Rusia Kerahkan Puluhan Kapal Perang untuk Gelar Latihan di Laut Jepang
Sedikitnya 50.000 tentara serta 6.000 kendaraan dan peralatan perang dari sejumlah negara ikut dalam latihan perang laut, darat, dan udara bertajuk Vostok 2022. India dan China ikut dalam latihan yang digelar Rusia itu.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
MOSKWA, KAMIS — Menjelang pembahasan tentang pembatasan minyak Rusia oleh Jepang dan enam negara industri terkaya dunia, Moskwa mengerahkan 50 kapal perang plus kapal selam ke Laut Jepang. Rusia juga mengajak China dan India dalam pengerahan itu.
Markas Besar Armada Pasifik Rusia mengumumkan, pengerahan tersebut merupakan bagian dari latihan gabungan Vostok 2022. Latihan mulai Kamis (1/9/2022) sampai Rabu (7/9/2022), diikuti sejumlah mitra Rusia di tujuh area latihan penembakan di wilayah timur jauh Rusia dan Laut Jepang.
India dan China yang bermusuhan gara-gara masalah perbatasan juga ikut dalam latihan itu. New Delhi dan Beijing sama-sama dekat dengan Rusia. Dari Asia Tenggara, hanya Laos yang ikut latihan itu.
Dilaporkan kantor berita RIA Novosti dan TASS, Moskwa juga mengerahkan jet tempur Su-35S, Su-30SM, dan MiG-31 dari Komando Operasi Udara Timur. Sedikitnya 50.000 tentara dan 6.000 kendaraan serta peralatan perang lain dari berbagai negara ikut dalam latihan perang laut, darat, dan udara itu.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Yunus-Bek Yevkurov mengatakan, latihan digelar di sembilan palagan buatan. Lewat latihan itu, para peserta bisa meningkatkan kemampuan mengelola pasukan besar, interaksi lintas matra dan negara, serta mengeratkan persahabatan militer lintas negara.
Pembatasan
Latihan tersebut dimulai sehari sebelum Jepang dan enam anggota G7 lain kembali bertemu. Dalam rapat Jumat (2/9/2022), G7 akan membahas pembatasan harga minyak Rusia. Koran Wall Street Journal edisi Kamis (1/9/2022) melaporkan, mekanisme pembatasan ditargetkan selesai pada Desember 2022.
Inti kesepakatan G7 adalah minyak Rusia, mentah maupun olahan, bisa tetap dibeli. Walakin, harganya akan dibatasi dan akan ditetapkan di bawah pasar.
Kesepakatan tersebut untuk menemukan jalan tengah antara kebutuhan membeli minyak Rusia dan membatasi pendapatan Mokswa dari ekspor energi. Rusia memasok hampir 10 persen minyak global. Itu sebabnya, praktis mustahil menghambat Rusia sepenuhnya dari pasar global.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutunya tidak mau Rusia mendapatkan dana dari hasil ekspor energi. Washington dan sekutunya menuding, pendapatan ekspor energi menjadi salah satu sumber pendanaan serangan Rusia ke Ukraina.
Sejak Rusia menyerbu Ukraina pada 24 Februari 2022, AS dan sekutunya berusaha mengucilkan Rusia dari komunitas internasional. AS berharap ekspor energi Rusia dihentikan sama sekali.
Sebagian Eropa dan sejumlah negara Asia-Afrika keberatan dengan permintaan tersebut. Sebab, Rusia menjadi pemasok besar energi mereka. Sejauh ini saja, pembatasan ekspor energi Rusia telah membuat harga energi global melonjak. Dari nyaris 0 dollar AS per barel pada pertengahan 2020, kini harga minyak sudah di atas 90 dollar AS per barel. Bahkan, harga minyak pernah menembus 130 dollar AS per barel.
Gas melonjak lebih tinggi lagi. Dalam perdagangan Kamis, harga gas mencapai 291 euro per megawatt hour (MwH). Satuan MwH dipakai karena gas kebanyakan dipakai untuk pembangkit listrik dan mesin pemanas. Pada Januari 2022, harga gas masih di bawah 70 euro per MwH.
Meski tertekan, Uni Eropa masih terus berusaha melawan Rusia. Para menteri luar negeri UE sepakat membatasi jumlah visa untuk warga Rusia.
Kesepakatan itu menjadi jalan tengah di antara sejumlah anggota UE yang tidak ingin melarang warga Rusia masuk ke UE. Di sisi lain, sejumlah negara lain ingin agar warga Rusia sama sekali dilarang masuk UE.
Penolakan pelarangan terutama datang dari Jerman dan Perancis, negara terkaya di antara 27 anggota UE. Sementara anggota UE yang berbatasan atau dekat Rusia paling kencang meminta pelarangan total terhadap kunjungan warga Rusia.
Menjelang rapat di Praha, Ceko, itu, Rusia mengumumkan penghentian total pengiriman gas ke Jerman dan sejumlah negara UE. BUMN gas Rusia, Gazprom, beralasan ada perbaikan jaringan pipa. Karena hanya ada satu jaringan pipa, perbaikan akan memaksa penghentian pengiriman gas. (AFP/REUTERS)