, UE dikecam karena menolak membuka pintu bagi warga Asia dan Afrika yang melarikan dari dari Ukraina.
Sebelum gelombang pengungsi Ukraina, UE juga dikecam karena menolak pengungsi dari Turki ke Yunani. Bahkan, UE tengah membahas pembuatan tembok perbatasan untuk menghambat pengungsi. Pembahasan itu tidak terdengar lagi sejak gelombang pengungsi mengalir dari Ukraina.
Sanksi
Penutupan perbatasan bagi Rusia bagian dari sanksi yang didesak sebagian anggota UE. Sejak Juli 2022, sebagian anggota UE menutup pintu bagi warga Rusia.
Sanksi lain dari UE kepada Rusia diarahkan ke sektor energi. Bersama sekutunya di NATO dan G7, UE berusaha memangkas ekspor energi Rusia. Bukan hanya melarang ekspor tujuan eropa, UE-NATO-G7 juga berusaha membatasi ekspor energi Rusia ke Asia dan Afrika.
Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan, akan ada sanksi keras kepada pihak yang berusaha membantu Rusia menghindari sanksi ekspor energi. Sementara UE berusaha menghentikan 66 persen ekspor minyak Rusia. Caranya, UE melarang seluruh perusahaan di wilayah itu menyediakan jasa pengangkutan dan asuransi pengangkutan untuk minyak Rusia.
“Putin akan membuat semuanya sakit. Harus diingat, aset minyak Rusia ada di Libya, Irak, dan negara kaya minyak lain. Semua bisa dihentikan atau dipangkas produksinya,” kata Kepala Strategi Perdagangan Komoditas pada RBC Capital Market, Helima Croft, kepada Bloomberg.
Pakar Kajian Rusia pada Harvard University Craig Kennedy menyebut, pasar global bisa kehilangan pasokan sampai 6 juta barel bila Rusia menghentikan pasokan. Pembatasan harga minyak menjadi alasan utama Rusia menghentikan pasokan ke pasar global.
Penghentian pasokan amat mungkin terjadi bila melihat pada kasus gas. Sejak Juni 2022, Rusia memilih membakar gas alam cair (LNG) senilai 10 juta dollar AS per hari di lapangan Portovaya. LNG dari lapangan itu sedianya dikirimkan ke Jerman. Karena UE menyanksi industri energi Rusia, Mokswa memilih membakar LNG tersebut. Pembakaran terjadi saat Eropa kesulitan mendapatkan gas.
Tahun lalu, 56 persen minyak mentah dan 70 persen BBM Rusia dikirim ke negara-negara Barat. Jika Barat menolak menyerap atau memberikan batasan harga, Rusia bisa jadi memilih berhenti ekspor. Dampaknya, dunia bisa kehilangan pasokan hingga 6 persen kebutuhan global.
Akan sangat sulit mencari sumber pengganti untuk pasokan sebesar itu. Pertama, negara-negara lain sudah punya kontrak dengan pembeli masing-masing. Kedua, ada keterbatasan produksi di berbagai negara.
Masalah lain, Rusia dan pembeli di luar Barat tidak punya tanker dan asuransi dengan kapasitas sebesar Eropa-AS. India-China, konsumen terbesar kedua dan ketiga global, tidak mungkin menyerap seluruh ekspor minyak Rusia yang ditolak Barat. Selain sudah punya kontrak dengan produsen lain, kebutuhan dan kapasitas penyimpanan Beijing-New Delhi tidak cukup untuk menyerap minyak sebanyak itu.
Karena itu, Kennedy tidak menampik bila harga minyak mungkin melebihi 200 dollar AS per barel bila pembatasan harga diberlakukan. “Semua akan terpukul, termasuk Biden (Presiden Amerika Serikat Joe Biden),” kata penulis buku-buku terkait sejarah industri perminyakan Rusia itu.
Saat harga minyak 130 dollar AS per barel, harga BBM di AS menembus 6 dollar AS per galon. Kenaikan harga BBM hampir 2 kali lipat itu ikut memicu lonjakan inflasi di AS.
Kennedy menyebut, negara-negara Asia-Afrika akan sangat terpukul jika harga minyak terus melejit. Sebab, mereka tidak punya kapasitas fiskal memadai untuk menanggung dampak kenaikan harga minyak. (AFP/REUTERS)