Hasrat Ribuan Rudal Taiwan dan 100 HIMARS Ukraina Untuk Perang Jarak Jauh
Taiwan butuh banyak rudal karena tidak mungkin China membiarkan kapal-kapalnya tanpa perlindungan. Rudal dan roket China bisa menjangkau seluruh bagian Taiwan
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Amerika Serikat menyimpulkan sebagian besar kapal perang dan pesawat militernya bisa hancur jika berperang dengan China. Taiwan menargetkan tambahan hampir 3.000 rudal dalam lima tahun ke depan. Sementara Ukraina meminta lebih banyak peluncur roket dan rudal untuk bisa menekan balik Rusia. Kesamaan semua itu adalah pertempuran jarak jauh semakin menjadi model perang masa kini.
Dilaporkan Taipei Times pada Senin (15/8/2022), Kementerian Pertahanan Taiwan berencana membeli hampir 1.000 rudal jelajah dan antikapal sampai 2026. Produsen senjata Taiwan, Chungshan Institute of Science and Technology (CIST), ditugasi membuat 131 Hsiung Feng II dan Hsiung Sheng setiap tahun pada 2022-2026. Pada periode yang sama, CIST juga diminta membuat 70 Hsiung Feng III per tahun. Hsiung Feng II dan Hsiung Sheng diproduksi dengan proses relatif sama. Sementara Hsiung Feng III berbeda proses produksinya dari kedua rudal itu.
Hsiung Feng merupakan rudal antikapal dengan jangkauan hingga 150 kilometer. Sementara Hsiung Sheng merupakan rudal jelajah dengan jangkauan hingga 1.200 km. Taiwan juga punya rudal udara Tien Chien dan Wan Chien serta rudal antiserangan udara Tien Kung.
Pada Januari 2022, Taipei mengucurkan 8 miliar dollar AS agar CIST bisa meningkatkan produksinya. Selepas kucuran modal itu, CIST bisa menaikkan prodksi rudal Tien Chien dari 40 ke 150 unit per tahun, Tien Kung dari 48 ke 96 unit, Wan Chien dari 18 ke 50 unit.
Sementara produksi Hsiung Feng II dan Hsiung Sheng dinaikkan dari 81 ke 131 unit. Ada pun Hsiung Feng III dipacu dari 20 menjadi 70 unit per tahun. Dengan demikian, setiap tahun Taipei berharap bisa mendapatkan 497 rudal baru dari CIST saja.
Blokade
Taiwan juga dilaporkan menanti hampir 400 rudal harpoon dari AS. Seperti Hsiung Feng, Harpoon merupakan rudal antikapal. Taipei fokus pada rudal jenis itu karena mempertimbangkan skenario blokade China atas Taiwan. Dalam latihan sejak 4 Agustus 2022, China menunjukkan blokade laut dan udara sebagai salah satu taktik meredam Taiwan. Dengan rudal antikapal, Taiwan berharap bisa mengatasi blokade itu.
AS menaksir China akan punya 420 kapal perang aneka jenis dan kelas serta 85 kapal patroli pada 2022. Sebagian kapal patroli itu bisa mengangkut rudal. Beijing juga punya puluhan kapal selam dan dua kapal induk. Bahkan, China kini sedang membuat dua kapal induk tambahan.
Selain itu, Beijing punya dua kapal pendarat helikopter yang kapasitas masing-masingnya 30 unit helikopter dan 2.300 tentara.
Taiwan butuh banyak rudal karena tidak mungkin China membiarkan kapal-kapalnya tanpa perlindungan. Dengan demikian, akan butuh lebih dari satu rudal untuk menghantam setiap kapal.
Di sisi lain, Taipei butuh roket dan rudal pertahanan udara. Latihan dalam 2 pekan terakhir menunjukkan, rudal dan roket China bisa menjangkau seluruh bagian Taiwan. Simulasi perang oleh AS menghasilkan kesimpulan lebih mengerikan. Dari 22 simulasi, 18 berakhir dengan kehancuran hampir semua kapal perang dan pesawat militer AS dan sekutunya di Jepang, Korea Selatan, hingga Laut China Selatan.
