Pertemuan Xi-Putin, Solidaritas Dua Pemimpin yang Dikucilkan Barat
Hubungan China dan Rusia semakin meningkat, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina. Pertemuan kedua pemimpin negara tak hanya berpengaruh pada hubungan bilateral, tetapi juga situasi kawasan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
AP PHOTO/GREG BAKER/POOL
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) memeriksa pasukan kehormatan bersama Presiden China Xi Jinping dalam upacara penyambutan di luar Gedung Balai Agung Rakyat, Beijing, China, Jumat (8/6/2016).
NUR SULTAN, RABU — Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela acara pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai atau SCO 2022. Mereka berencana membahas perkembangan situasi di Ukraina dan Taiwan.
Pertemuan dua kepala negara itu akan berlangsung sebagai acara sampingan di SCO yang akan berlangsung pada Kamis (15/9/2022) di Samarkand, Uzbekistan. Anggota dari pakta ini selain Rusia, China, Uzbekistan, dan Kazakhstan adalah India, Pakistan, Kyrgyztan, dan Tajikistan. Hadir sebagai pengamat adalah Iran dan Taliban yang mewakili penguasa di Afghanistan.
Pada Rabu (14/9/2022), Xi terbang ke Nur Sultan, ibu kota Kazakhstan, untuk bertemu Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Ini perjalanan luar negeri pertama Xi sejak pandemi Covid-19 melanda dunia pada Januari 2020. China sampai saat ini masih menerapkan kebijakan nihil Covid-19 yang sangat ketat.
Xi mengenakan setelah biru dan memakai masker saat disambut Tokayev di tarmak bandara beserta para pengawal yang juga memakai masker. Lawatan ke Kazakhstan ini menggarisbawahi posisi penting Beijing dalam perannya sebagai pemimpin regional di tengah ketegangan dengan AS, Jepang, dan India.
Dalam acara SCO, Xi mempromosikan Inisiatif Keamanan Global yang diumumkan pada April menyusul pembentukan aliansi Quad oleh AS, Jepang, Australia, dan India untuk membendung kebijakan luar negeri China yang dinilai agresif. SCO dibentuk tahun 2001 sebagai organisasi kerja sama politik, ekonomi, dan keamanan untuk menyaingi organisasi sejenis bentukan Barat.
Pengendara sepeda melintas di pusat kota Samarkand, Uzbekistan, pada 13 September 2022. Dalam pertemuan para pemimpin regional pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu Presiden China Xi Jinping dan para pemimpin Asia lainnya di kota tersebut dalam rangkaian KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai, 16-17 Spetember 2022.
Dalam tajuk rencana surat kabar nasional China, Global Times, dijelaskan, negara-negara Asia Tengah memegang peranan penting dalam politik luar negeri China. Mereka adalah negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam, terutama gas alam, minyak, dan mineral. China ingin menguatkan kerja sama ekonomi dengan mereka.
Bahkan, Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) pertama kali dicanangkan China di Kazakhstan. Melalui negara-negara Asia Tengah, China berencana membangun jalur kereta api maupun jalan yang menghubungkan kawasan ini demi mengulang kejayaan Jalur Sutera. Bagi China, Asia Tengah kunci membantu melawan gerakan separatisme dan menerapkan kontraterorisme.
Jembatan
Asia Tengah juga bertindak sebagai jembatan antara China dan Rusia. Hubungan Beijing dengan Moskwa semakin meningkat, terutama sejak terjadinya invasi Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Rusia kini diboikot negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan sekutu mereka. Oleh sebab itu, Rusia mencari mitra dagang baru yang bisa menyokong perekonomian. China merupakan pembeli nomor satu gas Rusia dan berencana memborong minyak juga.
AP/ALEXEI DRUZHININ, SPUTNIK, KREMLIN POOL PHOTO/AZ
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden China Xi Jinping di Beijing, 4 Februari 2022.
Hubungan China-Rusia sempat menurun pada era Uni Soviet. Namun, kedua negara mengembangkan relasi politik dan ekonomi sejak akhir 1990-an. Mereka memiliki kepentingan yang sama, tetapi lebih termotivasi oleh rasa frustrasi atas dominasi AS dalam masalah-masalah global.
