Hadapi Pengucilan Barat, Rusia Gandeng Hampir Separuh Dunia
Rusia berkongsi dengan negara-negara yang dihuni 40 persen populasi global dan menyumbang 30 persen produk domestik bruto global. Rusia makin sulit diisolasi dari panggung internasional.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
AFP/SPUTNIK/ALEXANDR DEMYANCHUK
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi jinping (kanan) di sela-sela acara KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, 15 September 2022.
SAMARKAND, KAMIS — Rusia semakin mengakrabkan diri dengan China dan India. Sejumlah negara lain, termasuk Iran dan Turki, juga terus merapat ke organisasi-organisasi yang dimotori Beijing-Moskwa. Pertemuan itu kembali menambah bukti sulitnya mengisolasi Rusia dari panggung internasional.
Untuk pertama kali dalam tiga tahun terakhir, para pemimpin China-India-Iran-Rusia-Turki bertemu secara langsung di satu lokasi. Mereka sama-sama menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), 15-16 September 2022, di Samarkand, Uzbekistan.
Selain China, India, Rusia, dan Uzbekistan, organisasi itu juga beranggotakan Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Pakistan. Afghanistan dan Belarus masih berstatus sebagai pemantau. China-India merupakan negara berpenduduk terbanyak di bumi. Hingga 44 persen populasi global dan 30 persen produk domestik bruto (PDB) global berada di anggota SCO.
Sorotan utama dalam KTT SCO adalah pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejumlah pakar menilai, hubungan kedua negara semakin meningkat lantaran sama-sama dikucilkan Barat dan sekutunya. Dalam pertemuan itu, Xi mengatakan kepada Putin, Beijing bersedia bekerja bersama Moskwa sebagai kekuatan besar dunia. ”China ingin berupaya bersama Rusia untuk memangku peran sebagai negara adidaya serta memainkan peran untuk menyuntikkan stabilitas dan energi positif kepada dunia yang diguncang kekacauan sosial,” ujarnya.
Belum lama ini, lanjut Xi, kedua negara bekerja sama mengatasi dampak pandemi Covid-19 dengan berkali-kali berbicara melalui telepon dan meningkatkan komunikasi yang efektif. Xi mengungkapkan akan memanfaatkan SCO sebagai forum untuk membahas isu regional dan internasional terkait keprihatinan bersama.
AFP/SPUTNIK/ALEXANDR DEMYANCHUK
Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin berfoto saat KTT SCO di Samarkand, Uzbekistan, 15 September 2022.
Keduanya duduk berhadapan di tengah dua meja panjang, diapit delegasi masing-masing. Kepada Xi, Putin menyatakan paham atas pertanyaan dan perhatian China tentang situasi di Ukraina. Namun, ia memuji Xi atas posisi ”seimbang” China soal konflik tersebut.
Pada saat yang sama, Putin mengecam upaya-upaya untuk menciptakan dunia yang unipolar. ”Segala upaya untuk menciptakan dunia unipolar akhir-akhir ini menuai hasil buruk dan benar-benar tidak bisa diterima,” katanya.
Putin turut menyampaikan penegasan prinsip Satu China. Rusia mengecam provokasi Amerika Serikat dan sekutunya di Selat Taiwan.
Sorotan juga diarahkan pada pertemuan kedua pemimpin negara itu secara terpisah dengan PM India Narendra Modi. Staf Khusus Presiden Rusia Yuri Ushakov menyebut, Mokswa berharap bisa menyelaraskan agenda dengan New Delhi. India akan menjadi Presiden Bergilir Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Desember 2022. Pada 2023, India akan menjadi Ketua Bergilir G20 dan SCO.
Selain pertemuannya dengan Putin, pertemuan Modi dengan Xi juga menjadi sorotan. Pekan lalu, China-India kembali menarik sebagian pasukan di perbatasan yang disengketakan di kaki Himalaya. Pertemuan di Samarkand akan menjadi forum pertama Modi-Xi sejak tentara China-India bentrok pada Juni 2020.
AFP/MONEY SHARMA
Perdana Menteri India Narendra Modi menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) di New Delhi, India, pada 6 Desember 2021. Mereka akan kembali bersua di Samarkand, Uzbekistan, kala menghadiri KTT SCO, 15-16 September 2022.
Tolak sanksi
Beberapa pekan selepas bertemu Xi di Beijing pada Februai 2022, Putin memerintahkan serangan ke Ukraina. Sampai sekarang, Modi-Xi menolak mengecam Putin dan Rusia atas serangan itu.
