Banyak Pihak "Panen" Dari Perang Ukraina
Banyak pihak memanen keuntungan besar-besaran dari Perang Ukraina. Ada ekonomi perang dalam tragedi yang telah berlangsung enam bulan itu.
KYIV, SELASA - Perang Ukraina genap berlangsung setengah tahun. Sejumlah pihak mendulang untung. Sementara Ukraina menanggung tragedi dan berbagai kerugian. Adapun komplikasi ekonomi dari perang juga telah mengganggu rantai pasok global sehingga merugikan banyak negara.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, sejumlah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mau perang terus berlanjut di Ukraina. Namun tidak disebutkan lagi apa alasannya.
Baca juga Enam Bulan Perang Jelang Perayaan Kemerdekaan, Serangan di Ukraina Meningkat
“Bukan hanya Amerika Serikat, negara lain di NATO juga. Mereka mau menyabotase kesepakatan (ekspor) biji-bijian (dari Ukraina),” ujarnya dalam wawancara yang disiarkan televisi Turki, Haber Global, Selasa (22/8/2022).
Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Dengan demikian, perang memasuki bulan ke-7 atau Kamis (24/8). Perang antara lain membuat Ukraina kehilangan kendali atas paling sedikit atas 20 persen dari 603.000 kilometer persegi wilayahnya.
Di Ukraina, kini inflasi menyentuh 20 persen dan dapat menyentuh 30 persen pada akhir 2022. Center for Economic and Policy Research (CEPR), lembaga kajian di London, menaksir Ukraina akan menghadapi tekanan lebih kuat jika perang berlangsung. Keputusan bank sentral Ukraina membeli obligasi pemerintah senilai 7,7 miliar dollar AS bisa menghancurkan perekonomian.
“Pencetakan uang (dengan cara pembelian obligasi pemerintah oleh bank sentral) bukan solusi berkelanjutan. Jika terus dilakukan, perekonomian akan hancur,” kata peneliti CEPR, Yuriy Gorodnichenko, kepada Deutsche Welle.
Hingga 35 persen penduduk usia produktif Ukraina kini menganggur.
Nilai tukar hrynia sudah terpangkas hampir 30 persen, dari rata-rata 3,9 hryvnia per 1 dollar AS menjadi 5,1 hryvnia per 1 dollar AS. APBN Ukraina defisit paling tidak 5 miliar dollar AS per bulan.
Selain itu, hingga 35 persen penduduk usia produktif Ukraina kini menganggur. Bank Dunia menaksir tingkat kemiskinan Ukraina naik dari 2,5 persen pada 2021 menjadi 55 persen pada akhir 2023.
Bantuan
Financial Times melaporkan, berbagai negara menjanjikan bantuan keuangan total 38 miliar dollar AS kepada Ukraina. Adapun Kiel Institute for the World Economy (IfW-Kiel), lembaga kajian di Jerman, mencatat, 40 negara menjanjikan 84,9 miliar dollar AS untuk Ukraina.
Banyak janji itu belum dipenuhi. Misalnya dari 12,3 miliar euro yang dijanjikan Uni Eropa (UE), belum sampai 5 miliar euro yang sudah diberikan.
Ada pula janji bantuan persenjataan. Tidak semua janji itu akan diterima Ukraina. Dari lebih 50 miliar dollar AS yang dijanjikan Washington kepada Kyiv, hampir 13 miliar dollar AS akan diberikan kepada produsen senjata di AS.
Baca juga Jerman Berharap Rusia Tidak Hentikan Semua Aliran Gas
Dana itu untuk memesan pengganti atas berbagai persenjataan yang diberikan AS ke Ukraina. Sejauh ini, Departemen Pertahanan AS telah memesan pengganti rudal stinger dan javelin. AS memberikan ribuan rudal antipesawat dan antitank itu kepada Ukraina.
“Jika 1.000 stringer dan 1.000 javelin dikirimkan setiap bulan, kami menaksir produsen akan mendapatkan hingga 2 miliar dollar AS dari program pengadaan persenjataan baru,” kata Colin Scarola yang menjadi peneliti pada lembaga riset investasi CFRA.
