Ukraina, Palagan Penulisan Buku Perang Baru
Perang itu menjadi ajang penyesuaian aneka strategi baru untuk diterapkan di palagan berganda. Selain senjata konvensional, perang juga berlangsung di medan maya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F08%2Fa6a89291-683e-41d5-947e-cfb430c39cc4_jpg.jpg)
Anggota batalyon kavaleri Ukraina di salah satu palagan depan perang Rusia-Ukraina pada awal Juli 2022. Hampir 10.000 unit tank dan aneka kendaraan tempur lapis baja hancur dalam perang yang meletus sejak 24 Februari 2022 itu. Sampai 8 Juli 2022, belum ada tanda-tanda perang akan berhenti
Perang selalu menghadirkan banyak sisi. Perang di Ukraina tidak hanya menyajikan tragedi kemanusiaan. Perang itu menjadi ajang penyesuaian aneka strategi baru untuk diterapkan di palagan berganda. Strategi masa ke-sebelum Masehi hingga taktik perang abad 21 dipadukan dalam perang yang segera memasuki bulan ke-6 itu. Perang itu mewujudkan perang hibrida dalam arti harfiah.
Perang memadukan taktik pertempuran simetris sekaligus perang asimetris. Selain peluru dan rudal yang telah ribuan tahun jadi sarana perang, baku serang juga terjadi di antara komputer yang menjadi sarana dan sasaran perang dalam beberapa dekade terakhir.
Taktik tempur tertua yang diterapkan di perang Ukraina adalah parit pertahanan. Tentara sejak sebelum era Romawi kuno memakai taktik itu. Kini, di awal abad 21, pasukan Ukraina memakainya untuk bertahan dari serangan Rusia. Pasukan Ukraina, nasional maupun asing, menyebut parit sebagai sarana pertahanan terbaik dari serangan artileri.
Baca juga : Perang Ukraina-Rusia, Cermin Senjakala Era Dominasi Barat
Selama peluru meriam tidak mencapai parit, pasukan akan aman bertahan di lubang perlindungan. Pecahan peluru meriam atau roket terlontar ke atas dan samping. Demikian pula gelombang ledakan akan menyebar ke arah yang sama. Semua itu tidak bisa menembus parit atau lubang pertahanan yang biasanya dibuat di bawah permukaan tanah.
Pelacakan
Perlindungan di lubang dan parit akan hilang bila terkena peluru meriam, roket, rudal, atau bom udara. Kondisi itu hanya mungkin terjadi jika posisi parit atau lubang diketahui. Rusia dan Ukraina sama-sama memanfaatkan pesawat nirawak untuk melacak posisi lawan.
Perang di Ukraina memberi kesempatan pengembangan taktik penggunaan pesawat nirawak. Taktiknya hampir sama sekali berbeda saat serangan udara pertama dengan pesawat nirawak dilancarkan pada 7 Oktober 2001 oleh Amerika Serikat di Kandahar, Afghanistan. Serangan gagal itu membuka babak baru pesawat nirawak di medan laga.
Pada pekan-pekan awal perang di Ukraina, pesawat nirawak berperan penting sebagai perangkat tempur. Banyak pasukan dan persenjataan Rusia dihancurkan Ukraina dengan pesawat nirawak. “Sekarang, pesawat nirawak Ukraina nyaris tidak berguna,” kata peneliti senior Royal United Services Institute (RUSI) Inggris, Justin Bronk.

Di pekan-pekan awal perang, sistem pertahanan udara Rusia belum tertata. Sejak April 2022, setelah Mokswa menata ulang pasukan dan persenjataan di Ukraina, tingkat kesuksesan serangan pesawat nirawak Ukraina semakin merosot. Bronk dan Sam Bendett dari Centre for A New America Security (CNA) menemukan, Rusia dan Ukraina sama-sama telah kehilangan ratusan pesawat nirawak selama perang. Sistem pertahanan udara masing-masing saling menjatuhkan pesawat nirawak lawan.
Salah satu terobosan penting penggunaan pesawat nirawak di perang ini adalah pemanfaatan benda itu sebagai pengecoh sistem pertahanan udara. Serangan terhadap kapal Moskwa pada April 2022 adalah salah satu bukti taktik itu. Sebelum melepaskan rudal antikapal Neptunus, Ukraina menerbangkan pesawat nirawak Bayraktar TB-2 ke kapal sasaran. Sistem pertahanan udara Mokswa fokus pada pesawat itu dan gagal mencegat rudal Neptunus.
