Inspeksi IAEA Beri Harapan Soal Keselamatan di PLTN Terbesar Eropa
Akses Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di PLTN Zaporizhia memberi harapan soal keselamatan di area PLTN terbesar di Eropa itu. Kompleks PLTN itu kerap jadi sasaran serangan dalam perang Ukraina-Rusia itu.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
KYIV, SENIN — Tim Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA, Senin (29/8/2022), bertolak menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhia di wilayah pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di Ukraina selatan. Mereka telah mendapat izin memeriksa pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi mengumumkan, pemeriksaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhia akan dilakukan pekan ini. ”Misi Dukungan dan Perbantuan IAEA untuk Zaporizhia sedang meluncur. Kami harus melindungi keamanan dan keselamatan fasilitas nuklir terbesar Ukraina dan Eropa. Bangga memimpin misi yang akan berada di ZNPP pekan ini,” tulisnya di media sosial, Senin (29/8/2022).
ZNPP adalah singkatan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhia. Fasilitas nuklir itu telah direbut dan diduduki tentara Rusia sejak Maret lalu, tetapi masih dikelola para staf dari Ukraina dan tersambung dengan jaringan listrik Ukraina. Area di sekitar kompleks itu menjadi salah satu titik panas pertempuran Ukraina-Rusia.
Ukraina dalam beberapa bulan terakhir sempat menolak pemeriksaan oleh IAEA terhadap PLTN Zaporizhia. Belakangan, Kyiv setuju mengizinkan pemeriksa IAEA masuk ke reaktor yang dijadikan markas tentara Rusia itu.
Grossi mengunggah foto tim IAEA yang terdiri atas 13 orang. Pemeriksa dari Polandia, Lituania, Serbia, dan China tampak dalam foto itu. Terlihat pula pemeriksa dari Albania, Italia, Jordania, Perancis, Italia, Meksiko, dan Macedonia Utara. Komposisi pemeriksa menunjukkan adanya pihak netral dan pendukung Ukraina-Rusia.
Mereka berangkat dari Polandia menuju Kyiv, lalu bergerak ke selatan ke arah Zaporizhia. Rute itu menunjukkan bahwa Rusia akhirnya setuju IAEA memeriksa PLTN dari wilayah Ukraina yang masih dikendalikan Kyiv. Sebelumnya, Moskwa berkeras agar tim IAEA masuk dari wilayah Ukraina yang dikendalikan Rusia.
Pengumuman Grossi menyalakan harapan atas keselamatan dan keamanan PLTN Zaporizhia. Beberapa bulan terakhir, berbagai pihak khawatir ada bencana radioaktif baru dari Ukraina gara-gara PLTN itu jadi sasaran serangan.
Beberapa jam sebelum pengumuman Grossi, Moskwa menuding ada pesawat nirawak pembawa bom diarahkan Kyiv ke PLTN itu. Moskwa menyebut, pesawat itu buatan AS dan dirancang untuk membawa bom ke sasaran.
Vladimir Rogov, anggota pemerintah dukungan Rusia di wilayah Zaporizhia, seperti dilaporkan kantor berita RIA Novosti, Senin, menyebut serangan rudal Ukraina menghantam atap depot minyak di PLTN Zaporizhia.
Kementerian Pertahanan Rusia berkali-kali juga menunjukkan peluru artileri dan roket yang diklaim ditembakkan ke PLTN itu. Pecahan peluru dan roket itu menunjukkan AS dan sejumlah negara Eropa sebagai pembuatnya.
Wakil Direktur Perlucutan Senjata pada Kementerian Luar Negeri Rusia Igor Vishnevetsky mengatakan, Ukraina melanggar aturan internasional karena Kyiv sengaja menyerang kompleks nuklir.
Setelah munculnya klaim adanya serangan, Senin, petugas mengatakan, level radiasi di PLTN tersebut normal.
Kantor berita Reuters menyatakan tak bisa memverifikasi laporan pertempuran. Baik Kyiv maupun Moskwa membantah menarget PLTN Zaporizhia dan saling menuding pihak lain telah menyerang fasilitas nuklir tersebut.
Penolakan
IAEA telah berbulan-bulan meminta pemeriksaan ke PLTN Zaporizhia. Vishnevetsky menuding, Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ikut andil dalam penundaan pemeriksaan IAEA. Alasannya, Setjen PBB tidak kunjung mengizinkan tim IAEA berangkat ke PLTN Zaporizhia.
Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, menegaskan, Setjen PBB tidak punya kewenangan menghambat kunjungan itu. Selama ini, PBB hanya ingin memastikan Kyiv-Moskwa menyetujui pemeriksaan itu. Rusia-Ukraina harus bekerja sama dengan PBB untuk memastikan pemeriksaan bisa dilakukan.
Ukraina berkali-kali menolak IAEA memeriksa PLTN Zaporizhia. BUMN nuklir Ukraina, Energoatom, ingin pemeriksaan dilakukan hanya jika PLTN itu telah kembali dikuasai Ukraina. Pemeriksaan kala PLTN Zaporizhia masih dikendalikan Rusia, menurut Energoatom, akan menjadi pengesahan atas penguasaan Mokswa.
”Ukraina tidak mengundang Grossi mengunjungi PLTN Zaporizhia dan menolak membiarkannya melakukan lawatan itu di masa lalu,” demikian pernyataan Energoatom pada 7 Juni 2022.
Belakangan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membuat pernyataan berbeda. Seperti Rusia sejak beberapa bulan lalu, ia meminta IAEA segera memeriksa PLTN itu. Ia khawatir pada kondisi PLTN yang jadi sasaran serangan itu.
Wakil Tetap Ukraina di PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan, tidak masuk akal apabila Kyiv sengaja menyerang PLTN itu. Sebab, serangan itu bisa memicu bencana radioaktif yang bisa mengorbankan jutaan warga Ukraina hingga sebagian Eropa.
Serangan
Pekan lalu, anggota DPR AS Adam Kinzinger dan anggota DPR Inggris Tobias Ellwood mengungkap potensi serangan langsung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke Rusia gara-gara PLTN Zaporizhia. Mereka menganggap Rusia telah dapat dinilai menyerang anggota salah satu anggota NATO jika membiarkan radiasi dari PLTN Zaporizhia menyebar ke tetangga Ukraina. Karena itu, NATO bisa menggunakan pasal 5 dalam Piagam NATO, yang menyatakan serangan pada salah satu anggota NATO dianggap serangan bagi keseluruhan NATO. Karenanya, NATO bisa menyerang Rusia.
Moskwa mengendalikan PLTN Zaporizhia sejak awal Maret 2022. Pada 3-4 Maret 2022, sistem peringatan IAEA untuk PLTN itu berbunyi untuk pertama kalinya. Grossi menyebut, kondisi bangunan PLTN mengkhawatirkan karena menjadi sasaran tembak.
Sejak menguasai PLTN, Rusia menempatkan pasukan dan aneka persenjataan di sekitar PLTN. Ukraina berkali-kali menyerang pasukan dan persenjataan Rusia di sana.
PLTN Zaporizhia punya enam reaktor dan sekarang hanya dua beroperasi. Selain laboratorium dan fasilitas kimia yang rusak, PLTN itu telah kehilangan tiga dari empat sumber tenaga luarnya. Bahkan, seluruh pasokan listrik dari luar ke PLTN itu sempat terhenti sehari pekan lalu.
PLTN butuh pasokan listrik dari luar untuk mengoperasikan sistem pendinginnya. Listrik ke sistem pendingin reaktor memang harus dipasok dari luar. Hal itu untuk memastikan sistem pendingin tetap bekerja kala reaktor tidak bisa menghasilkan listrik. Tragedi PLTN Fukushima di Jepang pada 2011 terjadi karena pasokan listrik ke sistem pendinginnya terhenti selama gempa.
Sejak menguasai PLTN Zaporizhia, Rusia menempatkan pegawai Rosatom dan tentara di sana. Para pegawai PLTN Zaporizhia menyebut pegawai Rosatom, BUMN nuklir Rusia, bukan masalah. Sebab, para pegawai Rosatom disebut memahami tugas mereka dan pentingnya menjaga keselamatan PLTN itu. Sayangnya, tentara Rusia kerap tidak memahami aspek keselamatan pengoperasian PLTN.
Pegawai PLTN menyebut, berkali-kali tentara Rusia memaksa mereka berada di ruangan lebih lama dari waktu yang ditentukan. Untuk mencegah radiasi, sejumlah ruangan di PLTN hanya boleh dimasuki dalam waktu tertentu dan sedikit orang saja. Sementara tentara Rusia, dengan alasan mencari senjata, kerap memasuki ruang melebihi kapasitas orang dan batas waktu yang diizinkan. (AFP/REUTERS)