Kisah Manis dan Pahit Mahkota Ratu Elizabeth II
Di Kerajaan Inggris, mahkota raja atau ratu bukan benda sembarangan, tetapi benda warisan, harta seremonial utama, selama berabad-abad. Ada perdebatan sensitif mengenai asal-usul permata dan batu mulia di mahkota itu.
Kepergian Ratu Elizabeth II, Kamis (8/9/2022), di Kastil Balmoral, Skotlandia, menyingkap kembali sebagian kisah tentang masa kekuasaannya selama 70 tahun sejak menjadi ratu pascamangkatnya Raja George VI, 6 Februari 1952. Salah satu dari kisah yang menjadi perhatian ialah tentang mahkota yang dikenakan di kepalanya. Mahkota Ratu Elizabeth II, yang bertakhtakan batu-batu mulia atau permata, diketahui kebanyakan berasal dari tanah jajahan di Asia dan Afrika.
Mahkota adalah salah satu tanda kebesaran, kekuasaan, dan kedaulatan (regalia) pemimpin Kerajaan Inggris, selain tongkat kerajaan, jubah kain emas, cincin ratu, pedang kekuasaan, dan lainnya. Inggris merupakan satu-satunya monarki Eropa yang masih menggunakan tanda kebesaran itu untuk upacara penobatan atau pemahkotaan (coronation) seorang raja atau ratu dan untuk acara kenegaraan lainnya.
Di Kerajaan Inggris, mahkota itu bukan benda sembarangan, tetapi benda warisan, harta seremonial utama, sejak berabad-abad lalu. Benda tersebut juga sangat berharga karena bertakhtakan batu-batu mulia atau permata dengan sejarah perolehan yang kelam di tanah asalnya. Ada lusinan mahkota yang lazim dikenakan Ratu Elizabeth II. Penggunaan mahkota itu tergantung tema, kepentingan, atau jenis upacaranya.
Baca juga : Setelah Bertakhta 70 Tahun, Ratu Elizabeth II Mangkat
Tidak cukup ruang untuk mengulas satu per satu dari lusinan mahkota yang lazim dikenakan bergantian oleh Ratu Elizabeth II untuk setiap acara. Namun, ada dua harta seremonial utama dan paling penting yang dikenakan bergantian pada saat penobatan atau upacara resmi kenegaraan, yakni Mahkota St Edward (St Edward’s Crown) dan Mahkota Kerajaan (Imperial State Crown). Namun, mahkota pertama itu hanya dikenakan pada saat penobatan.
Menurut artikel Kimberly Holland di situs Reader’s Digest, Januari 2022, Mahkota St Edward itu terbuat dari sekitar 2,23 kilogram emas. Mahkota ini bertakhtakan 444 batu mulia, baik yang berharga tinggi maupun semi-mulia. Saat ini di Inggris, batu mulia tersebut bernilai total sekitar 57 juta dollar AS dan emasnya sekitar 145.000 dollar AS.
Ratu Elizabeth II semasa hidupnya mengenakan mahkota itu pertama kalinya pada saat dinobatkan sebagai Ratu, 2 Juni 1953, serta kemudian untuk saat tertentu dan dikenakan selama beberapa menit saja. Penggunaannya yang terbatas itu terjadi karena beban mahkota sekitar 2,23 kilogram emas. Belum lagi ditambah batu-batu mulia yang menghiasinya, membuat mahkota itu cukup berat dan tidak praktis.
Baca juga : Jenazah Ratu Elizabeth II di Edinburgh, Warga Sambut dengan Penuh Kehangatan
“Anda tidak bisa melihat ke bawah saat akan membaca pidato, Anda harus mengangkat naskah pidatonya,” kata Ratu Elizabeth kepada Smithsonian Channel, beberapa waktu lalu. “Jika Anda melakukannya, leher Anda akan patah dan [mahkotanya] akan jatuh,” katanya tentang mahkota yang pertama kali dibuat untuk penobatan Raja Edward Sang Penerima Pengakuan, yang berkuasa pada tahun 1042-1066.
