Xi Jinping Terlalu Sibuk untuk Bertemu dengan Paus Fransiskus
Pemimpin Katolik Paus Fransiskus ingin membangun lagi relasi Vatikan-China. Kesempatan itu lepas ketika ia dan Presiden Xi Jinping berada di Kazakhstan. Vatikan sudah mengontak delegasi China, tetapi Xi tak punya waktu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
NUR-SULTAN, JUMAT — Pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus dan Presiden China Xi Jinping, Rabu (14/9/2022), sama-sama berada di Nur Sultan, ibu kota Kazakhstan, untuk menghadiri dua acara berbeda. Sri Paus menawarkan kepada Xi untuk bertemu dan membangun relasi. Akan tetapi, rupanya Xi terlalu sibuk sehingga tidak bisa memasukkan pertemuan dengan Paus di dalam jadwal kegiatannya.
Paus berada di Nur Sultan untuk menghadiri kongres para pemuka agama dunia. Adapun Xi untuk bertemu dengan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Ketika ditanya mengenai kegagalan bertemu dengan Xi, Paus menjawab bahwa hal tersebut bisa dimaklumi mengingat padatnya jadwal kepala negara tersebut.
Meskipun demikian, Paus tetap berharap bisa mengeratkan hubungan Vatikan dengan Beijing yang selama ini cenderung dingin. Apalagi, Paus selalu mengumandangkan pesan-pesan perdamaian dan kesetaraan, termasuk kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis ataupun agama minoritas di China.
”Saya selalu siap untuk datang ke China dan membuka dialog,” kata Paus Fransiskus di Nur-Sultan, Jumat (16/9/2022), sebelum terbang pulang ke Vatikan.
Upaya Vatikan mendekati delegasi Pemerintah China di Nur-Sultan untuk menjajaki kemungkinan pertemuan antara Paus dan Xi diungkapkan sebuah sumber internal Vatikan, Kamis (15/9/2022). Kepada delegasi dari Beijing, pejabat Vatikan menyampaikan keinginan Paus untuk bertemu dengan Xi.
Sumber di kalangan pejabat Vatikan tidak mengungkapkan detail tentang bagaimana dan kapan Vatikan melakukan pendekatan tersebut. Disebutkan bahwa Vatikan menyediakan waktu untuk pertemuan antara Paus dan Xi. Namun, menurut sumber tersebut, delegasi China menyatakan ”apresiasi atas gesture” yang disampaikan, tetapi tidak ada waktu kosong dalam jadwal Xi.
Andaikata pertemuan antara Paus dan Xi tersebut terjadi, sekalipun hanya berlangsung singkat, hal itu akan menjadi pertemuan bersejarah. Paus berupaya memperbaiki hubungan yang secara historis kurang manis antara Takhta Suci dan Beijing. Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters, Juli 2022, Paus mengungkapkan keinginannya memperbarui kesepakatan rahasia yang dipersoalkan terkait dengan penunjukan Uskup Katolik Roma di China.
Siap melawat ke China
Saat berbicara kepada wartawan yang mengikuti perjalanannya ke Kazakhstan, Selasa (13/9/2022), Paus ditanya tentang kemungkinan dia akan bertemu Xi di kota Nur-Sultan. ”Saya belum dapat kabar soal itu,” jawab Paus sambil tersenyum.
Ketika ditanya lagi tentang apakah ia siap melawat ke China, Paus menjawab, ”Saya selalu siap berkunjung ke China.”
Kongres pemuka agama, yang dihadiri Paus, di Nur-Sultan merupakan yang ketujuh kalinya diadakan di Kazakhstan. Di dalam kongres ini tidak hanya pemuka agama-agama besar yang diundang. Perwakilan berbagai agama minoritas ataupun kepercayaan tradisional turut diajak. Mereka membahas mengenai pengejawantahan ajaran agama dan kepercayaan universal untuk kesejahteraan global.
Politisasi
Dalam kongres tahun 2022, Kazakhstan menilai ada politisasi dari pihak Rusia. Padahal, negara pecahan Soviet itu memiliki kedekatan dengan Rusia. Pada bulan Januari, Kazakhstan mengalami kerusuhan yang penyebabnya masih misterius. Sebanyak 225 orang tewas, 2.600 orang terluka, dan 12.000 orang ditangkap aparat penegak hukum.
Pemerintah Kazakhstan mengeluarkan narasi bahwa kerusuhan itu diakibatkan oleh serangan kelompok teroris internasional yang hendak merebut kekuasaan negara. Pemicu kerusuhan ialah kenaikan harga gas cair atau elpiji, bahan bakar kebutuhan masyarakat Kazakhstan, menjadi dua kali lipat sehingga rakyat menjerit.
Tokayev kemudian meminta tolong kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua negara itu merupakan anggota Pakta Keamanan Kolektif (CSTO) dengan Rusia sebagai ketua de facto. Putin membantu dengan mengirim pasukan ke Kazakhstan untuk mengamankan situasi.
Namun, Kazakhstan kemudian dianggap tidak membalas budi Rusia. Hal ini karena ketika Barat menjatuhkan sanksi ke Moskwa akibat penyerangan ke Ukraina, Kazakhstan tidak membela Rusia. Mereka juga tidak mengakui kelompok separatis di Donetsk, Ukraina, yang mengaku sebagai bagian dari Rusia.
”Benar-benar percuma kita menyelamatkan negara itu (Kazakhstan) dari kekacauan,” kata Margarita Simonyan, Pemimpin Redaksi RT, di laman media sosial Facebook. RT adalah media nasional Rusia.
Presiden Tokayev dalam pidato pembukaan kongres pemuka agama mengatakan bahwa Kazakhstan menjadi korban tarik-menarik geopolitik negara-negara adidaya. Ia menyayangkan hal tersebut mengingat Putin adalah sahabatnya.
”Oleh sebab itu, penting bagi para pemuka agama untuk membuat pergerakan demi perdamaian,” ujar Tokayev, seperti dikutip oleh Radio Free Europe.
Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Batrik Kirill, tidak datang ke kongres pemuka agama di Nur-Sultan. Sebagai gantinya, ia mengirim Uskup Metropolit Anthony yang berusia 37 tahun. Ia baru diangkat menjadi kepala urusan luar gereja di Gereja Ortodoks Rusia.
Hubungan antara Batrik Kirill dan Paus Fransiskus renggang karena Batrik Kirill adalah orang dekat Putin. Kirill juga mendukung penyerangan Rusia ke Ukraina.
Sebaliknya, Paus Fransiskus mengecam invasi tersebut. Paus juga mengatakan kepada Batrik Kirill bahwa tidak sepantasnya pemimpin agama menjadi kaki tangan politikus karena agama untuk kesejahteraan umat manusia secara umum. (AP/REUTERS/SAM)