Tekanan Washington dan sekutunya tidak kunjung mengubah sikap New Delhi. Bahkan, China-India dilaporkan meningkatkan pembelian minyak dan gas dari Rusia. Moskwa memberikan diskon kepada Beijing-New Delhi. Rusia juga menawarkan diskon bagi negara lain yang mau membeli produknya. Diskon diberikan di tengah upaya AS dan sekutunya menghentikan perdagangan migas Rusia.
Tidak hanya ekonomi, Rusia juga memberi sokongan politik dan diplomatik bagi China-India-Iran. Berkali-kali Uni Soviet, lalu Rusia, menggunakan hak veto untuk membentengi Iran-India dari AS dan sekutunya di PBB. Hingga 70 persen persenjataan India juga dipasok atau dikembangkan dengan bantuan Rusia. Peluru senapan hingga peluru kendali India dikembangkan dengan pendampingan Rusia. Rudal supersonik India, Brahmos, dikembangkan dengan bantuan Rusia.
Selain dari China-India, penolakan menyanksi Rusia juga disampaikan oleh Argentina. Buenos Aires memandang, sanksi tidak akan menyelesaikan masalah. ”Mekanisme itu bukan cara mencapai perdamaian atau mendorong dialog,” kata Menteri Luar Negeri Argentina Santiago Cafiero.
AP/ALEXANDR DEMYANCHUK
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Iran Ebrahim Raisi bertemu di sela KTT SCO, 15-16 September 2022, di Samarkand, Uzbekistan.
Penolakan disampaikan di tengah upaya Argentina bergabung dengan BRICS. Lamaran Buenos Aires telah dikirimkan ke organisasi yang beranggotakan Afrika Selatan, Brasil, China, India, dan Rusia itu. Menlu Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Argentina dan Iran telah mengirimkan permohonan bergabung dengan BRICS. Moskwa mendukung Buenos Aires dan Teheran.
Bersama China, Rusia juga mendukung keanggotaan penuh Iran di SCO. Teheran, menurut Ebrahim Raisi, akan mencari keuntungan dari infrastruktur di kawasan dan tetangga sekitarnya. Raisi hadir di Samarkand karena SCO setuju memulai proses penerimaan Iran sebagai anggota penuh. Sejak 2005, Iran telah menjadi pemantau SCO.
Turki
Adapun Erdogan hadir sebagai undangan khusus. Dalam beberapa kesempatan, Erdogan menyatakan keinginan bergabung dengan SCO.
Sejumlah media Turki melaporkan kemungkinan pertemuan Erdogan dengan Xi dan Raisi. Relasi Turki dengan China dan Iran unik. Sebab, Turki dicitrakan sebagai salah satu pembela hak Muslim Sunni. Sementara China digambarkan sewenang-wenang terhadap Muslim Xinjiang dan Iran negara yang didominasi Syiah.
Media Iran dan Turki belum melaporkan potensi pertemuan bilateral Putin dengan Erdogan atau Raisi. Seperti Beijing dan New Delhi, Ankara-Teheran tetap berhubungan baik dengan Mokswa di tengah tekanan AS dan sekutunya pada Rusia. Ankara mendapat keuntungan karena menjadi pelabuhan perantara untuk aneka ekspor komoditas pangan dari Rusia dan Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, sebaiknya tujuan ekspor komoditas pangan Ukraina dibuka. Mokswa mempunyai bukti bahwa kapal-kapal pengangkut komoditas pangan Ukraina malah menuju negara kaya di Eropa Barat dan Amerika Utara. ”Bukankah alasan mendorong ekspor ini untuk membantu negara menengah dan miskin di Afrika dan Asia? Mengapa tujuannya malah ke negara kaya di Eropa?”ujarnya sebagaimana dikutip TASS.
KOMPAS/ANTONIUS PONCO ANGGORO
Pameran foto imbas efek perang Rusia-Ukraina di luar arena Jeju Forum 2022, di Jeju, Korsel, Rabu (14/9/2022).
Sementara PM Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, perkembangan beberapa bulan terakhir jelas menunjukkan AS dan sekutunya gagal mengucilkan Rusia. ”Usaha mereka (AS dan sekutunya menyanksi dan mengucilkan Rusia) malah memicu lonjakan harga berbagai komoditas. Ada ketakutan tentang kesulitan selama musim dingin ini,” katanya sebagaimana dikutip TASS.
Mishustin menilai, AS dan sekutunya berusaha mengacaukan perekonomian, sistem keuangan, dan rantai pasok Rusia. Sejauh ini, Rusia malah mendapatkan ratusan miliar dollar AS dari penjualan komoditas energi ke Eropa.