Presiden Korsel Yoon Suk Yeol telah memerintahkan penyelidikan berdasarkan keluhan yang disampaikan pedagang saham lokal Korsel
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·2 menit baca
SEOUL, RABU – Rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunga telah memunculkan gejolak di pasar. Salah satu kekhawatiran di tengah gejolak tersebut adalah permainan spekulan yang memanfaatkan kesempatan di air keruh. Saham-saham perusahaan Korsel menjadi salah satu sasaran para spekulan.
Spekulan disebut telah melakukan short selling terhadap saham-saham di Korsel. Short selling adalah sebuah tindakan spekulan yang mencari keuntungan dengan mempertaruhan kejatuhan harga komoditi, indeks saham dan bisa juga kejatuhan kurs sebuah mata uang. Jika taruhan tersebut berhasil, spekulan meraih untung.
Sebagai contoh, won, mata uang Korsel telah mengalami kemerosotan kurs menjadi 1.350,14 won per dollar AS pada 30 Agustus 2022, merosot dari 1.296,9 per dollar AS pada 10 Agustus lalu. Dalam kasus short selling won, spekulan akan bisa meraih untung dari selisih 1.350,14 dikurangi 1.296,9 jika berhasil mempertaruhan kejatuhan kurs won.
Jasa Pengawasan Keuangan Korsel (The Financial Supervisory Service/FSS), Selasa (30/8/2022) telah meluncurkan penyelidikan terhadap aksi short sell yang dilakukan perusahaan broker besar asing terhadap saham-saham perusahaan Korsel. Penyelidikan dilakukan guna memperketat pengawasan terhadap jenis perdagangan tersebut.
FSS telah memulai pemeriksaan terhadap transaksi short selling yang dilakukan cabang Morgan Stanley & Co International Plc. FSS menyebutkan penyelidikan juga akan diperluas ke sejumlah perusahaan lainnya. “Tidak mungkin memeriksa semua perusahaan, oleh karena itu pemeriksaan difokuskan ke pemain besar,” demikian pejabat FSS.
Cabang Morgan Stanley juga salah satu yang aktif melakukan short selling terhadap saham-saham Korsel. Data dari Bursa Korsel memperlihatkan cabang-cabang lokal Merrill Lynch, Credit Suisse, Goldman Sachs dan UBS termasuk pelaku utama short selling di Korsel.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol telah memerintahkan penyelidikan berdasarkan keluhan yang disampaikan pedagang saham lokal Korsel. Alasannya, sejumlah perusahaan-perusahaan telah mengalami kejatuhan harga-harga saham. Akan tetapi tidak disebutkan nama-nama perusahaan yang menjadi sasaran short selling tersebut. Indeks Kospi telah anjlok dari 3.107 pada 17 Desember 2021 menjadi 2.460 pada 30 Agustus 2022.
“Saya heran mengapa short selling terkonsentrasi pada saham-saham lokal oleh broker tertentu lewat berbagai cara,” demikian dikatakan Lee Bok-hyun, Kepala FSS di Seoul, 16 Agustus lalu.
Pada Februari lalu otoritas Korsel telah mengenakan denda terhadap Korea Investment & Securities Co karena tidak memberi rincian atas aksi short selling dengan sebanyak 150 juta saham, termasuk milik Samsung Electronics Co. (REUTERS)