Bergerak dalam Hening, Penghormatan di Persemayaman Raja-Ratu Inggris sejak Abad Ke-17
Tradisi penghormatan warga di persemayaman kenegaraan bagi jenazah raja atau ratu Inggris berlangsung sejak abad ke-17. Westminster Hall menyuguhkan pemandangan pergerakan orang dan sekaligus tempat terhening di London.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·6 menit baca
LONDON, KAMIS – Ribuan pelayat mengantre selama belasan, bahkan hingga puluhan jam, agar bisa memberi penghormatan terakhir bagi mendiang Ratu Elizabeth II yang kini disemayamkan di Westminster Hall, Istana Westminster, London. Hanya beberapa menit waktu yang mereka miliki untuk berada di dalam Westminster Hall dan hanya detik waktu yang mereka miliki untuk memberikan penghormatan itu.
Penghormatan di persemayaman kenegaraan bagi mendiang raja atau ratu Inggris merupakan tradisi yang telah berlangsung sejak abad ke-17. Saat itu, para raja Stuart disemayamkan secara kenegaraan beberapa hari. Raja Edward VII menandai tonggak awal persemayaman resmi para raja dan ratu Inggris di Westminster Hall. Ia disemayamkan pada 1910.
”Kita sedang menghormati dua tradisi besar di Inggris, yakni mencintai Ratu dan menyukai antrean,” ujar Uskup York, Stephen Cottrell, kepada warga yang mengantre.
Ratu Elizabeth II meninggal dalam usia 96 tahun pada 8 September 2022 di Puri Balmoar, Skotlandia. Ia memerintah Kerajaan Inggris selama 70 tahun. Setelah beberapa hari disemayamkan di Skotlandia, jenazah Sang Ratu diterbangkan ke London, Selasa (13/9/2022). Pada Rabu, jenazah tersebut dipindahkan melalui prosesi perarakan dari Istana Buckingham ke Westminster Hall sebelum dimakamkan pada Senin (19/9/2022) mendatang di Windsor, sekitar 32 kilometer barat London.
Dalam keheningan ruangan, para pelayat itu terus bergerak perlahan guna memberi kesempatan kepada ribuan pelayat lainnya yang mengantre mengular di luar. ”Westminster Hall menjadi pemandangan pergerakan orang terus-menerus dan sekaligus menjadi tempat paling hening di London,” tulis wartawan kantor berita Associated Press (AP).
BBC melaporkan, saat memasuki Westminster Hall, percakapan-percakapan ringan di luar tiba-tiba terhenti. Sambil berjalan dan bergerak perlahan, semua terdiam dalam hening. Sedemikian heningnya, demikian BBC dalam reportase langsung di situsnya melukiskan, ”seolah jarum peniti jatuh pun akan terdengar”. Setiap 20 menit sekali ada jeda sejenak untuk memberi kesempatan pergantian penjaga peti jenazah.
Saat berada di dekat peti jenazah Ratu, Kenneth Taylor (72), pelayat, mengaku bahwa tenggorokannya tercekat. Seperti ada benjolan di dalamnya yang membuat dirinya tak bisa berkata apa-apa.
”Kami kehilangan seseorang yang spesial,” kata Taylor sambil menangis. ”Pelayanannya untuk negara ini benar-benar teguh. Dan dia mungkin adalah apa yang saya sebut ratu dari para ratu.”
Para pelayat tidak hanya berasal dari kota London atau dari Inggris, tetapi juga dari beberapa negara, termasuk dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Amerika Utara hingga Asia.
Taylor memilih menginap semalaman di tenda di lokasi antrean agar bisa mendapat giliran pertama memberi penghormatan terakhir kepada mendiang Ratu. Usahanya tidak sia-sia. Dia menjadi salah satu dalam gelombang pertama antrean untuk melihat dan memberi penghormatan kepada Sang Ratu.
Rela keluar biaya besar
Seperti dikutip laman BBC, seorang pelayat bernama Katherine secara khusus terbang dari tempat tinggalnya di Montreal, Kanada, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Sang Ratu. Dia tidak peduli harus merogoh koceknya agak dalam, yakni sekitar 5.270 poundsterling atau sekitar Rp 90,38 juta, untuk tiket pesawat dan akomodasi selama berada di London.
Katherine menuturkan, kecintaannya terhadap keluarga Kerajaan Inggris muncul sejak menonton sebuah film dokumenter tentang monarki ini saat masih kecil. Dia sendiri pernah bercita-cita untuk hadir dalam salah satu perayaan ulang tahun Ratu. Akan tetapi, hal itu belum pernah terwujud.
”Ketika mendengar kabar bahwa Ratu telah wafat, terpikir sebuah ide gila untuk pergi ke London. Aku pikir ini saat yang tepat bertemu sekaligus memberi penghormatan untuk terakhir kalinya,” kata Katherine.