Menurut Wang Yiwei, pakar hubungan internasional pada Universitas Renmin di Beijing, dua pemerintahan ini juga tidak memiliki aliansi dan memiliki kepentingan berbeda terhadap Eropa. Xi pernah menyebut kedua negara itu memiliki persahabatan tanpa batas saat Putin menghadiri Olimpiade Musim Dingin di Beijing, tak lama sebelum invasi ke Ukraina. Wang menilai, frasa ”tanpa batas” itu dimaksudkan untuk memberi mereka daya ungkit saat berhadapan dengan Barat dalam berbagai isu.
”Ini merupakan penggentar. China menghendaki kebijakan luar negeri yang independen. Jika China dan Rusia terlalu dekat, sebenarnya tidak terlalu bagus bagi China,” ujar Wang.
Meningkatnya hubungan bilateral China-Rusia ditunjukkan dengan Putin mengangkat Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov menjadi duta besar yang baru untuk China. Margulov adalah diplomat yang berpengalaman dalam isu politik di Asia.
”Rusia sekarang tidak hanya memandang Timur, tetapi benar-benar bergerak ke Timur. Selama ini, intensitas perdagangan China dengan Rusia berkutat di wilayah timur Rusia, bukan Rusia secara keseluruhan,” kata Deng Xiaoxing, Direktur Kajian Eurasia di Institut Hubungan Internasional Kontemporer China.
Data Pemerintah China menunjukkan neraca perdagangan China dengan wilayah timur Rusia pada tahun 2021 mencapai 13,89 miliar dollar AS. Jumlah ini naik 28 persen dari jumlah pada 2020. Perdagangan antara China dan Rusia secara menyeluruh diharapkan bisa mendatangkan kenaikan neraca berkali-kali lipat.
Alternatif
AFP/ARIS MESSINIS
Asap dan debu membubung dari penembakan kota di Sievierodonetsk saat pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di wilayah Donbas, Ukraina timur, 7 Juni 2022.
Dari sisi Rusia, Juru Bicara Kremlin Yuri Ushakov mengatakan, pertemuan Putin dengan Xi merupakan agenda bilateral sangat penting bagi Rusia. Pertemuan ini tidak hanya berpengaruh pada hubungan kedua negara, tetapi juga situasi di kawasan. ”China selama ini juga sangat pengertian terhadap Rusia, termasuk terhadap operasi militer kita di Ukraina,” kata Ushakov.
Ushakov juga menyebut SCO sebagai alternatif nyata atas organisasi yang terlalu berpusat di Barat. ”Semua anggota SCO mendukung tatanan dunia yang adil. Pertemuan berlangsung dengan latar belakang perubahan geopolitik berskala besar. SCO adalah organisasi terbesar di dunia, mencakup setengah populasi planet ini,” paparnya.
Moskwa menyatakan dukungan bagi Beijing di tengah ketegangan dengan AS pascakunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus 2022. China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. China lantas menggelar operasi militer besar-besaran di sekitar Taiwan selama beberapa pekan sebagai respons atas kunjungan Pelosi.
Bulan ini, China mengirimkan 2.000 tentara dan tiga kapal induk untuk berpartisipasi dalam latihan militer di Timur Jauh Rusia, yakni Vostok 2022. Sebelumnya, pada Juli, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menlu Rusia Sergey Lavrov bahwa China akan memperkuat komunikasi strategis dengan Rusia tentang keamanan internasional.
”Itu menunjukkan momentum bagi kemitraan strategis komprehensif China-Rusia dan praktik multilateralisme sejati,” sebut Kemenlu China.
AFP/ALEXEI DRUZHININ / SPUTNIK
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri tengah) bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing, 4 Februari 2022.
Para pakar kajian Rusia berpendapat, Moskwa adalah pihak yang membutuhkan dukungan Beijing. Direktur Institut Kebijakan dan Keamanan Eropa di Austria, Velina Tchakarova, kepada CNN menjelaskan, Putin ingin memanfaatkan pertemuan dengan Xi sebagai simbol solidaritas dua bangsa yang dikucilkan oleh Barat. Ia ingin menggaungkan narasi bahwa invasi ke Ukraina ini gara-gara kelakuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan bahwa sanksi ekonomi Eropa tidak menjatuhkan mereka.
Rusia saat ini dalam situasi yang kurang menguntungkan. Ukraina berhasil merebut kembali wilayah seluas 6.000 kilometer persegi. Kyiv terus dibantu dari segi persenjataan dan pembiayaan dari NATO, sementara Rusia harus memakai persenjataan sendiri.
Selain bertemu Xi, Putin juga akan bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Kamis. Hari berikutnya, Putin dijadwalkan bertemu PM India Narendra Modi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan pemimpin Azerbaijan Ilham Aliyev.