Ketangguhannya membuat setiap pihak membutuhkan banyak pesawat nirawak. Pada Senin (18/7/2022), Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyebut, Rusia meminta ratusan pesawat nirawak dari Iran. Sullivan tidak menyebut secara pasti jumlah dan jenis yang diminta Mokswa. Hal yang jelas, Teheran punya beberapa jenis pesawat nirawak yang teruji antara lain di Suriah dan Yaman.
Baca juga : Ukraina dan Permusuhan Lintas Generasi di Eropa
AS juga memasok ratusan pesawat nirawak ke Ukraina. Sebagian disebut sebagai perangkat bunuh diri karena dirancang untuk membawa bom lalu meledak di sasaran. Bendett dan Bronk pesimistis pasokan AS itu bisa mengubah kondisi secara drastis. Pengacak sinyal Rusia menjadi alasan utama keraguan mereka pada keampuhan berbagai pesawat nirawak AS dan sekutunya untuk Ukraina.Setelah penyerbu lalu pengecoh, kini pesawat nirawak dijadikan sarana pelacak pasukan dan persenjataan. Arah tembakan ditentukan berdasarkan hasil pemantauan satelit, pesawat nirawak, juga informasi dari lapangan.
Satelit
Penggunaan informasi satelit, komersial, dan militer, juga terpampang dalam perang ini. Mantan Kepala Badan Antariksa Ukraina Volodymyr Usov mengatakan, perang memberikan pelajaran pentingnya suatu negara punya akses pada satelit. “Kami tidak akan bisa menemukan bukti pembunuhan massal tanpa citra satelit,” kata dia.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F12%2F16301dbf-87eb-4d45-8ef3-4ff203569229_jpg.jpg)
Seorang tentara Ukraina keluar dari dalam parit di salah satu lokasi di sekitar garis depan pertempuran di wilayah timur Ukraina, Jumat (8/7/2022). Perang Ukraina-Rusia di garis depan lebih banyak diwarnai dengan pertempuran artileri dan serangan udara. Para prajurit menggunakan parit untuk berlindung dari serangan artileri.
Kuburan massal di sejumlah daerah Ukraina bisa ditemukan karena beberapa operator satelit AS membagikan rangkaian hasil pencitraan suatu daerah pada periode tertentu. Analisis atas hasil pencitraan itu menjadi awal penemuan kuburan massal.
Satelit juga menjadi andalan untuk menemukan posisi para komandan Rusia. Ukraina mengklaim telah menewaskan banyak jenderal dan perwira menengah Rusia lewat serangkaian serangan udara. Kyiv tidak pernah menyangkal atau membenarkan posisi para komandan itu dipasok oleh intelijen AS. Adapun Departemen Pertahanan AS hanya menyebut informasi intelijen adalah sebagian dari bantuan yang disediakan Washington kepada Kyiv. Pentagon menolak merinci jenis-jenis informasi intelijen yang dipasok ke Ukraina.
Selain dengan citra satelit, pelacakan para komandan Rusia juga melalui sinyal telepon seluler dan radio. Sinyal-sinyal itu dipantau antara lain dengan satelit.
Baca juga : Dilema Perang Semesta di Ukraina dan Perdebatan Klaim Penggunaan Fasilitas Sipil
Usov menambahkan, Ukraina akan lebih gesit mencari bila punya satelit militer. Sayangnya, Kyiv tidak punya satelit karena dulu menganggap program itu hanya buang-buang uang. “Sebelum perang, susah sekali menyakinkan anggota parlemen agar memberikan anggaran untuk akses satelit. Setelah perang, mereka paham dan setuju memberikan anggaran memadai untuk persoalan satelit ini,” ujarnya.
Satelit juga menjadi andalan telekomunikasi kala jaringan kabel dan menara pemancar banyak rusak selama perang. Keputusan Elon Musk menghibahkan ratusan modem satelit ke Ukraina membuat koordinasi pasukan dan pemerintah Ukraina bisa tetap lancar. “Tanpa modem satelit, pasukan akan kesulitan berkoordinasi. Di masa kini, pengoperasiaan persenjataan membutuhkan komunikasi data dalam jumlah besar dan hal itu hanya mungkin dilakukan lewat satelit,” ujar Usov.
Persenjataan masa kini memang banyak membutuhkan teknologi informatika. Pesawat nirawak hingga rudal panggul membutuhkan semikonduktor untuk operasinya. Koordinasi juga melibatkan lalu lintas data yang tidak hanya harus aman, tetapi juga harus mampu memindahkan data dalam jumlah besar secara cepat.
