The Line, Kota Bebas Karbon Siap Bangun di Arab Saudi
The Line akan membentang lebih dari 170 kilometer. Kota masa depan itu diklaim dapat menampung 1 juta penduduk dalam ”pembangunan perkotaan nol karbon yang didukung oleh 100 persen energi bersih”.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
AL-ULA, MINGGU — Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, Minggu (10/1/2021), mengumumkan rencana besarnya membangun kota nol karbon di NEOM. NEOM adalah proyek konstruksi besar pertama Arab Saudi untuk zona bisnis andalan senilai 500 miliar dollar AS yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi negara eksportir minyak terbesar di dunia itu. Kota masa depan tersebut diberi nama The Line.
Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) memaparkan, The Line akan membentang lebih dari 170 kilometer. Kota itu diklaim dapat menampung 1 juta penduduk dengan konsep kota nol karbon yang didukung oleh 100 persen energi bersih.
”Mengapa kita harus mengorbankan alam demi pembangunan? Mengapa 7 juta orang meninggal setiap tahun karena polusi? Mengapa kita harus kehilangan 1 juta orang setiap tahun karena kecelakaan lalu lintas? Dan, mengapa kita harus menerima tahun-tahun yang terbuang percuma dalam perjalanan hidup kita?” kata Pangeran MBS.
Kepada pers di Al-Ula, sebuah kota yang berada di barat laut Arab Saudi, Pangeran MBS mengungkapkan bahwa peluncuran dilakukan setelah persiapan yang memakan waktu tiga tahun. Pembangunan infrastruktur The Line diperkirakan bakal menelan biaya 100 miliar-200 miliar dollar AS. ”Tulang punggung investasi di The Line akan datang dari dukungan senilai 500 miliar dollar AS kepada NEOM oleh Pemerintah Saudi, PIF (Dana Investasi Publik), serta investor lokal dan global selama 10 tahun,” ujarnya.
Oleh karena itu, kebutuhan atas sebuah kota yang futuristik menjadi semakin nyata. ”The Line adalah—untuk pertama kalinya dalam 150 tahun—pembangunan kota besar yang dirancang dengan mengedepankan manusia, bukan jalan. Perjalanan dengan kaki akan menentukan kehidupan di The Line. Semua layanan penting sehari-hari, seperti sekolah, klinik medis, fasilitas rekreasi, serta ruang hijau, hanya berjarak lima menit dengan berjalan kaki,” katanya.
The Line, menurut rencana, kelak adalah sebuah kota khusus. Kota itu dirancang tanpa mobil, tanpa jalan, sekaligus nol emisi karbon. Sebagai kota pejalan kaki, The Line akan memiliki layanan seperti sekolah, pusat kesehatan, dan ruang hijau.
Menurut pernyataan NEOM, dengan dukungan transportasi umum berkecepatan tinggi, maka perkiraan perjalanan maksimal di kota itu tidak akan memakan waktu lebih dari 20 menit. Proyek ini dikatakan sebagai respons sekaligus jawaban atas beberapa tantangan paling mendesak yang dihadapi umat manusia, seperti infrastruktur, polusi, lalu lintas, dan kemacetan.
Diungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan memainkan peran kunci di kota baru itu. The Line akan didukung oleh energi bersih 100 persen, menyediakan lingkungan yang bebas polusi, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan bagi warganya. The Line diharapkan menyumbang 48 miliar dollar AS bagi produk domestik bruto kerajaan dan menciptakan 380.000 pekerjaan pada 2030.
PIF adalah investor utama bagi megaproyek NEOM. PIF memastikan pendanaan bagi NEOM, kawasan dengan pengembangan teknologi tinggi seluas 26.500 km persegi di Laut Merah. Kawasan itu direncanakan terdiri dari beberapa zona, termasuk kawasan industri dan area logistik, serta ditargetkan selesai dibangun pada 2025.
NEOM sendiri adalah salah satu pilar dari rencana Visi Saudi 2030, yakni mengkreasikan Saudi sebagai sebuah negara yang lepas dari tingkat ketergantungan tinggi pada minyak mentah. Visi itu dan juga NEOM diumumkan oleh Pangeran MBS pada 2017. Kelindan hal itu juga beriringan dengan penawaran saham perdana perusahaan minyak Saudi, Saudi Aramco.
Proyek ini telah dilingkupi oleh skeptisisme dan kontroversi politik sejak diluncurkan. Para analis mempertanyakan apakah megaproyek itu realistis dan dapat menarik investasi yang dibutuhkan.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Pemerintah Saudi mengatakan, konstruksi NEOM akan dimulai pada triwulan pertama tahun ini. Proyek ini sempat dibayangi skeptisisme dan kontroversi politik sejak diluncurkan. Para analis mempertanyakan apakah megaproyek tersebut realistis dan dapat menarik investasi yang dibutuhkan.
Dalam rilis resmi NEOM, Pangeran MBS mengatakan, sepanjang sejarah, kota dibangun untuk melindungi warganya. Setelah Revolusi Industri, kota memprioritaskan mesin, mobil, dan pabrik daripada manusia. Di kota-kota yang dipandang sebagai yang paling maju di dunia, orang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bepergian. Pada 2050, durasi perjalanan warga diproyeksikan akan berlipat ganda.
Pada 2050, satu miliar orang harus pindah karena meningkatnya emisi karbon dioksida dan naiknya permukaan laut. Sekitar 90 persen warga dunia diproyeksikan menghirup udara yang tercemar. (AFP/REUTERS)