Mikhail Gorbachev, Bapak Glasnot dan Perestroika, Wafat
Gorbachev dipandang sebagai pahlawan oleh negara-negara Barat. Namun, hal itu tidak berbanding lurus dengan pandangan rakyat dan politisi di negara sendiri.
MOSKWA, RABU – Mikhail Gorbachev, penguasa Uni Soviet tahun 1985-1991, wafat, Selasa (30/8/2022) malam waktu setempat, dalam usia 91 tahun. Pria bernama lengkap Mikhail Sergeyevich Gorbachev meninggal karena sakit setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Klinik Pusat selama beberapa waktu.
”Malam ini, setelah sakit parah dan berkepanjangan, Mikhail Sergeyevich Gorbachev meninggal dunia,” kata manajemen rumah sakit dalam pernyataan, dikutip dari kantor berita TASS.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan simpati mendalam atas kematian Gorbachev. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Putin akan mengirimkan telegram belasungkawa kepada keluarga dan kerabat presiden terakhir Uni Soviet itu.
Sejumlah pejabat pemerintahan dunia dan pemimpin organisasi internasional mengungkapkan dukacita atas wafatnya pencetus glasnot dan perestroika tersebut. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres dalam pernyataannya memuji Gorbachev sebagai negarawan yang telah mengubah jalannya sejarah dunia. Dia memandang hal yang dilakukan Gorbachev pada saat memimpin Uni Soviet sebagai sebuah tindakan yang lebih besar dibandingkan tindakan yang dilakukan individu lain. Ia membawa Perang Dingin berakhir dengan damai, nyaris tanpa gejolak.
”Dunia kehilangan pemimpin global yang sangat berpengaruh, multilateralis yang berkomitmen, dan pendukung perdamaian yang tak kenal lelah,” kata Guterres.
Baca juga: Di Bawah Panji St Vladimir
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga memuji Gorbachev sebagai seorang pemimpin yang bisa dipercaya dan dihormati. Menurut dia, kebijakan dan tindakan Gorbachev semasa berkuasa telah membuka jalan bagi Eropa yang bebas. ”Perannya sangat penting dalam meruntuhkan Tirai Besi, yang melambangkan pembagian dunia menjadi blok komunis dan kapitalis serta mengakhiri Perang Dingin. Dia meninggalkan warisan yang tidak akan kami lupakan,” cuit Von der Leyen di Twitter.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, Gorbachev saat masih berkuasa merupakan seorang pemimpin yang memberi dunia rasa aman. ”Dunia menjadi lebih aman karenanya,” kata Biden.
Sementara Presiden Perancis Emmanuel Macron menggambarkan Gorbachev sebagai pencinta damai dan membuka jalan bagi kebebasan di Rusia. ”Komitmennya terhadap perdamaian di Eropa telah mengubah sejarah kita,” kata Macron.
Yayasan Ronald Reagan, yang diambil dari nama mantan Presiden AS Ronald Reagan, juga mengirimkan ucapan berdukacita.
Baca juga: Serangan Rusia, Buah Kebrutalan Hegemoni AS
”Yayasan dan Institut Reagan berduka atas meninggalnya mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, seorang pria yang pernah menjadi musuh politik Ronald Reagan, yang akhirnya menjadi teman. Pikiran dan doa kami ditujukan kepada keluarga Gorbachev dan rakyat Rusia,” demikian pernyataan yayasan.
Beberapa tahun terakhir, Gorbachev dikabarkan bolak-balik ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan karena kesehatannya yang terus menurun. Dia juga menjalani karantina mandiri selama pandemi Covid-19 sebagai pencegahan. Istrinya, Raisa Maxinova Gorbacheva, telah wafat pada 1999.
Sebuah sumber yang dekat dengan keluarga kepada kantor berita TASS mengatakan, Gorbachev akan dimakamkan di samping makam Raisa di pemakaman Novodevichy, Moskwa. Pemakaman ini adalah tempat peristirahatan banyak tokoh terkemuka Rusia, termasuk mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin.