Perang siber
Teknologi informatika juga menjadi sarana pertahanan dan penyerangan. Di awal perang, para peretas di berbagai negara mengumumkan ajakan untuk menyerang laman dan sistem operasi beragam pihak di Rusia. Ajakan itu bagian dari solidaritas pada Ukraina sekaligus deklarasi perang di dunia maya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F11%2F9a2f344f-9232-4ae1-be84-1d135c30e90e_jpg.jpg)
Warga tinggal di sebuah stasiun bawah tanah di kota Kharkiv, Ukraina, seperti terlihat, Rabu (6/7/2022). Sebagian warga Kharkiv mengungsi ke stasiun bawah tanah karena hunian mereka hancur terkena bom atau merasa tidak aman untuk berada di tempat tinggal mereka sendiri. Warga yang mengungsi ke stasiun bawah tanah disediakan makanan oleh relawan kemanusiaan.
Serangan sibernatika disebut menjadi salah satu andalan Mokswa. Dalam beberapa bulan terakhir, berkali-kali terungkap aneka layanan di Ukraina terhenti karena sistem komputernya diserang peretas. Serangan juga dilancarkan ke berbagai pihak terkait Ukraina.
Pihak-pihak yang tidak terkait langsung dengan perang itu pun menebalkan benteng pertahanan sistem komputer mereka. Mitigasi itu antara lain dilakukan lembaga keuangan global. Sebab, mereka menjadi pengelola aneka aset berbagai pihak Rusia. Perang di Ukraina diikuti sanksi terhadap banyak pihak di Rusia. Sanksi antara lain pembekuan aset di berbagai lembaga keuangan global.
Sejak beberapa dekade terakhir, aneka aset dicatatkan dalam sistem komputer. Kekayaan hanya diwakili kode-kode dalam program komputer. Kode-kode itu dijaga ketat karena dijadikan sasaran dalam perang sibernatika. Jika tidak bisa diubah, penyerang berusaha membuat kode-kode itu tidak bisa diakses siapa pun. Kehilangan akses pada kode-kode itu sama saja kehilangan akses pada kekayaan dan aneka aset.
Artileri
Perang tentu terjadi di dunia nyata dalam wujud ledakan. Para penduduk di Ukraina selatan dan timur nyaris tidak pernah melewatkan jam tanpa mendengar suara ledakan. Pasukan Rusia dan Ukraina terus saling melepaskan artileri, roket, rudal, dan mortar. Bedanya, seperti diakui Angkatan Bersenjata Ukraina, cadangan peluru Rusia seperti tidak ada habisnya. Untuk satu tembakan artileri Ukraina, Rusia membalas paling sedikit 15 kali. Bahkan, Kyiv menaksir Moskwa menembakkan hingga 2.000 proyektil per jam di Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv dalam beberapa pekan terakhir.
Baca juga : Putin Mendekati Iran dan Turki
Sasaran tembakan pertama selalu berbeda dengan sasaran selanjutnya. Perbaikan sasaran dilakukan dengan memanfaatkan pasokan data pesawat nirawak dan satelit. Karena itu, regu artileri tidak hanya para operator meriam. Regu itu didampingi operator pesawat nirawak yang memasok informasi posisi terbaru pasukan dan persenjataan lawan.
Taktik itu perbaikan atas metode yang dipakai sejak perang Korea dan Perang Vietnam. Dulu, sasaran ditentukan berdasarkan masukan dari pengintai lapangan dan pilot. Kini, sasaran ditentukan berdasarkan pengintai lapangan, citra satelit, hingga rekaman kamera pesawat nirawak. Cara itu memungkinkan sasaran lebih fokus dan korban tambahan (collateral damage) bisa ditekan. Kerusakan dan korban tambahan tetap ada dan sulit dihindari bila sasaran merupakan fasilitas sipil yang digunakan untuk keperluan militer.
Informasi awal keberadaan pasukan dan persenjataan lawan biasanya dipasok oleh jaringan mata-mata di sekitar lokasi. Karena itu, perang kali ini juga menjadi ajang pengembangan metode perekrutan jaringan mata-mata di lapangan. Perekrutan itu bagian dari pengembangan taktik perang yang sedang dikembangkan di Ukraina. Para komandan dan perencana operasi militer tengah mengamati perang yang sedang menyajikan cara baru bertempur di abad 21.