Produsen senjata AS juga telah mendapat pesanan bernilai miliaran dollar AS dari berbagai negara. Serangan Rusia ke Ukraina membuat berbagai negara merasa perlu menambah atau memperbarui persenjataannya.
Di AS pun, perang Rusia dan ketegangan di Asia Timur menjadi alasan untuk peningkatan anggaran pertahanan. Sampai 2032, Pentagon ditaksir akan menerima sedikitnya 7,3 triliun dollar AS. Berbagai program pembaruan dan pengadaan persenjataan baru didanai dari anggaran multitahun itu.
Sampai 2032, Pentagon ditaksir akan menerima sedikitnya 7,3 triliun dollar AS. Berbagai program pembaruan dan pengadaan persenjataan baru didanai dari anggaran multitahun itu.
Para produsen senjata AS dan berbagai negara juga mendapat keuntungan dengan cara bisa menguji produk persenjataannya di Ukraina. Pada 16 Juli 2022, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengundang produsen menguji produk mereka di Ukraina.
“Banyak senjata sedang diuji di lapangan dalam kondisi asli menghadapi tentara Rusia, yang punya banyak senjata modern buatan sendiri,” katanya.
Baca juga Bom Mobil Bunuh Putri Penasihat Politik Putin
Ukraina membagikan banyak informasi soal penggunaan senjata pasokan Barat dan spesifikasi serta kemampuan persenjataan Rusia. Informasi itu, menurut Reznikov, akan sangat penting dalam pengembangan persenjataan. Sebab, informasi itu didapatkan dari kondisi asli.
Rusia pun ikut menguji produk mereka. Kantor berita Rusia, TASS, melaporkan, Moskwa menggunakan jet tempur SU-57 di Ukraina. Jet tempur generasi terbaru Rusia itu mulai diuji di Suriah pada 2018.
Energi
AS juga mendulang untung dari ekspor energi. Badan Energi AS mengakui, ada lonjakan ekspor gas alam cair (LNG) ke Eropa. Selama ini, Eropa membeli gas dari Rusia. Sanksi kepada Rusia membuat Eropa mengurangi belanja gas dari Moskwa. Sumber penggantinya antara lain dari LNG AS.
Beyond Coal, aliansi pemantau penggunaan energi fosil, menemukan UE membayar 45 miliar euro untuk minyak dan 32 miliar euro untuk gas Rusia pada 24 Februari hingga 10 Agustus 2022. Pada periode yang sama, Brussels juga membayar 2,8 miliar euro ke Moskwa untuk membeli batubara. Sejak perang meletus, Rusia telah menerima 137 miliar AS dari ekspor energi.
AS juga mendulang untung dari ekspor energi. Badan Energi AS mengakui, ada lonjakan ekspor gas alam cair (LNG) ke Eropa.
Badan Energi Internasional (IEA) memang mencatat nilai pendapatan Rusia dari ekspor energi terus terpangkas, dari 21 miliar dollar AS pada Juni 2022 menjadi tinggal 19 miliar dollar AS pada Juli 2022. Pengurangan konsumsi dan harga menjadi penyebab pemangkasan pendapatan itu.
Ekspor minyak Rusia saja sudah terpangkas dari 8 juta barel per hari pada Januari 2022 menjadi 7,4 juta barel per hari pada Juli 2022. Pemangkasan terjadi antara lain karena AS dan sekutunya mengurangi impor minyak Rusia hingga 2,2 juta barel per hari.
IEA menaksir produksi energi Rusia akan semakin menurun dalam beberapa bulan mendatang.
IEA menaksir produksi energi Rusia akan semakin menurun dalam beberapa bulan mendatang. Embargo UE atas minyak Rusia, yang berlaku penuh pada Februari 2023, menjadi faktor utama.
Sanksi AS dan sekutu serta mitranya pada Rusia tidak hanya merugikan Moskwa. Namun hal itu berkomplikasi pada gangguan rantai pasok global yang ujung-ujungnya membuat sejumlah harga komoditas meroket. (AFP/REUTERS/RAZ)