Pada saat penobatannya, 2 Juni 1953, Ratu Elizabeth II paling lama mengenakan Mahkota Kerajaan. Mahkota ini dikenakan saat upacara dan setelah keluar dari Gereja Westminster Abbey, tempat penobatan. Saat penobatan, Ratu dalam balutan jubah kain emas— yang disebut Dalmatic atau Supertunica—memegang tongkat kerajaan di tangan kanan dan bola salib, simbol dunia Kristen dan kedaulatan Ratu, di tangan kirinya.
Itu terakhir kalinya, yakni pada saat pemahkotaan Ratu Elizabeth II, begitu banyak perhiasan mahkota dilihat dan dikenakan secara bersamaan. Dua mahkota tersebut, tongkat, dan bola salib emas, sebelumnya pernah digunakan bersamaan saat penobatan Raja George VI (memimpin tahun 1936-1952).
Mahkota kerajaan
Situs Glamour, 8 September 2022, menyebutkan, secara tradisional Mahkota Kerajaan juga pernah dikenakan Ratu ketika menghadiri pembukaan sidang parlemen tahunan. Mahkota ini diturunkan dari generasi ke generasi setelah awalnya dibuat untuk penobatan Raja George IV (1762-1830) yang berkuasa sejak Januari 1820 hingga Juni 1830.
Lihat foto-foto : Menilik Perjalanan Ratu Elizabeth II di Indonesia
Mahkota Kerajaan bertakhtakan hampir 3.000 berlian, 269 mutiara, 17 safir, dan 11 zamrud dengan berat 1.060 gram dan tinggi 31,5 sentimeter. Potongan berlian Cullinan ini, berlian terbaik dan terbesar yang pernah ditambang di Afrika Selatan pada 1905, menghiasi bagian depan mahkota. Seperti Mahkota St Edward, mahkota ini terlalu berat dikenakan ratu dalam dekade menjelang wafatnya dan resmi dilarang oleh protokol kerajaan sejak tahun 2020.
Menurut The Telegraph, Rabu (14/9/2022), Mahkota Kerajaan akan diletakkan pada peti jenazah ketika disemayamkan di London. Mahkota St Edward, yang juga dikenakan Ratu Elizabeth saat penobatannya dulu, akan dikenakan Raja Charles III untuk menggantikan Ibunda Ratu. Semua mahkota dan koleksi lain disimpan di ruang bawah tanah, 12 meter dari lobi Menara London, tidak hanya dibuat kerajaan, tetapi juga hadiah kerajaan lain dan gereja.
Situs Historic Royal Palaces yang diakses pada Rabu (14/9/2022) menyebutkan, Mahkota St Edward–yang digunakan pertama kali pada 1661 –adalah yang paling penting dan suci dari semua mahkota yang ada. Mahkota ini hanya digunakan hanya pada saat penobatan itu sendiri. Mahkota ini dibuat dari emas padat yang mewah seberat 2,23 kg dan dihiasi batu semimulia.
Mahkota Kerajaan adalah mahkota yang dikenakan ratu atau raja saat mereka meninggalkan Gereja Westminster Abbey setelah penobatan. Mahkota ini juga digunakan pada acara lainnya, termasuk pembukaan sidang tahunan parlemen negara.
Media Inggris, The Independent, Senin (12/9/2022), menyebutkan, Mahkota Kerajaan yang mulai dipakai pada penobatan Raja George VI pada 1937 itu juga dilengkapi dengan topi beludru serta hiasan cerpelai. Di mahkota ini terdapat potong 2.800 berlian yang ditata ke dalam bingkai platinum. Diberikan secara turun temurun, mahkota tersebut menyimpan sejarah panjang.
Berlian terbesar
Diketahui, mahkota yang dikenakan oleh Ratu Elizabeth II memiliki detail berlian bernama Kohinoor (Koh-i-noor), salah satu berlian terbesar sekaligus paling kontroversial di dunia. Berlian Kohinoor ditaksir bernilai sekitar 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 179 triliun. Kohinoor adalah batu permata 105 karat yang berarti "Mountain of Light" dalam bahasa Persia.
