Berkeras Dukung Taiwan, AS Berisiko Kehilangan Armada Perang
Mayoritas armada AS dan sekutunya di sekitar Taiwan hancur oleh rudal dan roket China. Kondisi itu ditemukan pada 18 dari 22 simulasi yang dijalankan AS.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
TAIPEI, SENIN — Amerika Serikat terus mengabaikan keberatan China soal hubungan Washington dengan Taipei. Padahal, dalam simulasi perang AS-China versi Washington, hampir seluruh armada AS dan sekutunya di sekitar China akan musnah jika terjadi perang.
Pengabaian AS atas keberatan China ditunjukkan dengan lawatan empat anggota Kongres AS ke Taiwan pada 14-15 Agustus 2022 ini. Lawatan itu dipimpin senator Demokrat dari Massachusetts, Edward Markey. Ia dikenal, antara lain, karena mengusulkan boikot atas Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.
Lawatan itu juga diikuti John Garamendi, Alan Lowenthal, dan Don Beyer. Kunjungan tersebut terjadi hampir dua pekan selepas Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
Seperti dalam lawatan rombongan Pelosi, muhibah rombongan Markey juga ditanggapi keras oleh China. Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan 22 jet tempur dan enam kapal perang China dikerahkan mendekati Taiwan pada Minggu. Armada China mendekati Taiwan beberapa jam sebelum Markey dan rekannya mendarat di Taipei.
Global Times melaporkan, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mempersiapkan rangkaian latihan perang baru di sekitar Taiwan. Lokasi dan waktunya belum diumumkan. PLA menggelar latihan besar pada 4-7 Agustus 2022 di sekitar Taiwan. PLA menembakkan 16 rudal ke sekitar Taiwan dan ke arah Jepang selama latihan itu. PLA juga mengerahkan ratusan kapal perang, pesawat tempur, dan pesawat pengebom dalam latihan perang itu.
Sampai sekarang, reaksi militer AS jauh lebih lunak dibandingkan dengan 1995. Dulu, AS mengerahkan dua gugus tempur laut untuk menyikapi penembakan lima rudal dan pengerahan kapal perang China ke arah Taiwan. Sementara sekarang, AS tidak kunjung mengerahkan armada perangnya. Bahkan, AS menarik gugus tempur laut dari selatan Taiwan menjadi mendekati Jepang.
Koordinator Komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, AS akan meneruskan kebijakannya selama ini. Kapal perang dan pesawat militer AS akan terus berlayar di sekitar Taiwan. Pergerakan itu bagian dari penerapan kebebasan berlayar.
Risiko
Kebijakan AS mendukung Taiwan bisa membawa kerugian besar pada Washington. Dalam simulasi yang digelar sejumlah lembaga kajian di Washington ditemukan mayoritas armada AS dan sekutunya di sekitar Taiwan hancur oleh rudal dan roket China. Kondisi itu ditemukan pada 18 dari 22 simulasi yang dijalankan AS. ”Ada ratusan pesawat tempur (AS dan sekutunya) hancur di darat,” kata peneliti senior CSIS AS, Mark Cancian, sebagaimana dikutip Bloomberg.
Di sisi lain, menurut Cancian, yang pensiun sebagai perwira marinir AS itu, Washington dan sekutunya bisa menghancurkan setidaknya 150 kapal perang China. Jumlah itu tidak sampai separuh dari keseluruhan kapal perang China. Pada 2025, AS menaksir China punya 420 kapal perang beragam jenis dan kelas serta 85 kapal patroli. Sebagian kapal patroli itu bisa mengangkut rudal laut.
Di sisi lain, simulasi juga menaksir China tidak akan bisa menundukkan Taiwan sepenuhnya. Pasukan China memang bisa mendarat di Taiwan. Walakin, menurut simulasi AS, China tidak akan bisa mengendalikan Taiwan sepenuhnya. Simulasi AS didasarkan pada asumsi China menyerang Taiwan paling cepat 2026. Washington juga mendasarkan asumsinya pada perkembangan militer China dalam rentang tiga dekade sejak 1996.
Simulasi itu menambah pengakuan AS atas kemajuan PLA dalam beberapa dekade terakhir. Dengan anggaran tahunan tidak sampai 30 persen anggaran pertahanan AS, China bisa mengembangkan PLA menjadi salah satu militer terkuat di dunia. Kekurangan PLA adalah tidak pernah terlibat perang dalam hampir 50 tahun terakhir.
Sementara tentara AS dan sekutunya serta Rusia konsisten terlibat perang di berbagai palagan. Dalam 40 tahun terakhir, tidak ada setahun pun lewat tanpa militer AS dan sekutunya tidak terlibat perang. (AFP/REUTERS)