PLTN Zaporizhia Jadi Target Roket, Picu Kebakaran di Dekat Reaktor Nuklir
Serangan roket militer Ukraina dan Rusia menimbulkan kekhawatiran bencana nuklir di PLTN Zaporizhia. PBB menyerukan kedua pihak menetapkan PLTN itu sebagai zona demiliterisasi untuk mencegah bahaya nuklir.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KYIV, JUMAT — Rusia dan Ukraina diingatkan agar tidak melakukan aktivitas militer di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhia, yang kini diduduki militer Rusia. Serangan yang terjadi selama beberapa hari terakhir telah mendekati lokasi penyimpanan bahan radioaktif. Situasi ini meningkatkan potensi ancaman yang luar biasa, tidak hanya bagi Zaporizhzhia dan Ukraina, tetapi juga bagi kawasan.
Energoatom, badan pengatur dan pangawas nuklir Ukraina, Kamis (11/8/2022), menyatakan, serangan roket di kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nukir (PLTN) Zaporizhia setidaknya terjadi lima kali. Serangan berlokasi tidak jauh dari lokasi penyimpanan bahan radioaktif. Sebuah serangan di dekat salah satu dari enam reaktor nuklir telah menyebabkan kebakaran dan tidak berfungsinya beberapa sensor untuk mendeteksi adanya radiasi bahan radioaktif.
Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis (11/8/2022), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak militer kedua pihak menghentikan semua pertempuran di sekitar lokasi PLTN. Guterres meminta agar para pihak menyepakati PLTN Zaporizhia sebagai zona demiliterisasi terkait potensi bahaya yang ditimbulkannya.
”Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun. Sebaliknya, kesepakatan diperlukan mendesak di tingkat teknis tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah itu,” kata Guterres dalam pernyataan tertulis.
Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), memperingatkan bahwa aktivitas militer di sekitar lokasi pembangkit telah memperbesar potensi miskalkulasi di dalam situasi perang saat ini. Ia mendesak agar tim ahli IAEA diizinkan masuk dan menilai kerusakan yang terjadi di fasilitas tersebut, mengevaluasi keselamatan dan keamanannya di tengah situasi yang bisa berubah menjadi buruk setiap saat.
Dalam sepekan terakhir, pertempuran di sekitar PLTN Zaporizhia telah meningkat. Grossi mengatakan, serangan yang terjadi dan dilakukan oleh militer kedua belah pihak pada Jumat pekan lalu memaksa pengelola menghentikan operasional transformator tenaga listrik dan dua transformator cadangan. Hal itu memaksa pengelola untuk menutup satu reaktor nuklir.
PLTN Zaporizhia mulai beroperasi sekitar tahun 1985. PLTN itu merupakan PLTN terbesar di Eropa dan masuk dalam 10 besar PLTN di dunia. Pembangkit ini memiliki kapasitas total 6.000 megawatt yang cukup untuk penyediaan listrik bagi sekitar empat juta rumah di Ukraina.
Dikutip dari laman Al Jazeera, menurut data IAEA, pembangkit tersebut memiliki enam reaktor berpendingin air rancangan Soviet yang mengandung uranium 235, masing-masing memiliki kapasitas bersih 950 megawatt.
Di New York, seluruh anggota DK PBB mendukung upaya IAEA untuk segera datang dan memeriksa situasi di fasilitas nuklir terbesar Eropa tersebut. Bonnie Jenkins, Wakil Sekretaris Departemen Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional, mengatakan bahwa kunjungan IAEA itu tidak bisa ditunda-tunda lagi. Meskipun begitu, Jenkins menyatakan hanya penarikan penuh militer Rusia dari lokasi yang akan membuat fasilitas nuklir tersebut aman.
Sementara, Rusia dan Ukraina saling menyalahkan satu sama lain atas potensi bahaya yang meningkat di Zaporizhia. Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyatakan, serangan militer Ukraina ke Zaporizhia-lah yang telah mendorong potensi bahaya bencana nuklir meningkat. Dia menuduh militer Ukraina menggunakan artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran untuk menembaki pabrik Zaporizhia.
”Radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir saat ini dalam ambang batas. Akan tetapi, jika serangan berlanjut, itu hanya masalah waktu. Kami menyerukan kepada negara-negara yang mendukung rezim Kyiv untuk memeriksa proksi mereka guna memaksa mereka segera untuk menghentikan serangan,” kata Nebenzia.
Sebaliknya, Dubes Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menuding Rusia-lah yang telah melancarkan penembakan di Zaporizhzhia dan menimbulkan potensi bahaya yang besar di Eropa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang dikutip laman Ukrinform.net, juga mengingatkan potensi bahaya yang besar di Zaporizhia.
”Hanya penarikan penuh Rusia dari Zaporizhia dan pemulihan kontrol penuh Ukraina atas situasi di sekitar pabrik itu yang akan menjamin pemulihan keamanan nuklir untuk seluruh Eropa,” kata Zelenskyy. (AP/AFP/REUTERS)