Eurasia, yang ditandai dengan padang rumput mahaluas dan kisah penaklukan oleh pemimpin besar, akan selalu memiliki posisi istimewa dalam perjalanan bangsa-bangsa.
Oleh
ANTONIUS TOMY TRINUGROHO
·3 menit baca
Mengapa kerajaan besar di Benua Amerika, seperti Inca dan Aztec, bertekuk lutut pada bangsa Eropa? Mengapa bukan hal sebaliknya yang terjadi, kerajaan-kerajaan di Amerika menaklukkan kekaisaran Eropa?
Jared Diamond lewat Guns, Germs, and Steel berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar itu. Dilakukanlah penelusuran serta riset luas yang meliputi sejarah pertanian, jenis-jenis tanaman budidaya, serta macam-macam hewan mamalia besar hasil domestifikasi. Hasilnya, buku yang cukup meyakinkan untuk menjelaskan mengapa terbentuk dunia seperti sekarang, yang bercirikan, antara lain, dominasi bahasa Inggris, bukan dunia dengan, katakanlah, bahasa suku Maya, yang dipakai penutur di banyak negara.
Pendek kata, masyarakat yang tinggal di Eurasia—sebutan bagi daratan/benua besar yang meliputi wilayah Asia serta Eropa—diuntungkan karena memiliki lebih banyak tanaman pangan yang dapat dibudidayakan, seperti gandum. Selain itu, ada lebih banyak spesies mamalia besar—seperti sapi dan kuda—yang dapat didomestifikasi di Eurasia. Hal berbeda dialami warga pribumi Amerika. Tanaman dan hewan mamalia besar yang dapat dibudidayakan sangat terbatas.
Karena itu, terbentuklah pertanian dan peternakan besar di Eurasia yang mendorong masyarakatnya untuk berkembang sangat pesat. Terjadi inovasi penting, seperti penemuan baja untuk pedang dan kavaleri berkuda.
Warga di Eurasia juga memiliki kekebalan tubuh terhadap beragam kuman. Kontak intensif manusia Eurasia dengan kuman akibat keberadaan peternakan besar membuat mereka kebal terhadap beragam virus dan bakteri. Hal ini menjelaskan mengapa populasi pribumi di Amerika berkurang drastis saat mereka terserang cacar yang dibawa orang Eropa. Warga pribumi Amerika tak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kekebalan tubuh seperti yang dimiliki penduduk Eurasia.
Eurasia tak hanya berperan penting membentuk wajah dunia pada masa lalu, yakni ketika Christopher Columbus menemukan Benua Amerika. Di awal abad ke-20, ahli geopolitik Halford Mackinder memperkirakan bakal terjadi pertarungan besar untuk menguasai Eurasia dan samudra-samudra yang mengelilinginya. Dua Perang Dunia serta satu Perang Dingin membuktikan kebenaran prediksi ini.
Memiliki populasi terbesar di dunia plus perekonomian berukuran raksasa, Eurasia memang krusial. Berkuasa atas Eurasia sama saja mengontrol dunia. Selain itu, hal yang membuat Eurasia begitu penting ialah cadangan minyak serta gas yang begitu besar di jantung wilayah itu, Asia Tengah dan sekitarnya. Suplai sumber daya energi dari area itu membantu dunia untuk tetap bergerak.
Pada pekan lalu, siapa pun kembali diingatkan betapa penting untuk mengontrol Eurasia, terutama jantungnya. Pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, pekan silam, dapat dilihat sebagai upaya China dan Rusia untuk mempererat relasi dengan negara-negara di jantung Eurasia atau Asia Tengah.
Diawali dengan Shanghai Five, SCO resmi berdiri pada awal abad ke-21. Lebih dari satu dekade kemudian keanggotaannya diperluas, meliputi India dan Pakistan. Selain dua negara itu, anggota SCO ialah China, Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Dapat dipahami, di tengah perang Ukraina yang masih berkecamuk, penting bagi Rusia membangun kerja sama dan kesepahaman mendalam dengan kekuatan Asia Tengah: Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan. Adapun bagi China, selain menjamin keamanan suplai energi, negara-negara Asia Tengah itu juga menjaga perbatasan negeri dari ancaman ekstremisme, terorisme, dan penyelundupan.
Eurasia, yang ditandai dengan padang rumput mahaluas dan kisah penaklukan oleh pemimpin besar, seperti Aleksander Agung dan Genghis Khan, akan selalu memiliki posisi istimewa dalam perjalanan bangsa-bangsa. Daratan yang membentang dari Eropa barat hingga Mongolia ini menentukan keseimbangan kekuatan-kekuatan utama dunia.