Timur dan Barat
Sosok pria kelahiran Privolnoye, Rusia, 2 Maret 1931, ini sangat dihormati di Barat dan bahkan dianggap sebagai pahlawan. Di bawah kepemimpinannya, ketegangan yang timbul antara negara-negara Barat yang menganut ideologi demokrasi dan Timur yang identik dengan komunis mereda. Ketegangan yang berujung pada perlombaan senjata nuklir antara Uni Soviet dan Amerika Serikat pun meredup.
Dikutip dari laman The New York Times, menurut George F Kennan, diplomat Amerika terkemuka dan ahli Soviet, Gorbachev adalah keajaiban. ”Seorang pria yang melihat dunia apa adanya, tidak terhalang oleh ideologi Soviet,” kata Kennan.
Dua kebijakan Gorbachev yang sangat dikenal dan dinilai sangat berharga bagi dunia adalah glasnot dan perestroika. Glasnot (keterbukaan) dan perestroika, yang bertujuan untuk merestrukturisai fondasi masyarakat, adalah upaya mantan Sekretaris Partai Komunis Uni Soviet ini membawa negaranya sejajar dengan negara-negara Barat.
Baca juga: Biden-Putin Saling Lontarkan Peringatan, Berharap Diplomasi Beri Solusi
Dia mengizinkan pembebasan Andrei D Sakharov, fisikawan yang berperan penting dalam pengembangan bom hidrogen Soviet. Dia juga mencabut pembatasan pada media, mengizinkan buku-buku yang sebelumnya disensor untuk diterbitkan ulang, serta mencabut pelarangan atas seluruh film yang sebelumnya tak mendapat izin tayang.
Selain itu, dia juga mengakhiri keberadaan militer Uni Soviet di Afghanistan. Salah satu warisan penting Gorbachev bagi politik keamanan global adalah keinginannya untuk menghentikan atau setidaknya meredakan ketegangan dengan cara perlucutan senjata nuklir yang saat itu menjadi sumbu pemicu panasnya hubungan AS-Soviet.
Tidak lama setelah berkuasa, tahun 1986, Gorbachev mulai mengusulkan adanya program perlucutan senjata nuklir negara adidaya, dalam hal ini AS dan Uni Soviet. Setelah hampir dua tahun bernegosiasi, pada 8 Desember 1987, Gorbachev dan Reagan menandatangani traktat tentang pelucutan atau penghapusan rudal jarak pendek dan menengah.
Berbagai kebijakan yang mendorong dunia menjadi lebih aman dan ketegangan Barat-Timur mereda membuatnya diganjar hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1990.
Dipandang sebagai pahlawan oleh negara-negara Barat, tidak berbanding lurus dengan pandangan rakyat dan politisi di negara sendiri. Apa yang dilakukan Gorbachev dipandang oleh banyak orang di Rusia sebagai bencana. Putin, dikutip dari laman The New York Times, menyebut runtuhnya Uni Soviet sebagai bencana geopolitik abad ini yang mendorong kemiskinan massal dan lemahnya status Rusia di panggung global.
”Era Gorbachev adalah era perestroika, era harapan, era masuknya kita ke dunia bebas rudal. Tapi ada satu kesalahan perhitungan: kita tidak mengenal negara kita dengan baik,” kata Vladimir Shevchenko, mantan pemimpin Rusia.
”Persatuan kami berantakan, itu tragedinya,” katanya seperti dikutip kantor berita RIA.
Vladimir Rogov, pejabat Rusia yang saat ini menjalankan kekuasaan administratif di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, mengatakan, Gorbachev sengaja memimpin Uni Soviet menuju kehancurannya. Dia menyebut Gorbachev sebagai pengkhianat.
Ekonom Rusia, Ruslan Grinberg, mengakui, kebijakan Gorbachev memberikan kebebasan pada rakyat Rusia. ”Tetapi kami tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu,” kata Grinberg kepada media angkatan bersenjata Rusia, Zvezda. (AFP/REUTERS)