Saat melayat, sebagian veteran lanjut usia terlihat mengenakan medali-medali kehormatan yang dimilikinya. Sebagian lainnya adalah para pelayat orang muda. Dengan khidmat, mereka memberikan penghormatan: sebagian menundukkan kepala, sebagian memejamkan mata penuh kontemplatif. Tak sedikit meneteskan atau berurai air mata.
Mark Bonser (59), warga Doncaster di Inggris utara, mengatakan bahwa Ratu adalah ibu kedua bagi semua orang. ”Dia memberikan 70 tahun hidupnya kepada kita. Saya yakin, andai saya bisa memberikan 24 jam yang saya miliki, saya berikan saja rasa hormat itu kepadanya,” katanya.
Dua rute antrean
Untuk memberikan kenyamanan kepada para calon pelayat, pemerintah dan otoritas keamanan membuat dua rute jalur antrean di sepanjang Sungai Thames. Antrean utama dimulai dari titik Albert Embankment dan membentang ke timur, melewati London Eye, Tate Modern, dan Tower Bridge.
Ada rute terpisah yang dapat diakses sehingga orang yang membutuhkannya dapat bergabung dari Museum Tate Britain.
Para pelayat dapat mengunjungi dan memberi penghormatan terhadap mendiang Ratu yang kini disemayamkan di Westminster Hall selama 24 jam penuh, sepanjang lima hari ke depan hingga Senin (19/9/2022), hari pemakaman Ratu. Untuk kenyamanan para pelayat, pemerintah dan otoritas setempat menyediakan ratusan toilet tambahan dan air mancur (untuk minum) yang ditempatkan di sepanjang rute.
Bangunan teater Shakespeare Globe juga akan dibuka sepanjang waktu selama masa persemayaman dan bisa dipergunakan untuk tempat beristirahat. Pengelola menyediakan makanan dan minuman bagi setiap pengunjung.
Otoritas setempat memperkirakan jutaan pelayat akan mendatangi Westminster Hall selama 24 jam sehari, sepanjang lima hari ke depan, sebelum pemakaman kenegaraan yang dijadwalkan berlangsung pada 19 September.
Kekhasan peti jenazah
Tidak sedikit dari para pelayat yang datang membawa anak atau bahkan anak balita ke dalam ruangan untuk melihat peti mati yang dibungkus Royal Standard, bendera yang mewakili kedaulatan dan Inggris Raya. Pada bendera tersebut tertera bola, tongkat kerajaan, dan Mahkota Negara Kerajaan yang berhiaskan permata, senada dengan mahkota yang dikenakan ratu saat penobatannya tahun 1953.
Peti mati Ratu ditempatkan di atas catafalque, sebuah platform berundak, di tengah Westminster Hall. Peti mati itu dikelilingi penjaga kerajaan yang berdiri 24 jam setiap hari di setiap sudut platform.
Ketika peti mati itu berada di Skotlandia awal pekan ini, di atasnya terdapat Mahkota Skotlandia dan karangan bunga putih.
Peti mati untuk Ratu terbuat dari kayu ek yang diambil dari perkebunan Sandringham, milik keluarga kerajaan. Sarah Hayes, Manajer Museum Coffin Works di Birmingham, mengatakan, peti mati itu dilapisi dengan timah untuk mencegah pembusukan.
”Ini untuk mengawetkan tubuh selama mungkin, memperlambat proses pembusukan,” kata Hayes. Hal itu sangat penting karena nantinya jasad mendiang Ratu akan ditempatkan di gereja, bukan dikubur di dalam tanah.
Hayes juga mengatakan, peti mati yang sama yang digunakan untuk mendiang Ratu juga digunakan oleh mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, mendiang Pangeran Phillip, dan Putri Diana.
Tidak semua anggota kerajaan bisa disemayamkan di Westminster Hall. Persemayaman di dalam bangunan aula berusia 900 tahun itu hanya diperuntukkan bagi raja dan permaisuri (queen consort). Pejabat perdana menteri pun tidak semua bisa disemayamkan di sana.
Ratu Mary, Raja George VI, dan Raja George V termasuk di antara bangsawan yang disemayamkan secara kenegaraan di Westminster Hall. Winston Churchill adalah satu-satunya Perdana Menteri Inggris yang mendapatkan penghormatan dengan disemayamkan di aula ini sepanjang abad ke-20.
Orang terakhir sebelum Ratu Elizabeth II yang berbaring di aula ini ibu Elizabeth, yang dikenal sebagai Ibu Suri. Sekitar 200.000 orang memberikan penghormatan kepadanya selama tiga hari ketika dia meninggal tahun 2002. (AP/REUTERS/SAM)