Menyaksikan Rafale ”Menyusu” MRTT di atas Selat Sunda
Perancis-Indonesia, melalui misi Pegasus 2022, terus memperkuat kerja sama militer. Kali ini, misi Pegasus 2022 membawa serta tiga pesawat tempur Rafale, dua A-330 MRTT, dan satu pesawat angkut sedang A400m Atlas.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
Deru semburan dua mesin jet Safran M88 menggelegar membelah udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Mesin turbofan itu mendorong pesawat tempur Rafale Angkatan Udara Perancis lepas landas menyusul sebuah A400—pesawat angkut sedang—yang sebelumnya telah mengudara.
Setelah tiga Rafale melesat ke arah barat, sebuah pesawat multi peran berbadan lebar A-330 MRTT (multi-role tanker transpot) menyusul kemudian. Pesawat-pesawat dari Angkatan Udara Perancis itu merupakan bagian dari misi Pegasus 2022 dan berada di Indonesia selama tiga hari.
Secara ringkas, misi Pegasus 2022 adalah rangkaian misi jarak jauh Angkatan Udara Perancis ke Asia-Pasifik, khususnya ke wilayah Perancis di Pasifik, seperti Kaledonia Baru dan Perancis Polynesia. Sebagai bagian dari misi itu, pesawat-pesawat tempur Perancis itu juga terlibat dalam Pitch Black, latihan bersama angkatan udara dari beberapa negara yang dikordinasi oleh Angkatan Udara Australia.
Latihan yang diikuti oleh 14 negara itu, di antaranya, berbasis di Pangkalan Udara Tindal, Darwin. Indonesia juga terlibat dalam latihan militer gabungan yang digelar sejak 20 Agustus hingga 8 September itu. TNI Angkatan Udara mengirim enam pesawat tempur F-16 dan sebuah Hercules.
Selepas dari latihan gabungan itulah, misi Pegasus bertandang ke Indonesia sebelum nantinya melanjutkan kunjungan ke Singapura dan kembali ke Perancis. Dalam lawatan itulah Perancis memperkuat relasi sekaligus memperkenalkan dengan lebih dekat teknologi-teknologi militer yang mereka miliki.
”Selain memperkuat kehadiran dan kerja sama dengan mitra di kawasan, kami juga ingin menunjukkan kemampuan dan teknologi terkemuka Perancis,” kata Mayor Jenderal Stephane Grone, Komandan Misi Pegasus 2022, saat ditemui di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Kali ini, dalam kunjungan ke Indonesia, Angkatan Udara Perancis membawa tiga pesawat tempur Rafale, dua pesawat A-330 MRTT yang mampu mengemban aneka misi, termasuk pengisian ulang bahan bakar di udara, serta sebuah pesawat angkut sedang A400M.
”Joy flight”
Salah satu kemampuan A-330 MRTT Angkatan Udara Perancis diperlihatkan kepada sejumlah undangan. Senin (12/9/2022) siang setelah lebih kurang 20 menit mengudara, MRTT itu bertemu dengan rombongan tiga Rafale dan A400M di atas perairan Selat Sunda.
Sembari mengitari wilayah udara di atas perairan Selat Sunda dan Krakatau, ketiga Rafale yang turut dalam joy flight secara bergantian mengisi bahan bakar di udara. Ketiga pesawat itu melakukan pengisian dengan metode drogue and probe melalui selang yang dijulurkan dari sayap kiri MRTT.
Dua kru MRTT yang berada di kokpit mengawasi proses itu melalui layar monitor dari sebuah konsol yang ditempatkan di belakang kursi pilot. Sementara itu, pilot Rafale secara perlahan-lahan menyejajarkan pesawatnya dengan posisi MRTT—termasuk menyesuaikan kecepakatan dan ketinggiannya. Proses itu tidak mudah. Sebuah guncangan karena turbulensi udara membuat proses pengisian pada Rafale pertama sempat terkendala. Namun, karena terlatih, proses selanjutnya berjalan mulus hingga pesawat ketiga.
Komandan misi MRTT, Kapten Quentin Gouthier. mengatakan, metode drogue and probe lebih mudah apabila dibandingkan dengan metode boom and receptacle. Apabila pada metode pertama MRTT mengulurkan selang fleksibel dari sayap, pada metode kedua MRTT mengulurkan selang kaku bersayap yang terletak di bagian ekor pesawat ke arah nosel pesawat penerima, biasanya ada di punggung. Metode ini umum dilakukan untuk pesawat seperti F-16.
Di sisi lain, menurut Gouthier ada perbedaan lain antara metode boom and receptacle dibanding metode drogue and probe. Pada metode boom, jumlah bahan bakar yang ditransfer per menit ke pesawat penerima lebih banyak bila dibandingkan dengan metode drogue. Merujuk pada laman Airbus, dalam metode boom, jumlah bahan bakar yang dapat ditransfer dapat mencapai 3,6 ton per menit. Sementara itu, dengan metode drogue and probe, jumlahnya hanya sebesar 1,3 ton per menit.
Dalam misi jarak jauh, peran MRTT menjadi sangat signifikan karena memungkinkan pesawat-pesawat tempur mampu mencapai target dengan cepat tanpa proses mendarat. Bagi Indonesia, kemampuan itu kini diemban oleh KC-130 Hercules.
Apabila pada tahun-tahun mendatang keenam Rafale yang dipesan Indonesia aktif memperkuat TNI Angkatan Udara, kehadiran MRTT sangat diperlukan. Platform itu selain mampu melayani Rafale, MRTT berbasis pesawat sipil A-330 itu mampu melayani F-16 yang telah lama dioperasikan TNI Angkatan Udara.
Kapabilitas dan perkuatan seperti itu, sebagaimana dikatakan Wakil Menteri Pertahanan M Herindra, menjadi kian penting. Tidak seperti sebelumnya, ancaman kini bisa datang sewaktu-waktu. ”Kita harus memiliki Angkatan Bersenjata yang kuat, Angkatan Udara yang kuat,” kata Herindra.