Bahkan, simulasi AS menunjukkan hampir seluruh pesawat Washington dan sekutunya hancur tanpa sempat meninggalkan landas pacu dan hangar. Sebab, China ditaksir menggunakan rudal-rudal berjangkauan ribuan kilometer di awal perang.Di sisi lain, China ditaksir akan kehilangan hingga 150 kapal perangnya. Simulasi oleh sejumlah lembaga kajian AS itu tidak menyebut apakah kapal induk China ikut hancur dalam perang di sekitar Taiwan.
Perang Darat
Blokade laut dan udara sebagai taktik perang antara lain sedang diterapkan di Ukraina. Rusia praktis menutup wilayah udara dan laut Ukraina dalam perang yang sudah mendekati akhir bulan keeenam itu.
Seperti yang mungkin terjadi di sekitar Taiwan, perang di Ukraina juga mengandalkan pertempuran jarak jauh. Meski pasukan infantri tetap dikerahkan di beberapa lokasi, rudal dan roket serta meriam artileri dan mortar jadi andalan. Setiap hari, paling tidak ada 10 serangan dengan empat jenis persenjataan itu. Sebaliknya laporan baku tembak jarak dekat belum tentu ada sekali sepekan.
Rusia tidak masalah dengan model perang itu. Pada 2021, 2.100 dari 2.400 pucuk meriam Rusia merupakan meriam swagerak. Moswa juga punya 3.500 peluncur roket multilaras (MLRS). Rusia juga punya banyak persediaan amunisi berjangkauan hingga ribuan kilometer.
Sebaliknya, Ukraina punya 1.200 meriam dan 1.700 MLRS. Mulai akhir Juli 2022, Ukraina juga punya total 16 peluncur roket gerak cepat (HIMARS) dari Amerika Serikat. AS dan sekutunya juga memberikan lebih dari 100 pucuk meriam standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berikut ratusan ribu butir pelurunya.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, Kyiv butuh paling tidak 100 HIMARS untuk melancarkan serangan balik. Ia mengundang semua negara dan produsen senjata mengirimkan produk mereka ke Ukraina. Bantuan itu akan menguntungkan mereka.
“Ukraina sekarang benar-benar menjadi tempat uji coba. Banyak senjata sedang diuji di lapangan dalam kondisi asli menghadapi tentara Rusia, yang punya banyak senjata modern buatan sendiri. Kami mengundang semua produsen senjata menguji senjata mereka di sini,” kata dia.
Ukraina membagikan banyak informasi soal penggunaan senjata pasokan barat dan spesifikasi serta kemampuan persenjataan Rusia. Informasi itu, menurut Reznikov, akan sangat penting dalam pengembangan persenjataan. Sebab, informasi itu didapatkan dari kondisi asli. “Beri kami senjata, kami pakai, dan anda akan mendapatkan informasi mutakhir,” kata dia.
Ia juga berharap mendapatkan amunisi dengan jangkauan lebih jauh. Secara terbuka, ia menyatakan peluru berjangkauan lebih jauh itu untuk menyasar wilayah Rusia. Ia beralasan, serangan ke Rusia bertujuan memutus jalur pasokan pasukan Rusia ke wilayah-wilayah yang didudukinya di Ukraina.
Pernyataan itu bertentangan dengan janji Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada Presiden AS Joe Biden. Sebelum setuju memberi HIMARS dan aneka senjata, Biden meminta Zelenskyy berjanji Ukraina tidak akan menyerang wilayah Rusia. Karena Zelenskyy setuju, Biden mengizinkan HIMARS dikirim ke Ukraina.Rezknikov yakin, keadaan akan berubah dan pada akhirnya Ukraina akan mendapatkan amunisi untuk menembak lebih jauh.
“Pada November 2021 saya diberitahu kami tidak akan pernah mendapatkan (rudal antipesawat) Stinger karena hal itu tidak mungkin terjadi. Terlarang. Cerita seperti itu terulang. Cepat atau lambat, saya yakin kami akan mendapatkan senjata berjangkauan jauh,” kata dia.