Amankan Wilayah Pendudukan di Ukraina, Putin Mobilisasi Pasukan Cadangan
Putin memutuskan memobilisasi 300.000 tentara cadangan ke Ukraina sekaligus mendorong industri pertahanan meningkatkan pasokan. Perang Rusia-Ukraina masih terus bereskalasi.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
AZ
Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) memberikan pidato pada di Hari Angkatan Laut Rusia di St. Petersburg, Russia, Minggu (31/7/2022(Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
MOSKWA, KAMIS – Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan memobilisasi sekitar 300.000 tentara cadangan untuk ”operasi militer khusus” di Ukraina mulai, Rabu (21/9/2022). Kebijakan ini diumumkan menjelang referendum yang akan mulai digelar di empat wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia pada Jumat pekan ini.
”Hari ini, angkatan bersenjata kita (Rusia) bertempur di garis depan yang membentang lebih dari 1.000 kilometer. Bertempur tidak sekadar melawan unit-unit neo-NAZI, tetapi sebenarnya melawan seluruh mesin militer kolektif Barat,” kata Putin dalam siaran televisi pemerintah pada Rabu (21/9).
Dalam situasi itu, Putin melanjutkan, pihaknya menganggap perlu mengambil keputusan memobilisasi tentara. ”Kita berbicara tentang mobilisasi parsial. Dengan kata lain, hanya tentara cadangan, terutama mereka yang pernah bertugas di angkatan bersenjata dan memiliki spesialisasi pekerjaan militer tertentu dan pengalaman terkait, yang akan dipanggil,” kata Putin.
Sebelum dikirim ke unit masing-masing, menurut Putin, tentara yang dipanggil untuk tugas aktif akan menjalani pelatihan militer tambahan wajib. Menu latihan wajib didasarkan atas pengalaman ”operasi militer khusus” Rusia di Ukraina selama ini.
Sebagai dasar hukum atas kebijakan itu, Putin menyatakan telah menandatangani perintah eksekutif tentang mobilisasi parsial tersebut. Sesuai dengan mekanisme perundang-undangan di Rusia, Majelis Federal secara resmi diberi tahu perihal kebijakan itu pada Rabu kemarin juga.
Mobilisasi akan dimulai per 21 September. Untuk itu, Putin menginstruksikan para kepala daerah untuk membantu perekrutan di daerahnya masing-masing. Setiap warga Rusia yang direkrut akan memiliki status, pembayaran, dan semua tunjangan sosial personel militer di bawah kontrak.
Selain mobilisasi tentara, perintah eksekutif mutakhir itu juga mengatur langkah-langkah terkait untuk mencapai target. Di antaranya adalah bahwa para kepala perusahaan industri pertahanan domestik bertanggung jawab meningkatkan produksi senjata dan peralatan militer. ”Pada saat yang sama, pemerintah harus segera menangani semua aspek dukungan material, sumber daya, dan keuangan untuk perusahaan pertahanan kita,” kata Putin.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa mobilisasi akan mencakup sekitar 300.000 tentara dari 2 juta personel cadangan. Mereka akan dikerahkan ke Ukraina timur dan selatan.
”Jelas itu adalah sesuatu yang harus kita anggap sangat serius. Anda tahu, kita tidak memegang kendali. Saya juga tidak yakin dia (Putin) memegang kendali. Sungguh! Ini jelas sebuah eskalasi,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Gillian Keegan kepada Sky News.
Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, mobilisasi pasukan cadangan Rusia adalah langkah yang dapat diprediksi, yang akan terbukti sangat tidak populer. Langkah Putin itu sekaligus menunjukkan bahwa invasi militernya tidak berjalan sesuai dengan rencana awal.
OLGA MALTSEVA
Dalam foto yang diambil pada 20 September 2022, tampak sebuah papan iklan yang mempromosikan layanan tentara kontrak dengan gambar seorang prajurit dan slogan bertuliskan "Melayani Rusia adalah pekerjaan nyata" di Saint Petersburg. (Photo by Olga MALTSEVA / AFP)
Dalam beberapa pekan terakhir, militer Ukraina secara sporadis menyerang balik Rusia dan mengklaim telah membebaskan banyak wilayahnya dari pendudukan Rusia. Hal ini antara lain berkat senjata jarak jauh yang dipasok Barat.
Kyiv mengklaim telah merebut kembali ratusan kota dan desa yang telah dikendalikan Rusia selama berbulan-bulan. Dalam pengakuan yang jarang terjadi, Shoigu pada Rabu mengatakan, 5.937 orang tentara Rusia tewas di Ukraina sejak “operasi milter khusus” dimulai pada 24 Februari 2022.
Referendum
Keputusan mobilisasi oleh Putin diumumkan menjelang referendum di empat wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia. Keempat wilayah yang dimaksud meliputi Donetsk dan Luhansk di timur serta Kherson dan Zaporizhia di selatan. Akumulasi empat wilayah itu mewakili sekitar 15 persen dari total wilayah Ukraina.
Tokoh-tokoh separatis Ukraina pro-Rusia telah mengumumkan referendum dimulai pada Jumat (23/9) hingga Selasa (27/9). Rusia sudah menganggap Luhansk dan Donetsk sebagai negara merdeka. Ukraina dan Barat menganggap semua wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Rusia diduduki secara ilegal.
Referendum ini mengikuti pola yang dilakukan Rusia terhadap Crimea pada 2014. Setelah menguasai Semenanjung Crimea, Rusia menggelar pemungutan suara. Hasilnya 97 persen penduduk Crimea memilih berintegrasi ke dalam wilayah Rusia. Washington, Berlin, dan Paris mengecam rencana referendum yang akan digelar Rusia.
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Seorang pria memeluk isterinya yang akan naik kereta di Stasiun Pusat Slovyansk di wilayah Donbass, 12 April 2022,. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut pemungutan suara yang dimotori Rusia itu sebagai referendum palsu. ”Saya berterima kasih kepada semua sekutu dan mitra Ukraina atas kecaman besar dan tegas mereka terhadap niat Rusia untuk menyelenggarakan lebih banyak lagi pseudo-referendum,” kata Zelenskky.
Kyiv menyatakan bahwa referendum itu tak ada artinya. Kyiv juga berjanji menghilangkan ancaman Rusia dan merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia dan proksinya.
Presiden Perancis Emmanuel Macron menyebut referendum itu sebagai parodi. Sementara Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, referendum itu ”penghinaan terhadap prinsip-prinsip kedaulatan dan integritas teritorial” Ukraina.
Duta Besar AS untuk Ukraina, Bridget Brink, mengatakan, rencana referendum dan mobilisasi pasukan cadangan itu merupakan tanda-tanda kelemahan Rusia. “Mobilisasi dan referendum palsu itu adalah tanda-tanda kelemahan, kegagalan Rusia," cuit Brink di Twitter.
Analis politik Tatiana Stanovaya mengatakan, pengumuman pemungutan suara adalah akibat langsung dari keberhasilan serangan balasan timur Ukraina. ”Putin tidak ingin memenangi pertempuran ini di medan perang. Putin ingin memaksa Kyiv menyerah tanpa perlawanan,” katanya. (AFP/REUTERS/AP/CAL)