Risiko Bencana Besar jika PLTN Zaporizhia Terus Ditarget
IAEA memperingatkan risiko bencana besar jika serangan yang menarget PLTN Zaporizhia tidak dihentikan. Moskwa dan Kyiv saling menuduh tentang siapa di balik serangan atas fasilitas nuklir tersebut.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
KYIV, SELASA – Ukraina dan Rusia saling tuding soal serangan atas pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhia. Badan Energi Atom Internasional atau IAEA memperingatkan risiko bencana besar jika serangan yang menarget fasilitas tersebut tidak dihentikan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Selasa (16/8/2022), memperingatkan pasukan Rusia jika mereka menyerang PLTN Zaporizhia atau menggunakannya sebagai basis serangan, mereka akan jadi target. ”Dengan berlindung di PLTN, mereka menembaki kota-kota dan komunitas sekitarnya. Insiden radiasi apa pun dari PLTN Zaporizhia akan memengaruhi negara-negara di Uni Eropa, Turki, Georgia, dan negara-negara yang berjarak lebih jauh. Semua hanya bergantung pada arah dan kecepatan angin,” katanya.
”Jika sekarang dunia tidak menunjukkan kekuatan dan ketegasan untuk mempertahankan sebuah PLTN, artinya dunia kalah,” kata Zelenskyy.
PLTN Zaporizhia, fasilitas nuklir terbesar Eropa, direbut pasukan Rusia pada awal Maret, tak lama setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina. Sejak akhir Juli, PLTN tersebut menjadi target sejumlah serangan militer. Moskwa dan Kyiv saling menuduh tentang siapa di balik serangan itu. Kyiv menuding Rusia menggunakan fasilitas nuklir itu sebagai basis serangan dan gudang senjata.
”Seluruh pasukan Rusia harus segera mundur dari PLTN dan area sekitarnya tanpa syarat,” ujar Zelenskyy.
Vladimir Rogov, penguasa kota Enerhodar -lokasi PLTN Zaporizhia- yang ditunjuk Rusia, mengungkapkan, selama dua jam pada Senin, sekitar 25 serangan artileri berat howitzer M777 buatan AS menghantam titik di dekat PLTN dan area permukiman. Kantor berita Rusia, Interfax, mengutip biro pers pemerintah Enerhodar, menyebutkan, pasukan Ukraina melepaskan tembakan yang menyebabkan ledakan di dekat PLTN.
Namun, menurut pemerintah Distrik Nikopol, yang terletak di seberang sungai dari Enerhodar dan di bawah kendali Ukraina, pasukan Rusia justru yang menembaki kota dan mencoba membuatnya tampak seperti Ukraina yang menyerang. ”Pasukan Rusia mengira bisa memaksa dunia tunduk pada syarat-syarat mereka dengan menembaki PLTN Zaporizhia,” kata Andriy Yermak, Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, di Twitter.
Inspeksi
Para ahli nuklir khawatir pertempuran akan merusak tempat penampungan bahan bakar bekas atau reaktor pada PLTN Zaporizhia. PLTN yang berlokasi di Ukraina bagian selatan ini terletak sekitar 500 kilometer dari Chernobyl, tempat kecelakaan nuklir terburuk di dunia tahun 1986.
PLTN Zaporizhia termasuk salah satu fasilitas nuklir terbesar di dunia. Pembangunannya dimulai tahun 1980. Pada 1995, enam reaktor terkoneksi dalam jaringannya. Berdasarkan data Badan Energi Nuklir (NEA), pada Juli 2022 hanya dua reaktor yang beroperasi.
Sejumlah pakar mengatakan, bangunan tempat reaktor berada didesain untuk menghadang radiasi dan bertahan dari hantaman besar. Artinya, risiko kebocoran radiasi sangat terbatas. ”Saya tidak yakin akan terjadi penerobosan pada bangunan meski sengaja dihantam tembakan eksplosif dan lebih tidak mungkin reaktor rusak akibat tindakan itu. Artinya, material radioaktif terlindungi dengan baik,” kata Mark Wenman dari Nuclear Energy Futures, Imperial College London.
IAEA tengah mengupayakan akses ke PLTN Zaporizhia. Kepala IAEA Rafael Grossi menyatakan siap memimpin misi inspeksi ke fasilitas tersebut serta meminta Rusia dan Ukraina bekerja sama. ”Ini waktu yang serius, waktu yang berat,” kata Grossi.
Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Grossi mendesak agar inspeksi ke PLTN Zaporizhia bisa segera dilakukan. PBB menyatakan punya semua kapasitas logistik dan keamanan untuk mendukung inspeksi IAEA tersebut.
Pekan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan diakhirinya aktivitas militer di sekitar PLTN Zaporizhia. Ia juga meminta wilayah sekitar PLTN dijadikan zona demiliterisasi. Pada Kamis, Guterres berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tentang syarat-syarat operasi yang aman di Zaporizhia.
”Dalam kerja sama dengan IAEA, kami akan melakukan apa pun yang diperlukan bagi ahli spesialis mereka untuk berada di PLTN dan memberikan kajian yang sebenarnya atas tindakan Ukraina,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Meski demikian, Wakil Kepala Departemen Perlucutan dan Pengendalian Senjata pada Kemenlu Rusia Igor Vishnevetsky mengatakan, terlalu berbahaya bagi misi IAEA untuk datang ke PLTN Zaporizhia melalui Kyiv. ”Bayangkan jika lewat Kyiv. Itu artinya mereka pergi ke PLTN melalui garis depan,” ujarnya, seperti dikutip kantor berita RIA. (AFP/REUTERS)