Baca juga : Ratu Elizabeth II: Sosok, Kharisma, dan Perannya untuk Dunia
Menurut Istana Kerajaan Inggris, berlian Kohinoor digali dari tambang Golconda di India sebelum diserahkan kepada Kerajaan Inggris pada tahun 1849. Kala itu, untuk pertama kalinya Kohinoor diletakkan pada mahkota Sang Ratu, yakni pada era Ratu Victoria, bersamaan dengan ratusan batu permata lain yang diduga juga berasal dari tanah jajahan di Afrika.
Semua perhiasan dan mahkota warisan Kerajaan Inggris dilaporkan tidak diasuransikan. Hal itu berarti, kemungkinan besar semua benda warisan itu tidak pernah dinilai. Namun, berdasarkan perkiraan sementara, seluruh koleksi di The Crown Jewels, di bawah tanah Menara London, senilai ratusan triliun rupiah.
Secara resmi, perhiasan mahkota itu tidak ternilai harganya atau dihargai jauh lebih tinggi dari angka taksiran terkait signifikansi, sejarah, dan nilai budayanya. Belum lagi karena permata atau batu mulia regalia yang menghiasi mahkota, bola salib, cincin, tongkat, dan tanda-tanda kebesaran penguasa kerajaan lainnya, juga diperoleh dari negara-negara jajahannya di Afrika dan lainnya.
Perdebatan sensitif
Kepergian Ratu Elizabeth II dan pakaian kebesaran yang diwariskannya juga memicu perdebatan sensitif tentang masa kolonialisme Inggris di seluruh Benua Afrika dan belahan lain di Asia. Dari Kenya, Nigeria, Uganda, hingga Afrika Selatan, wafatnya disambut belasungkawa, duka, dan kenangan akan lawatannya yang sering ke Afrika selama tujuh dekade di singgasana Kerajaan Inggris.
Ratu Elizabeth mangkat saat negara-negara Eropa berada di bawah tekanan untuk memperhitungkan sejarah kolonial mereka. Hal itu juga termasuk tututan menebus kejahatan masa lalu dan mengembalikan artefak Afrika yang dicuri dan disimpan selama bertahun-tahun hingga berabad-abad di museum di Eropa, terutama di London dan Paris.
Baca juga : Ratu Elizabeth II dalam Kenangan
Desakan di media sosial paling banyak datang dari warga India, bahkan juga Pakistan dan Afghanistan. Para warganet di India, seperti dilaporkan media India, situs Republic World, 8 Sepember 2022, menuntut Keluarga Kerajaan Inggris untuk segera mengembalikan berlian Kohinoor yang diyakini dirampas pada tahun 1849.
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari dan Presiden Kenya Uhuru Kenyatta termasuk di antara mereka yang menyatakan belasungkawa atas hilangnya “ikon” dunia, Ratu Elizabeth II. Namun, lebih banyak orang Afrika mengenang tragedi dari zaman kolonial, termasuk peristiwa yang terjadi pada dekade awal pemerintahan Ratu Elizabeth II.
Kenya memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1963, setelah pemberontakan 8 tahun yang menewaskan sedikitnya 10.000 orang. Pada 2013, Inggris sepakat memberikan kompensasi 20 juta poundsterling, jika dinilai dengan kurs saat ini sekitar Rp 343 miliar, kepada 5.000 warga Kenya yang dilecehkan selama pemberontakan Mau Mau (tahun 1952–1960).
“Sang Ratu meninggalkan warisan campuran dari penindasan brutal terhadap warga Kenya di negara mereka sendiri dan hubungan yang saling menguntungkan,” tulis editorial The Daily Nation, surat kabar terbesar Kenya, akhir pekan lalu. Elizabeth mengunjungi Kenya pada tahun 1952. “Apa yang terjadi selanjutnya adalah babak berdarah dalam sejarah Kenya,” lanjut editorial itu.
Ada banyak negara di Afrika, seperti Benin, Uganda, dan Nigeria, juga merasakan penindasan Inggris pada awal kekuasan Ratu Elizabeth II. Banyak batu permata atau mulia dari wilayah itu bersama artefak kuno yang dilarikan ke Eropa dan AS, termasuk Inggris dan Perancis. Kekayaan Inggris dan negara-negara Eropa lainnya muncul karena kolonialisme mereka di tanah jajahan di Afrika dan Asia. (AFP/AP/REUTERS)