NEOM, Kota Impian Visioner Putra Mahkota Arab Saudi
Lanskap kota tradisional lazimnya berbentuk sirkular dengan pusat kegiatan di tengah. Tapi, di benak Pangeran MBS, konsep kota sirkular ini dihapus dengan konsep yang revolusioner. NEOM dan The Line adalah revolusi itu.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
Apakah Anda pernah membayangkan, akan seperti apa wajah kota di masa depan? Apakah sirkular, seperti layaknya kota-kota di masa sekarang atau masa lampau? Jika itu yang ada di dalam benak Anda, bersiap-siaplah untuk terkejut.
Presentasi baru sebuah tata kota masa depan di Arab Saudi disampaikan di depan Pangeran Mohammed bin Salman, putra mahkota sekaligus penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi, Senin (25/7/2022). Presentasi tersebut memberikan gambaran pengembangan kota yang visioner sekaligus ambisius. Atau bahkan, bagi sebagian orang, konsepnya utopis karena kota ini nantinya dirancang sebagai kota bebas kendaraan bermotor.
Dalam video presentasi digambarkan kota yang nantinya akan diberi nama The Line berdiri di sebuah kawasan seluas sekitar 34 kilometer persegi, membentang dari sisi timur ke barat Kota Neom, di Provinsi Tabuk, Arab Saudi. Bentuknya tidak sirkular, akan tetapi memanjang, membentang dari timur ke barat kota, sepanjang 170 kilometer.
Kota itu akan dikelilingi tembok kaca setinggi 500 meter dari atas permukaan tanah dengan lebar 200 meter. Dengan konsep terbaru itu, tim arsitek dan pengembang menamainya The Line karena—sesuai konsepnya—NEOM akan memanjang dari satu titik ke titik lain.
Visioner atau utopis?
The Line, menurut konsepnya, seperti dikutip dari laman resminya, akan menjadi tujuan bagi para penghuninya. ”Kota itu akan menjadi rumah bagi orang-orang yang memiliki mimpi besar dan menjadi bagian dari upaya membangun model hidup dan kehidupan baru yang berkelanjutan serta makmur,” demikian antara lain pemaparan konsep kota tersebut.
Pengembangan Kota NEOM, yang persis terletak di Tepi Laut Merah, pertama kali diumumkan pada tahun 2017. Pada saat pertama kali diumumkan, rencana pengembangan kota tersebut membuat decak kagum, tetapi juga membuat banyak orang bertanya-tanya mengingat konsepnya yang sangat futuristis. Disebut futuristis karena, misalnya, dalam presentasi awal, kota tersebut akan dilengkapi dengan layanan taksi terbang hingga robot pelayan bagi warga yang tinggal di dalamnya.
NEOM nantinya juga diharapkan akan menjadi lembah silikon di dunia Arab atau di kawasan Teluk. Fungsinya adalah sebagai pusat bioteknologi dan digital terbesar dengan luas kawasan hingga 26.500 kilometer persegi.
Akan tetapi, konsep baru yang diperkenalkan di hadapan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), Senin malam, dengan luasan kota hanya 34 kilometer persegi, membuat para pengamat skeptis. Dengan lebar hanya 200 meter, konsep kota baru dan futuristis ini dianggap oleh para ahli tata ruang kota sebagai kota dengan Urbanisme Gravitasi Nol. Dengan konsep ini, warga yang mendiami kota itu bisa mendapatkan seluruh kebutuhan sehari-hari, termasuk bekerja, hanya dalam waktu lima menit berjalan kaki.
Bahkan, warga nantinya bisa menikmati fasilitas berseluncur luar ruangan hingga kereta berkecepatan tinggi yang akan mengantar warga dari satu ujung kota ke ujung kota lainnya hanya dalam waktu 20 menit.
”Konsepnya telah banyak berubah dari konsep awal sehingga sulit menentukan arah pengembangannya: mengecil, membesar, atau ada lekukan agresif ke samping,” kata Robert Mogielnicki dari Institut Negara Teluk Arab, sebuah organisasi kebijakan yang berbasis di Washington.
Dalam konsepnya, kota baru ini akan menggunakan 100 persen energi baru terbarukan. Berbeda dengan iklim dan cuaca yang cukup ekstrem yang dirasakan oleh warga Arab Saudi, desainer kota masa depan ini merancang agar warga yang mendiaminya dapat menikmati cuaca mikro beriklim sedang sepanjang tahun, memanfaatkan ventilasi alami.
Energi terbarukan
Menurut Torbjorn Soltvedt, dari perusahaan intelijen risiko, Verisk Maplecroft, kota masa depan Arab Saudi ini memiliki letak geografis yang baik untuk bisa mendapatkan, mengolah, dan memanfaatkan energi baru terbarukan yang bersumber dari matahari dan angin. Bahkan, sebuah rencana ambisius mengemuka, yaitu mengembangkan kota tersebut sebagai pabrik hidrogen hijau.
”Tetapi, kelayakan kota ini secara keseluruhan masih belum jelas mengingat skala dan biaya proyek yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Soltvedt.
Pangeran MBS menargetkan untuk menghilangkan mobil dan memungkinkan warganya untuk hidup lebih dekat dan berdampingan dengan alam. ”Jika Anda punya uang, Anda harus meningkatkan standar dan menciptakan sesuatu yang inovatif dan berbeda,” kata MBS.
Tahap pertama pengembangan NEOM dan The Line diperkirakan menelan biaya hingga 1,2 triliun riyal atau sekiar 319 miliar dollar AS. Separuh dari kebutuhan dana pembangunan tahap pertama disediakan pemerintah melalui Dana Investasi Publik (Public Investment Fund). Sisanya diharapkan akan diperoleh dari investasi swasta dan penawaran saham perdana (IPO) yang akan berlangsung pada 2024.
Menurut data Refinitiv, proyek ini telah menarik perhatian emiten di Timur Tengah dan Afrika. Pelaksanaan IPO pada paruh pertama tahun ini berhasil mengumpulkan dana hingga 13,5 miliar dollar AS.
Kota itu sendiri diharapkan bisa dihuni sekitar 450.000 jiwa pada tahun 2026 dan 1,5-2 juta jiwa pada tahun 2030. Pangeran MBS berharap kota ini nantinya bisa dihuni 9 juta orang pada tahun 2045.
Pengembangan NEOM sendiri diharapkan bisa menciptakan 380.000 lapangan pekerjaan baru hingga akhir dekade ini. Sebuah bandara sudah beroperasi di Neom dan mulai menerima penerbangan reguler dari Dubai.
Menurut Pangeran MBS, tujuan utama pembangunan NEOM adalah peningkatan kapasitas warga Arab Saudi dan juga menaikkan populasi warga di seluruh wilayah.
”Karena kami melakukannya dari nol, mengapa kami harus meniru kota normal. Saya percaya itu akan menjadi area terbaik untuk ditinggali—sejauh ini—di seluruh planet ini,” kata MBS, mencoba meyakinkan. (AFP/REUTERS)
Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO